tag:blogger.com,1999:blog-67487427390636388572024-02-07T21:15:39.265-08:00HEROE POERNIAWANISLAMI BLOG (KAJIAN TENTANG ISLAM)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-81023511336285389862013-01-29T17:47:00.002-08:002013-01-29T17:47:19.600-08:00PERSAHABATAN DALAM MENCARI ILMU(Kitab ilmu)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvBiYsv6lHjpM9DpX_ZGYhdg8E-DmOrO-YRJOPM1dExnY8V2G7AjTK1bB_T8k6egr1nGzzXyYnckiqlwUMcssUpXdRiSK81o_tw4-ZVhETqXuA3FO_XFYfD0KiJj8YCd6fUQpOevOePvI/s1600/TPhoto_00001.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvBiYsv6lHjpM9DpX_ZGYhdg8E-DmOrO-YRJOPM1dExnY8V2G7AjTK1bB_T8k6egr1nGzzXyYnckiqlwUMcssUpXdRiSK81o_tw4-ZVhETqXuA3FO_XFYfD0KiJj8YCd6fUQpOevOePvI/s320/TPhoto_00001.jpg" width="320" /></a></div>
<b style="color: black;">Kitab Ilmu<br /> </b><br /><br /><br /><span style="background-color: lime;">1. Larangan mengikuti ayat Alquran yang mutasyabih dan peringatan terhadap orang-orang yang mengikutinya serta larangan berselisih mengenai Alquran</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: </span><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Rasulullah saw. membaca firman Allah yang berbunyi: Dialah yang menurunkan Alkitab (Alquran) kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Alquran dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal. Setelah membaca firman tersebut Rasulullah saw. bersabda: Apabila kamu melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dari Alquran, maka mereka itulah orang-orang yang telah disebut oleh Allah. Maka waspadalah terhadap mereka. (Shahih Muslim No.4817)</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Hadis riwayat Jundab bin Abdullah Al-Bajali ra., ia berkata: </span><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Rasulullah saw. bersabda: Bacalah Alquran sepanjang hati kalian bersepakat padanya lalu apabila kalian berselisih tentangnya, maka bangkitlah (hentikanlah). (Shahih Muslim No.4819)</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">2. Tentang orang yang keras permusuhannya</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: </span><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya lelaki yang paling dibenci oleh Allah ialah yang paling keras permusuhannya. (Shahih Muslim No.4821)</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">3. Mengikuti sunah orang-orang Yahudi dan Nasrani</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata: </span><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Rasulullah saw. bersabda: Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun mereka masuk ke dalam sarang biawak kamu sekalian pun akan mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah! Orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Beliau menjawab: Lalu siapa lagi selain mereka. (Shahih Muslim No.4822)</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">4. Pada akhir zaman kelak ilmu akan diangkat dan diambil, lalu timbul kebodohan dan berbagai fitnah</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: </span><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Rasulullah saw. bersabda: Di antara tanda-tanda hari kiamat ialah diangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, banyak yang meminum arak, dan timbulnya perzinaan yang dilakukan secara terang-terangan. (Shahih Muslim No.4824)</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: </span><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya menjelang terjadinya hari kiamat terdapat beberapa hari di mana pada hari-hari itu ilmu akan diangkat, diturunkan kebodohan dan banyak terjadi peristiwa pembunuhan. (Shahih Muslim No.4826)</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: </span><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Rasulullah saw. bersabda: Hari kiamat semakin mendekat, ilmu akan dicabut, fitnah akan banyak muncul, sifat kikir akan merajalela dan banyak terjadi haraj. Para sahabat bertanya: Apakah haraj itu? Rasulullah saw. menjawab: Yaitu pembunuhan. (Shahih Muslim No.4827)</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: </span><br style="background-color: lime;" /><span style="background-color: lime;">Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan. (Shahih Muslim No.4828)</span><br style="background-color: lime;" /><br style="background-color: lime;" /><br />
<div id="_dyhb23rg4374">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-46682952571345152132013-01-22T17:20:00.002-08:002013-01-22T17:20:49.529-08:00surat AL Faatihah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbZnOSGgQTrhoGcdbRAhnjdQ5f9Wxv3mcwgAX4-F3mUbS5XZqsvD7-3IqAC3mMIpaWI6dYX-OLgkZ_Ds0gHVqJf3cc794IEI0hs7e1_0ca-0FePgJrVM0AYvbScKdmcoyXBho5tgGZPeU/s1600/al-fatihah.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="279" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbZnOSGgQTrhoGcdbRAhnjdQ5f9Wxv3mcwgAX4-F3mUbS5XZqsvD7-3IqAC3mMIpaWI6dYX-OLgkZ_Ds0gHVqJf3cc794IEI0hs7e1_0ca-0FePgJrVM0AYvbScKdmcoyXBho5tgGZPeU/s320/al-fatihah.gif" width="320" /></a></div>
<span style="color: blue;">1. Al Faatihah </span><br />
<span style="color: blue;"> Muqaddimah </span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surat-surat yang ada dalam Al Quran dan termasuk golongan surat Makkiyyah. Surat ini disebut Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Quran. Dinamakan Ummul Quran (induk Al Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitaab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran, dan karena itu diwajibkan membacanya pada tiap-tiap sembahyang.</span><br />
<span style="color: blue;">Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sembahyang.</span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">Surat ini mengandung beberapa unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi Al Quran, yaitu :</span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">1. Keimanan:</span><br />
<span style="color: blue;">Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam kalimat Rabbul-'aalamiin tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuahn oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surat Al Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Janji memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. </span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah, selanjutnya lihat no. [6].</span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">2. Hukum-hukum:</span><br />
<span style="color: blue;">Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.</span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">3. Kisah-kisah:</span><br />
<span style="color: blue;">Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian besar dari ayat-ayat Al Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa' (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.</span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">Perincian dari yang telah disebutkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain. </span><br />
<br style="color: blue;" />
<br />
AL FAATIHAH (PEMBUKAAN)<br />
SURAT KE 1 : 7 ayat<br />
JUZ 1<br />
<br />
<br />
<h2 style="color: #38761d;">
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ</h2>
<span style="color: #38761d;">1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1]. </span><br />
<br />
<br />
<span style="color: blue;">[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. </span><br />
<br />
<h2 style="color: #38761d;">
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ</h2>
<span style="color: #38761d;">2. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].</span> <br />
<br />
<br />
<span style="color: blue;">[2] Alhamdu (segala puji). Memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya karena perbuatanNya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.</span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">[3] Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah).</span><br />
<span style="color: blue;">'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. ALlah pencipta semua alam-alam itu. </span><br />
<br />
<h2 style="color: #38761d;">
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ</h2>
<span style="color: #38761d;">3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. </span><br />
<br />
<br />
<h2 style="color: #38761d;">
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ</h2>
<br />
<span style="color: #38761d;">4. Yang menguasai[4] di Hari Pembalasan[5]. </span><br />
<br />
<br />
[<span style="color: blue;">4] Maalik (Yang Menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. Dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.</span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">[5] Yaumiddin (Hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya. </span><br />
<br />
<br />
<h2 style="color: #38761d;">
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ</h2>
<span style="color: #38761d;">5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7]. </span><br />
<br />
<br />
<span style="color: blue;">[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.</span><br />
<br style="color: blue;" />
<span style="color: blue;">[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. </span><br />
<br />
<br />
<br />
<h2 style="color: #38761d;">
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ</h2>
<br />
<span style="color: #38761d;">6. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus, </span><br />
<br />
<br />
<span style="color: blue;">[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. </span><br />
<br />
<br />
<br />
<h2 style="color: #38761d;">
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ</h2>
<span style="color: #38761d;">7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9] </span><br />
<br />
<br />
<span style="color: blue;">[9] Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam. </span><br />
<br />
<br />
<span style="background-color: lime;"> </span><b style="background-color: lime;">Penutup <br /><br />Surat Al Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, kemudian dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al Quran yang 113 surat berikutnya. <br /><br />Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Faatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya. <br /><br />Dibahagian akhir surat Al Faatihah disebutkan permohonan hamba supaya diberi petunjuk oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu. </b><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-61791836339494335142013-01-12T16:34:00.002-08:002013-01-12T16:34:47.240-08:00Taubat dan Istighfar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtAEEUyO9tuieshV5vBHKHxvlfx9NuDJzdtmF0Q1KmB65c3zJ81SsNbzpTuRthyphenhyphenaDSsNH3juBYjd3XzARi8-R9gyRxBAW4J5jOFMGaSw2oM9g8v8DYwPy3soU4zQzLtjWhheh5aT9Z5L4/s1600/gambar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtAEEUyO9tuieshV5vBHKHxvlfx9NuDJzdtmF0Q1KmB65c3zJ81SsNbzpTuRthyphenhyphenaDSsNH3juBYjd3XzARi8-R9gyRxBAW4J5jOFMGaSw2oM9g8v8DYwPy3soU4zQzLtjWhheh5aT9Z5L4/s320/gambar.jpg" width="320" /></a></div>
Taubat dan Istighfar<br />
<br />
1. Penyesalan adalah suatu taubat. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim)<br />
<br />
<br />
2. Iblis berkata kepada Robbnya, "Dengan keagungan dan kebesaranMu, aku tidak akan berhenti menyesatkan bani Adam selama mereka masih bernyawa." Lalu Allah berfirman: "Dengan keagungan dan kebesaranKu, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka beristighfar". (HR. Ahmad)<br />
<br />
<br />
3. Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat. (HR. Addarami)<br />
<br />
<br />
4. Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan. (HR. Ahmad)<br />
<br />
<br />
5. Sesungguhnya Allah merentangkan tanganNya pada malam hari memberi kesempatan taubat bagi pelaku kesalahan pada siang hari dan merentangkan tanganNya pada siang hari memberi kesempatan taubat bagi pelaku kesalahan pada malam hari, sampai kelak matahari terbit dari Barat (hari kiamat). (HR. Muslim)<br />
<br />
<br />
6. Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa tetapi bertaubat. (HR. Ahmad)<br />
<br />
<br />
7. Apabila kamu melakukan dosa maka lakukanlah pula taubat. Apabila (dosa itu) dirahasiakan maka taubatnya juga dirahasiakan dan apabila dosa itu terang-terangan maka taubatnya pun terang-terangan pula. (HR. Ad-Dailami)<br />
<br />
<br />
8. Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat. (HR. Ad-Dailami)<br />
<br />
<br />
9. Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa. (HR. Ath-Thabrani)<br />
<br />
<br />
10. Tidak menjadi dosa besar sebuah dosa bila disertai dengan istighfar dan bukan dosa kecil lagi suatu perbuatan bila dilakukan terus menerus. (HR. Ath-Thabrani)<br />
<br />
<br />
Penjelasan:<br />
Dosa kecil apabila dilakukan terus-menerus akan menjadi dosa besar.<br />
<br />
<br />
11. Puncak istighfar ialah ucapan seorang hamba:<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau Penciptaku dan aku hambaMu yang tetap dalam kesetiaan dan janjiku sepanjang kemampuanku. Aku kembali kepada-Mu dengan kenikmatan dan kembali kepada-Mu dengan dosaku. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada pengampun dosa-dosa kecuali Engkau."<br />
<br />
Rasulullah bersabda: "Barangsiapa mengucapkan doa itu dengan penuh keyakinan pada siang hari dan ternyata wafat pada hari itu sebelum senja maka dia tergolong penghuni surga. Barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dengan penuh keyakinan dan wafat sebelum subuh maka dia tergolong penghuni surga pula." (HR. Bukhari)<br />
<br />
<br />
12. Sesungguhnya Allah menurunkan kepadaku dua keselamatan bagi umatku. Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka dan Allah tidak akan mengazab mereka sedang (mereka) beristighfar (minta ampun), bila aku (Nabi Saw) pergi (tiada) maka aku tinggalkan bagimu istighfar sampai hari kiamat. (HR. Tirmidzi)<br />
<br />
<br />
13. Seusai shalat (fardhu) Rasulullah Saw beristighfar kepada Allah tiga kali, lalu berkata:<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Ya Allah, Engkau maha pemberi ketentraman dan perdamaian. Dari Engkau lah datangnya ketentraman dan perdamaian, wahai Tuhan yang maha memiliki keagungan dan kemuliaan." (HR. Muslim)<br />
<br />
<br />
14. Seorang yang berbuat dosa lalu membersihkan diri (wudhu atau mandi), kemudian ia shalat dan memohon pengampunan Allah maka Allah akan mengampuni dosanya. Setelah berkata demikian Rasulullah mengucapkan firman Allah surat Ali Imran ayat 135: "Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji mereka itu sedang mereka mengetahui." (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
<br />
<br />
15. Barangsiapa memperbanyak istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan dan memberinya jalan ke luar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duganya. (HR. Abu Dawud)<br />
<br />
<br />
16. Apabila kamu tidak pernah berbuat dosa maka Allah Tabaroka Wata'ala akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa kemudian Allah mengampuni mereka. (HR. Muslim)<br />
<br />
<br />
<div id="_dyhb23rg4374">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-78273627687967803952013-01-11T18:20:00.001-08:002013-01-11T18:20:16.495-08:00TAARUF DALAM ISLAM<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNadENEJCU9pkOw6nadQ304GATLwZTWZMa0aheKTUKHvA7KTxY5g-X1twCjsXQbM2WuvutKk-l4GiLlfTIOzSvd5aZFcVrr6qMxd5-XCNiNg78GzTqN0Kg6u3ynwVg7DcWFviJYOZDnYQ/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="194" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNadENEJCU9pkOw6nadQ304GATLwZTWZMa0aheKTUKHvA7KTxY5g-X1twCjsXQbM2WuvutKk-l4GiLlfTIOzSvd5aZFcVrr6qMxd5-XCNiNg78GzTqN0Kg6u3ynwVg7DcWFviJYOZDnYQ/s320/images.jpg" width="259" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
TAARUF DALAM ISLAM</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<b>Taaruf</b> adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah - taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.<br />
Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.<br />
<br />
<b>Perbedaan taaruf dengan pacaran</b><br />
<br />
Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second, tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu.<br />
Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir mobil yang ahli memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar-menawar. Ketika melakukan taaruf, seseorang baik pihak pria atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetil, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri.<br />
<br />
<b>Proses taaruf</b><br />
<br />
Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi, taaruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua.<br />
<br />
<b>Tujuan taaruf</b><br />
<br />
Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting. Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi pandang atau ngintip fotonya. Justru Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung face to face, bukan melalui media foto, lukisan atau video.<br />
Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat. Khusus dalam kasus taaruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh di sana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua telapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena telapak tangan wanita bukanlah termasuk aurat.<br />
<br />
<b>Manfaat Taaruf</b><br />
Selain urusan melihat fisik, taaruf juga harus menghasilkan data yang berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya. Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan dalam koridor syariat Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, nge-date dan seterusnya dengan menggunakan alasan taaruf. Janganlah ta`aruf menjadi pacaran, sehingga tidak terjadi khalwat dan ikhtilath antara pasangan yang belum jadi suami-istri ini.<br />
SEMOGA BERMANFAATnote : semua kembali pada individu mana yang mau di pilih , mau taaruf atau melalui proses pacaran... yang terpenting niatnya baik dan tulus, bisa mempertanggungjawabkan jalan apa yang di pilihnya kepada ALLAH dan tidak melanggar norma norma.<br />
<br />
SEMOGA BERMANFAAT................. BY Heru purniawan Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-78721132787964656622013-01-10T16:36:00.001-08:002013-01-10T16:37:41.943-08:00HUKUM PERCAYA PADA RAMALAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj48_5YwukoYZbSg6ZM9jKcznWo11iv-eF2HcogC3WbDsxByWPiY9v34tExtrbE4dmnURMdfHac5e-VEX71F2LR61zhMAFpPe3qxZcwTiIorBlWHuSJR6fzwi2-ekp8aCWmrYs2MvGoh1Y/s1600/Mustika-Hadis.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj48_5YwukoYZbSg6ZM9jKcznWo11iv-eF2HcogC3WbDsxByWPiY9v34tExtrbE4dmnURMdfHac5e-VEX71F2LR61zhMAFpPe3qxZcwTiIorBlWHuSJR6fzwi2-ekp8aCWmrYs2MvGoh1Y/s320/Mustika-Hadis.png" width="233" /></a></div>
<div style="color: red; text-align: center;">
<b>HUKUM PERCAYA PADA RAMALAN</b></div>
<div style="color: red;">
<br /></div>
1. Shalatnya Tidak Diterima 40 Hari<br />
Disebutkan bahwa shalatnya tidak diterima sebanyak empat puluh hari. Nauzu billahi min zalik. Rasulullah saw bersabda:<br />
Siapa yang mendatangi arraf lalu ia menanyakan<br />
sesuatu dan membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari.<br />
<br />
2. Kufur kepada Agama Islam<br />
Barangsiapa
mendatangi Kahin , lalu membenarkan apa yang diucapkannya, niscaya ia
telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. {HR
Abu Daud, at-Tirmidz Ibnu Majah, Ahmad dan ad-Darimi}<br />
<span class="fullpost"><br />Sebab,
di antara yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. adalah bahwa
hal-hal yang gaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah.<br /><br />Allah berfirman:<br />Katakanlah:
“Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara
yang gaib, kecuali Allah. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang
gaib tak ada yang mengetahuinya selain Dia sendiri. Yang Mengetahui
yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang
gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya. {QS Jin: 26 -<br />27}<br /><br />Bahkan Nabi Muhammad saw sendiri tidak mengetahui<br />hal-hal ghaib kecuali yang diberitahukan Allah kepadanya melalui wahyu,<br />karenanya Allah berfirman kepadanya:<br />Katakanlah, Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan<br />bagi diriku dan tidak menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki<br />Allah,
dan sekiranya aku men getahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak
lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman.<br /><br />Begitu juga jin, yang oleh para tukang
sihir dan dukun dimintai pertolongan, mereka juga tidak memiliki
kemampuan untuk mengetahui hal-hal gaib. Al-Quran menceritakan bahwa
jin-jin Nabi Sulaiman<br />alaihis-salam tidak mengetahui kematian beliau.<br /><br />Maka
tatkala ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka men
getahui yang ghaib, tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang
menghinakan.<br /><br />Karena itu, membenarkan para dukun dan peramal yang mengaku mengetahui hal yang gaib- adalah pengingkaran terhadap<br />ayat-ayat yang telah diturunkan Allah.<br /><br />Jika mendatangi dan membenarkan mereka demikian<br />buruk
kedudukannya dalam agama, maka bagaimana dengan para dukun dan
peramalnya sendiri? Mereka telah melepaskan diri dan agama dan agama
berlepas diri dan mereka, sebagaimana dalam hadits:<br />Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan<br />tathayyur atau minta di-tathayyur, atau menjadi dukun atau minta dibuatkan<br />perdukunan untuknya, atau menyihir atau minta disihirkan untuknya.<br /><br />Na 'udzubillahi min dzalik. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang percaya pada ramalan. Amin</span><br />
<div id="_dyhb23rg4374">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-70890037432372408882013-01-10T05:03:00.002-08:002013-01-10T05:03:28.911-08:00HUKUM MEMAKAI CADAR<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtoSMBBD41VIahp_PRV2nk5JFTfmcJvmJ0LDFphInwmw0hwIUWq-I68ULs72ddyJkKvWgrJ3ZUpieNSr5zndfVmLJhZ26hfeHr_HwdnudiN4sp-x2CBRt7y5k7nBPurGOu0O7xBYXCCK8/s1600/alquran.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="284" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtoSMBBD41VIahp_PRV2nk5JFTfmcJvmJ0LDFphInwmw0hwIUWq-I68ULs72ddyJkKvWgrJ3ZUpieNSr5zndfVmLJhZ26hfeHr_HwdnudiN4sp-x2CBRt7y5k7nBPurGOu0O7xBYXCCK8/s320/alquran.jpg" width="320" /></a></div>
<b>HUKUM MEMAKAI CADAR</b><br />
<br />
Wanita bercadar seringkali diidentikkan dengan orang arab atau
timur-tengah. Padahal memakai cadar atau menutup wajah bagi wanita
adalah ajaran Islam yang didasari dalil-dalil Al Qur’an, hadits-hadits
shahih serta penerapan para sahabat Nabi <i>Shallallahu’alaihi Wasallam</i> serta para ulama yang mengikuti mereka. Sehingga tidak benar anggapan bahwa hal tersebut merupakan sekedar budaya timur-tengah.<br />
Berikut ini sengaja kami bawakan pendapat-pendapat para ulama
madzhab, tanpa menyebutkan pendalilan mereka, untuk membuktikan bahwa
pembahasan ini tertera dan dibahas secara gamblang dalam kitab-kitab
fiqih 4 madzhab. Lebih lagi, ulama 4 madzhab semuanya menganjurkan
wanita muslimah untuk memakai cadar, bahkan sebagiannya sampai kepada
anjuran wajib. Beberapa penukilan yang disebutkan di sini hanya secuil
saja, karena masih banyak lagi penjelasan-penjelasan serupa dari para
ulama madzhab.<br />
<b>Madzhab Hanafi</b><br />
Pendapat madzhab Hanafi, wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai
cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan
menimbulkan fitnah.<br />
* Asy Syaranbalali berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها باطنهما وظاهرهما في الأصح ، وهو المختار</div>
“Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan
dalam serta telapak tangan luar, ini pendapat yang lebih shahih dan
merupakan pilihan madzhab kami“ (Matan <i>Nuurul Iidhah</i>)<br />
* Al Imam Muhammad ‘Alaa-uddin berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
وجميع بدن الحرة عورة إلا
وجهها وكفيها ، وقدميها في رواية ، وكذا صوتها، وليس بعورة على الأشبه ،
وإنما يؤدي إلى الفتنة ، ولذا تمنع من كشف وجهها بين الرجال للفتنة</div>
“Seluruh badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan
dalam. Dalam suatu riwayat, juga telapak tangan luar. Demikian juga
suaranya. Namun bukan aurat jika dihadapan sesama wanita. Jika cenderung
menimbulkan fitnah, dilarang menampakkan wajahnya di hadapan para
lelaki” (<i>Ad Durr Al Muntaqa</i>, 81)<br />
* <i>Al Allamah</i> Al Hashkafi berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
والمرأة كالرجل ، لكنها تكشف وجهها لا رأسها ، ولو سَدَلَت شيئًا عليه وَجَافَتهُ جاز ، بل يندب</div>
“Aurat wanita dalam shalat itu seperti aurat lelaki. Namun wajah
wanita itu dibuka sedangkan kepalanya tidak. Andai seorang wanita
memakai sesuatu di wajahnya atau menutupnya, boleh, bahkan dianjurkan” (<i>Ad Durr Al Mukhtar</i>, 2/189)<br />
* Al Allamah Ibnu Abidin berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
تُمنَعُ من الكشف لخوف أن يرى الرجال وجهها فتقع الفتنة ، لأنه مع الكشف قد يقع النظر إليها بشهوة</div>
“Terlarang bagi wanita menampakan wajahnya karena khawatir akan
dilihat oleh para lelaki, kemudian timbullah fitnah. Karena jika wajah
dinampakkan, terkadang lelaki melihatnya dengan syahwat” (<i>Hasyiah ‘Alad Durr Al Mukhtaar</i>, 3/188-189)<br />
* Al Allamah Ibnu Najiim berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
قال مشايخنا : تمنع المرأة الشابة من كشف وجهها بين الرجال في زماننا للفتنة</div>
“Para ulama madzhab kami berkata bahwa terlarang bagi wanita muda
untuk menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki di zaman kita ini,
karena dikhawatirkan menimbulkan fitnah” (<i>Al Bahr Ar Raaiq</i>, 284)<br />
Beliau berkata demikian di zaman beliau, yaitu beliau wafat pada tahun 970 H, bagaimana dengan zaman kita sekarang?<br />
<b>Madzhab Maliki</b><br />
Mazhab Maliki berpendapat bahwa wajah wanita bukanlah aurat, namun
memakai cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika
dikhawatirkan menimbulkan fitnah. Bahkan sebagian ulama Maliki
berpendapat seluruh tubuh wanita adalah aurat.<br />
* Az Zarqaani berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
وعورة الحرة مع رجل أجنبي
مسلم غير الوجه والكفين من جميع جسدها ، حتى دلاليها وقصَّتها . وأما الوجه
والكفان ظاهرهما وباطنهما ، فله رؤيتهما مكشوفين ولو شابة بلا عذر من
شهادة أو طب ، إلا لخوف فتنة أو قصد لذة فيحرم ، كنظر لأمرد ، كما
للفاكهاني والقلشاني</div>
“Aurat wanita di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh
selain wajah dan telapak tangan. Bahkan suara indahnya juga aurat.
Sedangkan wajah, telapak tangan luar dan dalam, boleh dinampakkan dan
dilihat oleh laki-laki walaupun wanita tersebut masih muda baik sekedar
melihat ataupun untuk tujuan pengobatan. Kecuali jika khawatir timbul
fitnah atau lelaki melihat wanita untuk berlezat-lezat, maka hukumnya
haram, sebagaimana haramnya melihat <i>amraad</i>. Hal ini juga diungkapkan oleh Al Faakihaani dan Al Qalsyaani” (<i>Syarh Mukhtashar Khalil</i>, 176)<br />
* Ibnul Arabi berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
والمرأة كلها عورة ، بدنها
، وصوتها ، فلا يجوز كشف ذلك إلا لضرورة ، أو لحاجة ، كالشهادة عليها ، أو
داء يكون ببدنها ، أو سؤالها عما يَعنُّ ويعرض عندها</div>
“Wanita itu seluruhnya adalah aurat. Baik badannya maupun suaranya.
Tidak boleh menampakkan wajahnya kecuali darurat atau ada kebutuhan
mendesak seperti persaksian atau pengobatan pada badannya, atau kita
dipertanyakan apakah ia adalah orang yang dimaksud (dalam sebuah
persoalan)” (<i>Ahkaamul Qur’an</i>, 3/1579)<br />
* Al Qurthubi berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
قال ابن خُويز منداد ــ
وهو من كبار علماء المالكية ـ : إن المرأة اذا كانت جميلة وخيف من وجهها
وكفيها الفتنة ، فعليها ستر ذلك ؛ وإن كانت عجوزًا أو مقبحة جاز أن تكشف
وجهها وكفيها</div>
“Ibnu Juwaiz Mandad – ia adalah ulama besar Maliki – berkata: Jika
seorang wanita itu cantik dan khawatir wajahnya dan telapak tangannya
menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup wajahnya. Jika ia wanita tua
atau wajahnya jelek, boleh baginya menampakkan wajahnya” (<i>Tafsir Al Qurthubi</i>, 12/229)<br />
* Al Hathab berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
واعلم أنه إن خُشي من
المرأة الفتنة يجب عليها ستر الوجه والكفين . قاله القاضي عبد الوهاب ،
ونقله عنه الشيخ أحمد زرّوق في شرح الرسالة ، وهو ظاهر التوضيح</div>
“Ketahuilah, jika dikhawatirkan terjadi fitnah maka wanita wajib
menutup wajah dan telapak tangannya. Ini dikatakan oleh Al Qadhi Abdul
Wahhab, juga dinukil oleh Syaikh Ahmad Zarruq dalam Syarhur Risaalah.
Dan inilah pendapat yang lebih tepat” (<i>Mawahib Jaliil</i>, 499)<br />
* Al Allamah Al Banaani, menjelaskan pendapat Az Zarqani di atas:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
وهو الذي لابن مرزوق في
اغتنام الفرصة قائلًا : إنه مشهور المذهب ، ونقل الحطاب أيضًا الوجوب عن
القاضي عبد الوهاب ، أو لا يجب عليها ذلك ، وإنما على الرجل غض بصره ، وهو
مقتضى نقل مَوَّاق عن عياض . وفصَّل الشيخ زروق في شرح الوغليسية بين
الجميلة فيجب عليها ، وغيرها فيُستحب</div>
“Pendapat tersebut juga dikatakan oleh Ibnu Marzuuq dalam kitab <i>Ightimamul Furshah</i>,
ia berkata: ‘Inilah pendapat yang masyhur dalam madzhab Maliki’. Al
Hathab juga menukil perkataan Al Qadhi Abdul Wahhab bahwa hukumnya
wajib. Sebagian ulama Maliki menyebutkan pendapat bahwa hukumnya tidak
wajib namun laki-laki wajib menundukkan pandangannya. Pendapat ini
dinukil Mawwaq dari Iyadh. Syaikh Zarruq dalam kitab <i>Syarhul Waghlisiyyah</i> merinci, jika cantik maka wajib, jika tidak cantik maka sunnah” (<i>Hasyiyah ‘Ala Syarh Az Zarqaani, </i>176)<br />
<b>Madzhab Syafi’i</b><br />
Pendapat madzhab Syafi’i, aurat wanita di depan lelaki ajnabi (bukan
mahram) adalah seluruh tubuh. Sehingga mereka mewajibkan wanita memakai
cadar di hadapan lelaki ajnabi. Inilah pendapat <i>mu’tamad</i> madzhab Syafi’i.<br />
* Asy Syarwani berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
إن لها ثلاث عورات : عورة
في الصلاة ، وهو ما تقدم ـ أي كل بدنها ما سوى الوجه والكفين . وعورة
بالنسبة لنظر الأجانب إليها : جميع بدنها حتى الوجه والكفين على المعتمد
وعورة في الخلوة وعند المحارم : كعورة الرجل »اهـ ـ أي ما بين السرة
والركبة ـ</div>
“Wanita memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam shalat
-sebagaimana telah dijelaskan- yaitu seluruh badan kecuali wajah dan
telapak tangan, (2) aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu
seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut pendapat yang <i>mu’tamad</i>, (3) aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha” (<i>Hasyiah Asy Syarwani ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj</i>, 2/112)<br />
* Syaikh Sulaiman Al Jamal berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
غير وجه وكفين : وهذه
عورتها في الصلاة . وأما عورتها عند النساء المسلمات مطلقًا وعند الرجال
المحارم ، فما بين السرة والركبة . وأما عند الرجال الأجانب فجميع البدن</div>
“Maksud perkataan An Nawawi ‘aurat wanita adalah selain wajah dan
telapak tangan’, ini adalah aurat di dalam shalat. Adapun aurat wanita
muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara
pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan mahram adalah
seluruh badan” (<i>Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhaj</i>, 411)<br />
* Syaikh Muhammad bin Qaasim Al Ghazzi, penulis <i>Fathul Qaarib</i>, berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
وجميع بدن المرأة الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وهذه عورتها في الصلاة ، أما خارج الصلاة فعورتها جميع بدنها</div>
“Seluruh badan wanita selain wajah dan telapak tangan adalah aurat.
Ini aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat, aurat wanita adalah
seluruh badan” (<i>Fathul Qaarib</i>, 19)<br />
* Ibnu Qaasim Al Abadi berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
فيجب ما ستر من الأنثى ولو رقيقة ما عدا الوجه والكفين . ووجوب سترهما في الحياة ليس لكونهما عورة ، بل لخوف الفتنة غالبًا</div>
“Wajib bagi wanita menutup seluruh tubuh selain wajah telapak tangan,
walaupun penutupnya tipis. Dan wajib pula menutup wajah dan telapak
tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun karena secara umum
keduanya cenderung menimbulkan fitnah” (<i>Hasyiah Ibnu Qaasim ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj</i>, 3/115)<br />
* Taqiyuddin Al Hushni, penulis <i>Kifaayatul Akhyaar</i>, berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
ويُكره أن يصلي في ثوب فيه
صورة وتمثيل ، والمرأة متنقّبة إلا أن تكون في مسجد وهناك أجانب لا
يحترزون عن النظر ، فإن خيف من النظر إليها ما يجر إلى الفساد حرم عليها
رفع النقاب</div>
“Makruh hukumnya shalat dengan memakai pakaian yang bergambar atau
lukisan. Makruh pula wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat. Kecuali
jika di masjid kondisinya sulit terjaga dari pandnagan lelaki ajnabi.
Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga menimbulkan
kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab (cadar)” (<i>Kifaayatul Akhyaar</i>, 181)<br />
<b>Madzhab Hambali</b><br />
* Imam Ahmad bin Hambal berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
كل شيء منها ــ أي من المرأة الحرة ــ عورة حتى الظفر</div>
“Setiap bagian tubuh wanita adalah aurat, termasuk pula kukunya” (Dinukil dalam <i>Zaadul Masiir</i>, 6/31)<br />
* Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz Al ‘Anqaari, penulis <i>Raudhul Murbi’</i>, berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
« وكل الحرة البالغة عورة
حتى ذوائبها ، صرح به في الرعاية . اهـ إلا وجهها فليس عورة في الصلاة .
وأما خارجها فكلها عورة حتى وجهها بالنسبة إلى الرجل والخنثى وبالنسبة إلى
مثلها عورتها ما بين السرة إلى الركبة</div>
“Setiap bagian tubuh wanita yang baligh adalah aurat, termasuk pula sudut kepalanya. Pendapat ini telah dijelaskan dalam kitab <i>Ar Ri’ayah</i>…
kecuali wajah, karena wajah bukanlah aurat di dalam shalat. Adapun di
luar shalat, semua bagian tubuh adalah aurat, termasuk pula wajahnya
jika di hadapan lelaki atau di hadapan banci. Jika di hadapan sesama
wanita, auratnya antara pusar hingga paha” (<i>Raudhul Murbi’</i>, 140)<br />
* Ibnu Muflih berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
« قال أحمد : ولا تبدي
زينتها إلا لمن في الآية ونقل أبو طالب :ظفرها عورة ، فإذا خرجت فلا تبين
شيئًا ، ولا خُفَّها ، فإنه يصف القدم ، وأحبُّ إليَّ أن تجعل لكـمّها زرًا
عند يدها</div>
“Imam Ahmad berkata: ‘Maksud ayat tersebut adalah, <i>janganlah mereka (wanita) menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada orang yang disebutkan di dalam ayat</i>‘.
Abu Thalib menukil penjelasan dari beliau (Imam Ahmad): ‘Kuku wanita
termasuk aurat. Jika mereka keluar, tidak boleh menampakkan apapun
bahkan <i>khuf</i> (semacam kaus kaki), karena <i>khuf</i> itu masih menampakkan lekuk kaki. Dan aku lebih suka jika mereka membuat semacam kancing tekan di bagian tangan’” (<i>Al Furu’</i>, 601-602)<br />
* Syaikh Manshur bin Yunus bin Idris Al Bahuti, ketika menjelaskan matan <i>Al Iqna’</i> , ia berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
« وهما » أي : الكفان . « والوجه » من الحرة البالغة « عورة خارجها » أي الصلاة « باعتبار النظر كبقية بدنها »</div>
“’Keduanya, yaitu dua telapak tangan dan wajah adalah aurat di luar
shalat karena adanya pandangan, sama seperti anggota badan lainnya” (<i>Kasyful Qanaa’</i>, 309)<br />
* Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
القول الراجح في هذه المسألة وجوب ستر الوجه عن الرجال الأجانب</div>
“Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah wajib hukumnya bagi wanita untuk menutup wajah dari pada lelaki <i>ajnabi</i>” (<i>Fatawa Nurun ‘Alad Darb</i>, <a href="http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_4913.shtml">http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_4913.shtml</a>)<br />
<b>Cadar Adalah Budaya Islam</b><br />
Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa memakai cadar (dan juga
jilbab) bukanlah sekedar budaya timur-tengah, namun budaya Islam dan
ajaran Islam yang sudah diajarkan oleh para ulama Islam sebagai pewaris
para Nabi yang memberikan pengajaran kepada seluruh umat Islam, bukan
kepada masyarakat timur-tengah saja. Jika memang budaya Islam ini sudah
dianggap sebagai budaya lokal oleh masyarakat timur-tengah, maka tentu
ini adalah perkara yang baik. Karena memang demikian sepatutnya, seorang
muslim berbudaya Islam.<br />
Diantara bukti lain bahwa cadar (dan juga jilbab) adalah budaya Islam :<br />
1. Sebelum turun ayat yang memerintahkan berhijab atau berjilbab,
budaya masyarakat arab Jahiliyah adalah menampakkan aurat, bersolek
jika keluar rumah, berpakaian seronok atau disebut dengan <i>tabarruj</i>. Oleh karena itu Allah <i>Ta’ala</i> berfirman:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ</div>
“<i>Hendaknya kalian (wanita muslimah), berada di rumah-rumah kalian
dan janganlah kalian ber-tabarruj sebagaimana yang dilakukan wanita
jahiliyah terdahulu</i>” (QS. Al Ahzab: 33)<br />
Sedangkan, yang disebut dengan jahiliyah adalah masa ketika Rasulullah <i>Shallalahu’alihi Wasallam</i>
belum di utus. Ketika Islam datang, Islam mengubah budaya buruk ini
dengan memerintahkan para wanita untuk berhijab. Ini membuktikan bahwa
hijab atau jilbab adalah budaya yang berasal dari Islam.<br />
2. Ketika turun ayat hijab, para wanita muslimah yang beriman kepada Rasulullah <i>Shallalahu’alaihi Wasallam </i>seketika itu mereka mencari kain apa saja yang bisa menutupi aurat mereka. ‘Aisyah <i>Radhiallahu’anha</i> berkata:<br />
<div style="font-size: 18px; text-align: right;">
مَّا نَزَلَتْ هَذِهِ
الْآيَةُ ( وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ ) أَخَذْنَ
أُزْرَهُنَّ فَشَقَّقْنَهَا مِنْ قِبَلِ الْحَوَاشِي فَاخْتَمَرْنَ بِهَا</div>
“(Wanita-wanita Muhajirin), ketika turun ayat ini: “<i>Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (dan leher) mereka.</i>” (QS. <br />
<del>Al Ahzab</del> An Nuur: 31), mereka merobek selimut mereka lalu mereka berkerudung dengannya.” (HR. Bukhari 4759)<br />
Menunjukkan bahwa sebelumnya mereka tidak berpakaian yang menutupi
aurat-aurat mereka sehingga mereka menggunakan kain yang ada dalam
rangka untuk mentaati ayat tersebut.<br />
Singkat kata, para ulama sejak dahulu telah membahas hukum memakai
cadar bagi wanita. Sebagian mewajibkan, dan sebagian lagi berpendapat
hukumnya sunnah. Tidak ada diantara mereka yang mengatakan bahwa
pembahasan ini hanya berlaku bagi wanita muslimah arab atau timur-tengah
saja. Sehingga tidak benar bahwa memakai cadar itu aneh, ekstrim,
berlebihan dalam beragama, atau ikut-ikutan budaya negeri arab.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-40603051045475718832013-01-10T03:57:00.003-08:002013-01-10T19:50:44.527-08:0013 AURAT WANITA<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><b>13 AURAT WANITA</b></span></span></span></span></div>
<div class="separator" data-ft="<div" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9TfPhxEMzNcp0OQo57aCYkKvOyi71m-tnRq-2wr__gzIy13v2F9vKtl67CkNiYW5fsGADaSfrr6sJmYlz_EL82Lc09CK2mJD5BA5-9BAwKAoIvRShk9Xr115YsUO6wlbf3rKQs6YlGtU/s1600/kartun-akhwat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9TfPhxEMzNcp0OQo57aCYkKvOyi71m-tnRq-2wr__gzIy13v2F9vKtl67CkNiYW5fsGADaSfrr6sJmYlz_EL82Lc09CK2mJD5BA5-9BAwKAoIvRShk9Xr115YsUO6wlbf3rKQs6YlGtU/s320/kartun-akhwat.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span style="font-family: inherit; font-size: x-small;">Wanita
dalam keseluruhan jasad (bodinya) bahkan suaranya adalah aurat atau
hiasan yang hanya halal dan yang berhak menikmati adalah muhrimnya atau
suaminya yang sah. Batasan aurat yang boleh kelihatan (nampak) hanyalah
telapak tangan dan wajah (referensi : Al-Quran + Hadist). Apabila
seorang wanita keluar rumah dengan di hias-hiasi, maka sebenarnya wanita
tersebut telah menarik perhatian syaitan. Oleh karena itu Islam
mengajarkan wanita apabila keluar rumah agar aurat tertutup rapi serta
keluar atas dasar keperluan rumah tangga semata, boleh berdandan tapi
dalam batas sewajarnya. </span><br /> <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6748742739063638857" name="more"></a><br /> <span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><b>13 Aurat Wanita</b><br /> <br /> <b>1. Bulu
kening</b> – Menurut Bukhari, Rasullulah melaknati perempuan yang mencukur
atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening –
(Hadis Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari)<br /> <br /> <b>2. Kaki memakai gelang
kaki berloceng</b> – Dan janganlah mereka (perempuan) menghentakkan kaki
(atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan –
(Surah An-Nur Ayat 31.) Keterangan : Menampakkan kaki dan menghayunkan/
melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang
mengikatnya dengan loceng sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah.<br /> <br />
<b>3. Wangi-wangian atau parfum</b> – Siapa sahaja wanita yang memakai
wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium
baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata
ada zinanya terutamanya hidung yang berserombong kapal kata orang
sekarang hidong belang – (Hadis Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan
Hibban)<br /> <br /> <b>4. Dada</b> – Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain
tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada-dada mereka – (Surah An-Nur
Ayat 31.)<br /> <br /> <b>5. Gigi</b> – Rasullulah melaknat perempuan yang
mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya –Hadis Riwayat
At-Thabrani, Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi
cantik, yang merubah ciptaan Allah – Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari
dan Muslim.<br /> <br /> <b>6. Muka dan leher</b> – Dan tinggallah kamu
(perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu
seperti orang jahilliah yang dahulu. Keterangan : Bersolek (make-up) dan
menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher
seperti orang Jahilliyah.<br /> <br /> <b>7. Muka dan Tangan</b> – Asma binti Abu
Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda
Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid
tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan
dan wajah saja – (Hadis Riwayat Muslim dan Bukhari.)<br /> 8. Tangan –
Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada
menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya – (Hadis
Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.)<br /> <br /> <b>9. Mata</b> – Dan katakanlah
kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari
pemandangannya – ( Surah An Nur Ayat 31.)<br /> <br /> Sabda Nabi Muhamad
SAW, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu
hanya boleh pandangan yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya
tidak dibenarkan hukumnya haram – (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan
Tirmidzi.)<br /> <br /> <b>10. Mulut (suara)</b> – Janganlah perempuan-perempuan
itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada
perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan
yang baik – (Surah Al Ahzab Ayat 32.)<br /> <br /> Sabda SAW, Sesungguhnya
akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain,
iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi
perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi – (Hadis
Riwayat Ibn Majah.)<br /> <br /> <b>11. Kemaluan</b> – Dan katakanlah kepada
perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan
mereka dan menjaga kehormatan mereka – Petikan dari (Surah An Nur Ayat
31).Apabila seorang perempuan itu solat lima waktu, puasa di bulan
Ramadan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia
ke dalam Syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya – (Hadis
Riwayat Riwayat Al Bazzar.)<br /> <br /> Tiada seorang perempuanpun yang
membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah
membinasakan tabir antaranya dengan Allah – (Hadis Riwayat Tirmidzi, Abu
Daud dan Ibn Majah.)<br /> <br /> <b>12. Pakaian</b> – Barangsiapa memakai pakaian
yang berlebih-lebihan terutama yang menjolok mata , maka Allah akan
memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti – (Hadis Riwayat
Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah.)<br /> <br /> (Surah Al Ahzab Ayat
59. ) : Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai
baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka
mudah dikenali . Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha
pengampun lagi maha penyayang.<br /> <br /> Sesungguhnya sebilangan ahli
Neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang yang
condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat.
Mereka tidak akan masuk Syurga dan tidak akan mencium baunya - (Hadis
Riwayat Bukhari dan Muslim.) Keterangan : Wanita yang berpakaian
tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian
tertentu.<br /> <br /> <b>13. Rambut</b> – Wahai anakku Fatimah! Adapun
perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih
otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup
rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya – (Hadis
Riwayat Bukhari dan Muslim.)</span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-28158129309004187662013-01-10T03:49:00.000-08:002013-01-10T19:51:30.536-08:0010 CIRI PEREMPUAN YANG BAIK UNTUK DIJADIKAN ISTRI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnleYnd8qhWiCouMDse5ni8Bd9ORr66ZeU2Thy-eRbhC54usQLoF7xC2rlDQUlOPyzfTtgsH5O-01uYgiryFvYTAz3HzkYtfj-PgzmRxk8YSLxSWEJR9eYZd40F-Q9HHUc6RrE1jey7A8/s1600/kartun+akhwat+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnleYnd8qhWiCouMDse5ni8Bd9ORr66ZeU2Thy-eRbhC54usQLoF7xC2rlDQUlOPyzfTtgsH5O-01uYgiryFvYTAz3HzkYtfj-PgzmRxk8YSLxSWEJR9eYZd40F-Q9HHUc6RrE1jey7A8/s320/kartun+akhwat+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<b style="color: blue;">10 CIRI PEREMPUAN YANG BAIK UNTUK DIJADIKAN ISTRI</b><br />
<b style="color: blue;"> </b>(heroe poerniawan)<br />
<br />
1. Taat beragama<br />
Agama adalah <span class="IL_AD" id="IL_AD5">salah</span> satu pegangan
hidup untuk kita manusia. Taat kepada agama juga menunjukan kalau si
Perempuan akan taat terhadap kamu. Bukan berarti kamu bisa semena-mena
terhadap dia dan menyuruh si Perempuan untuk menuruti apapun yang kamu
mau, <span class="IL_AD" id="IL_AD7">tapi</span> taat beragama
menunjukan bahwa si Perempuan juga mempunyai prinsip hidup yang baik dan
yang dia tekuni. Dan usahakan cari istri yang berkerudung<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6748742739063638857" name="more"></a><br />
2. Lemah-lembut<br />
<span class="IL_AD" id="IL_AD1">Coba</span> perhatikan <span class="IL_AD" id="IL_AD8">cara</span>
Perempuan berbicara kepada teman-temannya. Apakah dia selalu suka
bernada keras, teriak-teriak, atau malah sopan dan selalu lembut dalam
berkata-kata? Ciri-ciri inilah yang mencerminkan <span class="IL_AD" id="IL_AD2">di mana</span> cara si Perempuan akan berbicara kepada kamu dan keluargamu nantinya.<br />
<br />
3. Perhatian<br />
“Kok dia bisa ingat dengan ulang tahun <span class="IL_AD" id="IL_AD9">orang</span>
tuaku?” ujar kamu. Itu adalah pertanda bagus. Dia benar-benar
perhatian akan hal-hal kecil seperti itu. Padahal, kalian belum
menikah. Sehabis kamu pulang kerja, makananpun sudah tersedia. Saat
kamu sedang sakit, dia memasakan bubur untuk kamu. Hal-hal kecil
seperti itulah yang akan membantu dan memperkuat hubungan kamu.
Bukankah Laki-laki juga memang suka diberi perhatian lebih <span class="IL_AD" id="IL_AD6">dari</span> si Perempuan?<br />
<br />
4. Penyabar<br />
Kamu telat untuk kencan dengan si Perempuan tapi si Perempuan tidak
marah sama sekali saat kamu datang dan dia sudah menunggu 25 menit
kelaparan. Kenapa sabar itu ciri-ciri yang baik? Coba pikirkan kalau
anda sedang dalam situasi apa saja yang berbau negatif; kesabaran itu
akan membantu suasana itu tidak menjadi lebih buruk. Coba bayangkan
kamu sedang kencan dengan Perempuan yang tidak sabar. Sedikit-sedikit
dia marah karena kamu tidak tepat waktu, berbuat sedikit kesalahan.
Kencan yang seharusnya senang-senang malahan menjadi pengalaman buruk.<br />
<br />
5. Sederhana<br />
Perhatikan apakah si Perempuan kamu suka berlebihan di depan
teman-temannya. Apakah dia suka memamerkan tas baru yang baru dia beli
hari itu juga? Orang yang suka pamer dan tidak sederhana menunjukan
kalau si Perempuan itu tidak percaya diri; ada kekurangan yang dia
punya dan ingin menutupinya dengan memamerkan sesuatu yang lebih dari dia. Ini sifat yang tidak bagus untuk para Laki-laki.<br />
<br />
6. Jaga kecantikan<br />
Tidak berarti Perempuan itu harus tampil cantik, tapi menjaga kecantikan
itu juga berarti itu Perempuan tahu bagaimana caranya menjaga dan
merawat dirinya sendiri. Jikalah anda sedang berkencan dengan dia,
perhatikanlah “make-up” yang dia pakai. Apakah terlalu berlebihan
sehingga menarik perhatian orang-orang lain di sekitar anda? Apakah dia
memakai rok mini yang berlebihan? Jaga kecantikan itu berarti menjaga
penampilan secukupnya dan sewajarnya di saat dan tempat yang benar.<br />
<br />
7. Dewasa dan bijaksana<br />
Laki-laki suka dengan Perempuan yang bijaksana dan bersikap dewasa. Di saat kesusahan, Laki-laki akan membutuh bantuan dari seorang Perempuan yang dewasa dan bijaksana dalam mengambil keputusan.<br />
<br />
8. Hemat<br />
Laki-laki mana yang mau punya Perempuan bermaterialistis? Nanti kalau
kamu sudah berkeluarga dengan Perempuan tersebut, dia akan menghabiskan
uang untuk belanja baju-baju yang tidak perlu. Coba perhatikan dari cara dia menghabiskan uangnya sekarang. Apakah dia termasuk orang yang hemat, pelit, atau hura-hura?<br />
<br />
9. Keibuan<br />
Perempuan kalau senang bermain dengan anak kecil, bisa menggendong bayi,
menunggu mereka tidur, dan sebagainya. Inilah tanda-tanda dari
Perempuan yang bisa kamu bayangkan saat mereka menjadi istri kamu. Dia
akan menjadi seorang ibu yang pandai di dalam rumah tangga.<br />
<br />
10. Tabah menderita dan mau bekerja keras<br />
Inilah salah satu ciri-ciri dari Perempuan yang agak susah dicari. Mengapa? Perempuan sudah terbiasa dengan tradisi di mana
laki-laki yang mencari uang. Di masa-masa sulit, Perempuan biasanya
tidak terbiasa untuk bekerja keras untuk keluarga. Jikalau kamu sudah
menemukan Perempuan yang tabah menderita dan mau bekerja keras,
hargailah dia.
<br />
<span class="post-author vcard">
</span>
<br />
<div id="_dyhb23rg4374">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-18816130419669481412013-01-09T21:52:00.002-08:002013-01-09T21:52:29.539-08:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYjul88uuWG24K9q6TVDIxeTf4ztxP7flEvf1GK7Se7bpzWa8GbM0WukhF9WeZGUOpom0Do2Q59t-wggX5KrFibPcJcGd3Rc2IDAY2-qvHDhW_mIO1M6-erlBhcX6b9YnYy_ChEkVEqkg/s1600/jenggot.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="303" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYjul88uuWG24K9q6TVDIxeTf4ztxP7flEvf1GK7Se7bpzWa8GbM0WukhF9WeZGUOpom0Do2Q59t-wggX5KrFibPcJcGd3Rc2IDAY2-qvHDhW_mIO1M6-erlBhcX6b9YnYy_ChEkVEqkg/s320/jenggot.jpg" width="200" /></a></div>
<h2 style="text-align: center;">
<span style="color: #ff6600;"><b></b>BERJENGGOT SUNAH ROSUL<br /> </span></h2>
<div style="color: red;">
Umur 17
tahun adalah usia dimana segala bentuk fisiknya sudah matang. Rambut di
dagu sudah mulai tumbuh. Ya … jenggot. Banyak sekali saat ini yang
memperdebatkan soal jenggot. Media massa seolah-olah mendeskripsikan
orang yang berjenggot sebagai seorang teroris. Hal itulah yang
menyebabkan polisi salah tangkap. Padahal media massa tidak mengerti
tentang seluk beluk jenggot.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;">Sebagai
seorang muslim, kita harus mengetahui bagaimana hukum berjenggot bagi
umat Muslim. Seorang ustadz mengatakan bahwa jenggot adalah bukti
kecintaan kita kepada Rasulullah. Atau ada sindiran bahwa jenggot itu
adalah tempat tidurnya para malaikat. Walau pun telah memiliki dalil
sendiri, namun kewajiban kita untuk berjenggot seharusnya kita
laksanakan. Coba kita simak perkataan Rasulullah ini:</span></div>
<blockquote style="color: black;">
<div style="text-align: center;">
<b>“Bedakanlah dirimu dengan orang-orang musyrikin, cukurlah kumis dan biarkan jenggot.”</b></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kalau kita
bisa mendalami perkataan Rasulullah ini, maka hukum berjenggot bisa saja
dikatakan WAJIB bagi semua muslim khusus laki-laki. Kalau ada pendapat
bahwa jenggot diibaratkan teroris, jangan diambil pusing. Mengapa kita
harus takut dengan sesama manusia kalau yang kita lakukan itu benar?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #993300;">Sudah
saatnya kita instropeksi diri kita khususnya kaum laki-laki. sudah
menjadi kewajiban untuk kita melaksanakan sunnah Rasulullah saw ini.
Mengapa kita harus menuruti opini dari media massa yang jelas-jelas
tidak melihat dari al-quran dan hadits Rasulullah? memangnya media massa
itu Tuhan? Jika kita telah mengetahuinya, mari kita berjenggot.</span></div>
<blockquote>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #999999;"><b>“<span style="color: black;">Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah amat keras hukumannya.”[QS.Al-Hasyr:7]</span></b></span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">Berjenggot
lebih asik. Lebih tampan untuk kalangan pemuda. Mengapa harus malu?
Buktikan kalau kita ini adalah ISLAM. jangan seperti</span> <span style="color: purple;">gama-agama yang lain yang ciri-cirinya malah memberikan dampak negatif bagi mereka sendiri. Wallahualam … </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">OKEY TEMAN-TEMAN.........................????????????</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-41986827439606868072013-01-09T18:06:00.003-08:002013-01-09T18:07:05.445-08:00GAMBAR WUDHU<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgStXmGqeSjKTUXVlq3iGRPBxcT_6hLn1lz6QYOo6ghbfm7ls5prlOcMKQCoPOn57EnZP8sulx_D8N3e904FooSKogOsCInx0rbTVinUiGzF_DQCYiN6Zc0cn7jp6-ulvOHDmgLwztp7Zc/s1600/11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="348" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgStXmGqeSjKTUXVlq3iGRPBxcT_6hLn1lz6QYOo6ghbfm7ls5prlOcMKQCoPOn57EnZP8sulx_D8N3e904FooSKogOsCInx0rbTVinUiGzF_DQCYiN6Zc0cn7jp6-ulvOHDmgLwztp7Zc/s640/11.jpg" width="640" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-64448112689478519012013-01-09T18:03:00.001-08:002013-01-09T18:03:32.859-08:00kitab wudhuKitab Wudhu<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-1: Apa-apa yang diwahyukan mengenai wudhu dan firman Allah, "Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki." (al-Maa'idah: 6)<br />
<br />
<br />
Abu Abdillah berkata, "Nabi saw. menjelaskan bahwa kewajiban wudhu itu sekali-sekali.[1] Beliau juga berwudhu dua kali-dua kali.[2] Tiga kali-tiga kali,[3] dan tidak lebih dari tiga kali.[4] Para ahli ilmu tidak menyukai berlebihan dalam berwudhu, dan melebihi apa yang dilakukan oleh Nabi saw."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-2: Tiada Shalat yang Diterima Tanpa Wudhu<br />
<br />
<br />
90. Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Tidaklah diterima shalat orang yang berhadats sehingga ia berwudhu.' Seorang laki-laki dari Hadramaut bertanya, "Apakah hadats itu, wahai Abu Hurairah?" Ia menjawab, "Kentut yang tidak berbunyi atau kentut yang berbunyi."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-3: Keutamaan Wudhu dan Orang-Orang yang Putih Cemerlang Wajah, Tangan, serta Kakinya karena Bekas Wudhu<br />
<br />
<br />
91. Nu'aim al-Mujmir r.a. berkata, "Saya naik bersama Abu Hurairah ke atas masjid. Ia berwudhu lalu berkata, 'Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi bersabda, 'Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya, maka kerjakanlah hal itu.'"[5]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-4: Tidak Perlunya Berwudhu karena Ada Keragu-raguan Saja Hingga Dia Yakin Sudah Batal Wudhunya<br />
<br />
<br />
92. Dari Abbad bin Tamim dari pamannya, bahwa ia mengadu kepada Rasululah saw. tentang seseorang yang membayangkan bahwa ia mendapat sesuatu (mengeluarkan buang angin) dalam shalat, maka beliau bersabda, "Janganlah ia menoleh atau berpaling sehingga ia mendengar suara, atau mendapatkan baunya."<br />
<br />
(Dan dalam riwayat mu'allaq : Tidak wajib wudhu kecuali jika engkau mendapatkan baunya atau mendengar suaranya 3/5).[6]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-5: Meringankan dalam Melakukan Wudhu<br />
<br />
<br />
93. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Pada suatu malam saya menginap di rumah bibiku, yaitu Maimunah [binti al-Harits, istri Nabi saw, 1/38] [dan pada malam itu Nabi saw berada di sisinya karena saat gilirannya. Lalu Nabi saw mengerjakan shalat isya, kemudian pulang ke rumah, lalu mengerjakan shalat empat rakaat]. [Saya berkata, "Sungguh saya akan memperhatikan shalat Rasulullah saw.." 5/175]. [Kemudian Rasulullah saw bercakap-cakap dengan istrinya sesaat, lantas istrinya melemparkan bantal kepada beliau], [kemudian beliau tidur 5/174]. [Kemudian saya berbaring di hamparan bantal itu, dan Rasulullah saw. berbaring dengan istrinya di bagian panjangnya bantal itu, lalu Rasulullah saw tidur hingga tengah malam, atau kurang sedikit atau lebih sedikit 2/58]. Kemudian Nabi saw bangun malam itu (dan dalam satu riwayat: Kemudian Rasulullah saw bangun, lalu duduk, lantas mengusap wajahnya dengan tangannya terhadap bekas tidurnya [lalu memandang ke langit], kemudian membaca sepuluh ayat dari bagian-bagian akhir surah Ali Imran). (Dan pada suatu riwayat: Yaitu ayat "Inna fii khalqis samaawaati wal-ardhi wakhtilaafil-laili wannahaari la-aayaatin li-ulil albaab"). Lalu beliau menyelesaikan keperluannya, mencuci mukanya dan kedua tangannya, kemudian tidur]. Pada malam harinya itu Nabi saw. bangun dari tidur. Setelah lewat sebagian waktu malam (yakni tengah malam), Nabi saw. berdiri lalu berwudhu dari tempat air yang digantungkan dengan wudhu yang ringan -Amr menganggapnya ringan dan sedikit [sekali 1/208]. (Dan pada satu riwayat disebutkan: dengan satu wudhu di antara dua wudhu tanpa memperbanyak 7/148), [dan beliau menyikat gigi], [kemudian beliau bertanya, "Apakah anak kecil itu sudah tidur?" Atau, mengucapkan kalimat lain yang serupa dengan itu]. Dan (dalam satu riwayat: kemudian) beliau berdiri shalat [Lalu saya bangun], (kemudian saya membentangkan badan karena takut beliau mengetahui kalau saya mengintipnya 7/148]. Kemudian saya berwudhu seperti wudhunya. Saya datang lantas berdiri di sebelah kirinya (dengan menggunakan kata "yasar")- dan kadang-kadang Sufyan menggunakan kata "syimal". [Lalu Rasulullah saw. meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku, dan memegang telinga kanan saya sambil memelintirnya]. (Dan menurut jalan lain: lalu beliau memegang kepala saya dari belakang 1/177. Pada jalan lain lagi, beliau memegang tangan saya atau lengan saya, dan beliau berbuat dengan tangannya dari belakang saya 1/178). Lalu, beliau memindahkan saya ke sebelah kanannya,[7] kemudian beliau shalat sebanyak yang dikehendaki oleh Allah. (Dan menurut satu riwayat : lalu beliau shalat lima rakaat, kemudian shalat dua rakaat. Pada riwayat lain lagi, beliau shalat dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dan dua rakaat lagi, kemudian shalat witir. Dan dalam satu riwayat, beliau mengerjakan shalat sebelas rakaat). (Dan pada riwayat lain disebutkan bahwa sempurnalah shalat nya tiga belas rakaat). Kemudian beliau berbaring lagi dan tidur sampai suara napasnya kedengaran. (Dalam satu riwayat: sehingga saya mendengar bunyi napasnya) [dan apabila beliau tidur biasa berbunyi napasnya]. Kemudian muazin (dalam satu riwayat: Bilal) mendatangi beliau dan memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba, [lalu beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan/ringkas, kemudian keluar]. Kemudian Nabi pergi bersamanya untuk shalat, lalu beliau mengimami [shalat Subuh bagi orang banyak] tanpa mengambil wudlu yang baru." [Dan beliau biasa mengucapkan dalam doanya:<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
'Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, cahaya di dalam pandanganku, cahaya di dalam pendengaranku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku, cahaya di depanku, cahaya di belakangku. Dan, jadikanlah untukku cahaya.']".<br />
Kuraib berkata, "Dan, tujuh di dalam tabut (peti). Kemudian saya bertemu salah seorang anak Abbas, lalu ia memberitahukan kepadaku doa itu, kemudian dia menyebutkan:<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Dan (cahaya) pada sarafku, pada dagingku, pada darahku, pada rambutku, dan pada kulitku."<br />
Dia menyebutkan dua hal lagi. Kami (para sahabat) berkata kepada Amr, "Sesungguhnya orang-orang itu mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw itu tidur kedua matanya dan tidak tidur hatinya." Amr menjawab, "Aku mendengar Ubaid bin Umair[8] mengatakan bahwa mimpi Nabi adalah wahyu. Kemudian Ubaid membacakan ayat, "Innii araa fil manami annii adzbahuka" 'Aku (Ibrahim) bermimpi (wahai anakku) bahwa aku menyembelihmu (sebagai kurban bagi Allah)'." (ash-Shaaffat: 102)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-6: Menyempurnakan Wudhu<br />
<br />
<br />
Ibnu Umar berkata, "Menyempurnakan wudhu berarti mencuci anggota wudhu secara sempurna."[9]<br />
<br />
<br />
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan hadits Usamah dengan isnadnya yang akan disebutkan pada [25 -Al Hajj/ 94 - BAB]."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-7: Membasuh Muka dengan Kedua Belah Tangan dengan Segenggam Air<br />
<br />
<br />
94. Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa ia berwudhu, yaitu ia membasuh wajahnya, ia mengambil seciduk air, lalu berkumur dan istinsyaq 'menghirup air ke hidung' dengannya. Kemudian ia mengambil seciduk air dan menjadikannya seperti itu, ia menuangkan ke tangannya yang lain lalu membasuh mukanya (wajahnya) dengannya. Kemudian ia mengambil seciduk air lalu membasuh tangannya yang kanan. Lalu ia mengambil seciduk air lalu membasuh tangannya yang kiri dengannya, kemudian mengusap kepalanya. Kemudian ia mengambil seciduk air lalu memercikkan pada kakinya yang kanan sambil membasuhnya. Kemudian ia mengambil seciduk yang lain lalu membasuh kakinya yang kiri. Kemudian ia berkata, "Demikianlah saya melihat Rasulullah saw berwudhu."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-8: Mengucapkan Basmalah dalam Segala Keadaan dam ketika Hendak Bersetubuh<br />
<br />
<br />
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan pada [67 -An Nikah / 67 - BAB].")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-9: Apa yang Diucapkan ketika Masuk ke W.C.<br />
<br />
<br />
95. Anas berkata, "Apabila Nabi saw. masuk (dan dalam riwayat mu'allaq[10] : datang, dan pada riwayat lain[11]: apabila hendak masuk) ke kamar kecil (toilet) beliau mengucapkan,<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Allaahumma inni a'uudzu bika minal khubutsi wal khabaa itsi 'Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada Mu dari setan laki-laki dan setan wanita'."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-10: Meletakkan Air di Dekat W.C.<br />
<br />
<br />
96. Ibnu Abbas r.a mengatakan bahwa Nabi saw masuk ke kamar kecil (W.C.), lalu saya meletakkan air wudhu untuk beliau. Lalu beliau bertanya, "Siapakah yang meletakkan ini (air wudhu)?" Kemudian beliau diberitahu. Maka, beliau berdoa, "Allaahumma faqqihhu fiddiin 'YaAllah, pandaikanlah ia dalam agama'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-11: Tidak Boleh Menghadap Kiblat ketika Buang Air Besar atau Kecil Kecuali Dibatasi Bangunan, Dinding, atau yang Sejenisnya<br />
<br />
<br />
97. Abu Ayyub al-Anshari r.a. berkata, "Rasulullah saw bersabda, Apabila salah seorang di antaramu datang ke tempat buang air besar, maka janganlah ia menghadap ke kiblat dan jangan membelakanginya. [Akan tetapi, l/103] menghadaplah ke timur atau ke barat (karena letak Madinah di sebelah utara Kabah-penj).'"<br />
<br />
[Abu Ayyub berkata, "Lalu kami datang ke Syam, maka kami dapati toilet-toilet menghadap ke kiblat. Kami berpaling dan beristighfar (memohon ampun) kepada Allah Ta'ala"]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-12: Buang Air Besar dengan Duduk di Atas Dua Buah Batu<br />
<br />
<br />
98. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Sesungguhnya orang-orang berkata, 'Apabila kamu berjongkok untuk menunaikan hajat (buang air besar/kecil), maka janganlah menghadap ke kiblat dan jangan pula ke Baitul Maqdis'" Lalu Abdullah bin Umar berkata, "Sungguh pada suatu hari saya naik ke atap rumah kami (dan dalam satu riwayat: rumah Hafshah, karena suatu keperluan 1/46), lalu saya melihat Rasulullah saw di antara dua batu [membelakangi kiblat] menghadap ke Baitul Maqdis (dan dalam satu riwayat: menghadap ke Syam) untuk menunaikan hajat beliau." Beliau bersabda, "Barangkali engkau termasuk orang-orang yang shalat di atas pangkal paha." Saya menjawab, "Tidak tahu, demi Allah." Imam Malik berkata, "Yakni orang yang shalat tanpa mengangkat tubuhnya dari tanah, sujud dengan menempel di tanah."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-13: Keluarnya Wanita untuk Buang Air Besar<br />
<br />
<br />
99. Aisyah r.a. mengatakan bahwa istri-istri Nabi saw keluar malam hari apabila mereka buang air besar/kecil di Manashi' yaitu tempat tinggi yang sedap. Umar berkata kepada Nabi saw., "Tirai-lah istri engkau." Namun, Rasulullah saw tidak melakukannya. Saudah bin Zam'ah istri Nabi saw keluar pada salah satu malam di waktu isya. Ia adalah seorang wanita yang tinggi, lalu Umar memanggilnya [pada waktu itu dia di dalam majelis, lalu berkata], "Ingatlah, sesungguhnya kami telah mengenalmu, wahai Saudah!" Dengan harapan agar turun (perintah) bertirai. [Saudah berkata], "Maka, Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat tentang hijab (perintah untuk bertirai)."[12]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-14: Buang Air di Rumah-Rumah<br />
<br />
<br />
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang termaktub pada nomor 98 di muka.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-15: Bersuci dengan Air Setelah Buang Air Besar<br />
<br />
<br />
100. Anas bin Malik r.a. berkata, "Apabila Nabi saw keluar untuk (menunaikan) hajat beliau, maka saya menyambut bersama anak-anak [kami 1/ 47] [sambil kami bawa tongkat, dan 1/127] kami bawa tempat air. [Maka setelah beliau selesai membuang hajat nya, kami berikan tempat air itu kepada beliau] untuk bersuci dengannya."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-16: Orang yang Membawa Air untuk Bersuci<br />
<br />
<br />
Abud Darda' berkata, "Tidak adakah di antara kalian orang yang mempunyai dua buah sandal dan air untuk bersuci serta bantal?"[13]<br />
<br />
<br />
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari telah meriwayatkan dengan sanadnya hadits Anas di muka tadi.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-17: Membawa Tongkat Beserta Air dalam Beristinja<br />
<br />
<br />
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang diisyaratkan di muka.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-18: Larangan Beristinja dengan Tangan Kanan<br />
<br />
101. Abu Qatadah r.a. berkata, "Rasulullah saw. bersabda, Apabila salah seorang dari kamu minum, maka jangan bernapas di tempat air itu; dan apabila datang ke kamar kecil, maka janganlah memegang (dalam satu riwayat: jangan sekali-kali memegang) kemaluannya dengan tangan kanannya. [Apabila salah seorang dari kamu mengusap, maka 6/ 250] jangan mengusap (dan dalam riwayat lain: bersuci) dengan tangan kanannya."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-19: Tidak Boleh Memegang Kemaluan dengan Tangan Kanan ketika Kencing<br />
<br />
<br />
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Qatadah sebelum ini.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-20: Beristinja dengan Batu <br />
<br />
<br />
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah yang akan disebutkan pada [62-Al-Manaqib/20-BAB].")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-21: Tidak Boleh Beristinja dengan Kotoran Binatang<br />
<br />
<br />
102. Abdullah (bin Mas'ud) berkata, "Nabi saw hendak buang air besar, lalu beliau menyuruh saya untuk membawakan beliau tiga batu. Saya hanya mendapat dua batu dan saya mencari yang ketiga namun saya tidak mendapatkannya. Lalu, saya mengambil kotoran binatang, kemudian saya bawa kepada beliau. Beliau mengambil dua batu itu dan melemparkan kotoran tersebut, dan beliau bersabda, 'Ini adalah kotoran.'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-22: Berwudhu Sekali-Sekali<br />
<br />
<br />
103. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Nabi saw berwudhu sekali-sekali."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-23: Berwudhu Dua Kali-Dua Kali<br />
<br />
<br />
104. Dari Abbad bin Tamim dari Abdullah bin Zaid bahwa Nabi saw. berwudhu dua kali-dua kali.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-24: Berwudhu Tiga Kali-Tiga Kali<br />
<br />
<br />
105. Humran, bekas hamba sahaya Utsman, mengatakan bahwa ia melihat Utsman bin Affan minta dibawakan bejana (air). (Dan dalam satu riwayat darinya, ia berkata, "Aku membawakan Utsman air untuk bersuci, sedang dia duduk di atas tempat duduk, lalu dia berwudhu dengan baik 7/174). Lalu ia menuangkan air pada kedua belah tangannya tiga kali, lalu ia membasuh kedua nya. Kemudian ia memasukkan tangan kanannya di bejana, lalu ia berkumur, menghirup air ke hidung [dan mengeluarkannya, l/49]. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali, dan membasuh kedua tangannya sampai ke siku tiga kali, lalu mengusap kepalanya, lalu membasuh kedua kakinya sampai ke dua mata kakinya tiga kali. Setelah itu ia berkata, ["Aku melihat Nabi saw. berwudhu di tempat ini dengan baik, kemudian] beliau bersabda, 'Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian [datang ke masjid, lalu] shalat dua rakaat, yang antara kedua shalat itu ia tidak berbicara kepada dirinya [tentang sesuatu 2/235], [kemudian duduk,] maka diampunilah dosanya yang telah lampau.'" [Utsman berkata, "Dan Nabi saw. bersabda, 'Janganlah kamu terpedaya!'].<br />
<br />
<br />
Dalam satu riwayat dari Humran disebutkan bahwa setelah Utsman selesai berwudhu, ia berkata, "Maukah aku ceritakan kepada kalian suatu hadits yang seandainya bukan karena suatu ayat Al-Qur'an, niscaya aku tidak akan menceritakannya kepada kalian? Saya mendengar Nabi saw bersabda, 'Tidaklah seseorang berwudhu dengan wudhu yang baik lalu mengerjakan shalat, kecuali diampuni dosanya yang ada di antara wudhu dan shalat sehingga ia melakukan shalat. Urwah berkata, "Ayatnya ialah, "Innalladziina yaktumuuna maa anzalnaa minal bayyinaati" 'Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-25: Menghirup Air Ke Hidung dan Mengembuskannya Kembali<br />
<br />
<br />
Hal ini diriwayatkan oleh Utsman, Abdullah bin Zaid, dan Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu a'laihi wa sallam.[14]<br />
<br />
<br />
106. Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Barangsiapa berwudhu, hendaklah ia menghirup air ke hidung (dan mengembuskannya kembali); dan barangsiapa yang melakukan istijmar (bersuci dari buang air besar), hendaklah melakukannya dengan ganjil (tidak genap)."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-26: Mencuci Sisa-Sisa Buang Air Besar dengan Batu yang Berjumlah Ganjil<br />
<br />
107. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu wudhu hendaklah ia memasukkan air ke hidungnya kemudian hendaklah ia mengembuskannya, dan barangsiapa yang bersuci (dari buang air besar) hendaklah ia melakukannya dengan hitungan ganjil (tidak genap). Apabila salah seorang dari kamu bangun dari tidurnya, hendaklah ia membasuh tangannya sebelum ia memasukkan ke dalam air wudhunya. Sesungguhnya, salah seorang di antaramu tidak mengetahui di mana tangannya bermalam."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-27: Membasuh Kedua Kaki[15]<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang telah disebutkan pada Kitab ke-2 'Ilmu', Bab ke-3, nomor hadits 42.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-28: Berkumur-Kumur dalam Wudhu<br />
<br />
<br />
Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas dan Abdullah bin Zaid dari Nabi Muhammad saw.[16]<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Utsman yang baru saja disebutkan pada hadits nomor 105.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-29: Membasuh Tumit<br />
<br />
<br />
<br />
Ibnu Sirin biasa mencuci tempat cincinnya bila berwudhu[17]<br />
<br />
<br />
108. Muhammad bin Ziyad berkata, "Aku mendengar Abu Hurairah sewaktu ia sedang berjalan melalui tempat kami dan pada saat itu orang-orang sedang berwudhu dari tempat air untuk bersuci, ia berkata, 'Sempurnakanlah olehmu semua wudhumu[18] karena Abul Qasim (yakni Nabi Muhammad saw.) telah bersabda, 'Celakalah bagi tumit-tumit itu dari siksa api neraka.'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-30: Membasuh Kaki dalam Kedua Terompah dan Bukannya Mengusap di Atas Kedua Terompah[19]<br />
<br />
<br />
109. Ubaid bin Juraij berkata kepada Abdullah bin Umar, "Hai Abu Abdurrahman, aku melihat Anda mengerjakan empat hal yang tidak pernah kulihat dari seorang pun dari golongan-golongan sahabat Anda yang mengerjakan itu." Abdullah bertanya, "Apa itu, wahai Ibnu Juraij?" Ibnu Juraij berkata, "Aku melihat Anda tidak menyentuh tiang kecuali hajar aswad, aku melihat Anda memakai sandal yang tidak dengan bulu yang dicelup, aku melihat Anda mencelup dengan warna kuning, dan aku melihat Anda apabila di Mekah orang-orang mengeraskan suara bila melihat bulan, sedangkan Anda tidak mengeraskan suara sehingga tiba hari Tarwiyah (tanggal delapan Dzulhijjah)." [Lalu, 7/48] Abdullah bin Umar berkata [kepadanya], "Adapun tiang, karena aku tidak melihat Rasulullah menyentuh kecuali pada hajar aswad; adapun sandal yang tidak dengan bulu yang dicelup, karena aku melihat Rasulullah saw mengenakan sandal yang tidak ada rambutnya dan beliau wudhu dengan mengenakannya[20], lalu aku senang untuk mencelup dengannya. Adapun mengeraskan suara karena melihat bulan, aku tidak melihat Rasulullah saw. mengeraskan suara karena melihat bulan sehingga kendaraan keluar dengannya."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-31: Mendahulukan yang Kanan dalam Berwudhu dan Mandi<br />
<br />
110. Aisyah berkata, "Nabi Muhammad saw tertarik [dalam satu riwayat: senang, 6/197] untuk mendahulukan yang kanan (sedapat mungkin) dalam bersandal, bersisir, dan dalam seluruh urusan beliau."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-32: Mencari Air Wudhu Apabila Telah Tiba Waktu Shalat<br />
<br />
<br />
Aisyah berkata, "Waktu shalat subuh sudah tiba, lalu dicarilah air, tetapi tidak dijumpai, kemudian beliau bertayamum."[21]<br />
<br />
<br />
111. Anas bin Malik berkata, "Aku melihat Nabi Muhammad saw sedangkan waktu ashar telah tiba; orang-orang mencari air wudhu, namun mereka tidak mendapatkannya. [Maka pergilah orang yang rumahnya dekat masjid, 4/170] [kepada keluarganya, l/57] [untuk berwudhu, dan yang lain tetap di situ], lalu dibawakan tempat air wudhu kepada Rasulullah saw., lalu beliau meletakkan tangan beliau di bejana itu, (dalam satu riwayat: lalu didatangkan kepada Nabi Muhammad saw. bejana tempat mencuci/mencelup kain yang terbuat dari batu dan berisi air. Beliau lalu meletakkan telapak tangan beliau, tetapi bejana tempat mencelup ini tidak muat kalau telapak tangan beliau direnggangkan, lalu beliau kumpulkan jari jari beliau, kemudian beliau letakkan di dalam tempat mencuci/mencelup itu), dan beliau menyuruh orang-orang berwudhu dari air itu." Anas berkata, "Aku melihat air itu keluar dari bawah jari-jari beliau sehingga orang yang terakhir dari mereka selesai berwudhu." [Kami bertanya, "Berapa jumlah kalian?" Dia menjawab, "Delapan puluh orang lebih."][22]<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-33: Air yang Digunakan untuk Membasuh atau Mencuci Rambut Manusia<br />
<br />
<br />
Atha' memandang tidak ada salahnya untuk membuat benang-benang dan tali-tali dari rambut manusia. Dalam bab ini juga disebutkan tentang pemanfaatan sesuatu yang dijilat atau digigit oleh seekor anjing dan lewatnya anjing melewati masjid.[23]<br />
<br />
<br />
Az-Zuhri berkata, "Apabila seekor anjing menjilat suatu bejana yang berisi air, sedangkan selain di tempat itu tidak ada lagi air yang dapat digunakan untuk berwudhu, bolehlah berwudhu dengan menggunakan air tersebut."[24]<br />
<br />
<br />
Sufyan berkata, "Ini adalah fatwa agama yang benar. Allah Ta'ala berfirman, "Falam tajiduu maa-an fatayammamuu" 'dan apabila kamu tidak mendapatkan air, lakukanlah tayamum.'" Demikian itulah persoalan air, dan dalam hal bersuci ada benda yang dapat digunakan untuk berwudhu dan bertayamum."[25]<br />
<br />
<br />
<br />
112. Ibnu Sirin berkata, 'Aku berkata kepada Abidah, 'Kami mempunyai beberapa helai rambut Nabi Muhammad saw yang kami peroleh dari Anas atau keluarga Anas.' Ia lalu berkata, 'Sungguh, kalau aku mempunyai sehelai rambut dari beliau, itu akan lebih aku senangi daripada memiliki dunia dan apa saja yang ada di dunia ini.'"<br />
<br />
<br />
<br />
113. Anas berkata bahwa ketika Rasulullah saw mencukur kepalanya, Abu Thalhah adalah orang pertama yang mengambil rambut beliau.<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-34: Apabila Anjing Minum di dalam Bejana Salah Seorang dari Kamu, Hendaklah Ia Mencucinya Tujuh Kali<br />
<br />
<br />
114. Abu Hurairah berkata, "Sesungguhnya, Rasulullah saw bersabda, 'Apabila anjing minum dari bejana salah seorang di antaramu, cucilah bejana itu tujuh kali.'"<br />
<br />
115. Abdullah (Ibnu Umar) berkata, "Anjing-anjing datang dan pergi (mondar-mandir) di masjid pada zaman Rasulullah saw dan mereka tidak menyiramkan air padanya."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-35: Orang yang Berpendapat Tidak Perlu Berwudhu Melainkan karena Adanya Benda yang Keluar dari Dua Jalan Keluar Yakni Kubul dan Dubur Karena firman Allah, "Atau salah seorang dari kalian keluar dari tempat buang air (toilet)." (al-Maa'idah: 6)<br />
<br />
<br />
Atha' berkata mengenai orang yang dari duburnya keluar ulat atau dari kemaluannya keluar benda semacam kutu, maka orang itu wajib mengulangi wudhunya jika hendak melakukan shalat.[26]<br />
<br />
<br />
Jabir bin Abdullah berkata, "Apabila seseorang tertawa di dalam shalat, ia harus mengulangi shalatnya, tetapi tidak mengulangi wudhunya."[27]<br />
<br />
<br />
Hasan berkata, "Apabila seseorang mengambil (memotong) rambutnya atau kukunya atau melepas sepatunya, ia tidak wajib mengulangi wudhunya."[28]<br />
<br />
<br />
Abu Hurairah berkata, 'Tidaklah wajib mengulangi wudhu kecuali bagi orang-orang yang berhadats."[29]<br />
<br />
<br />
Jabir berkata, "Nabi berada di medan perang Dzatur Riqa' dan seseorang terlempar karena sebuah panah dan darahnya mengucur, tetapi dia ruku, bersujud, dan meneruskan shalatnya."[30]<br />
<br />
<br />
Al-Hasan berkata, "Orang orang muslim tetap saja shalat dengan luka mereka."[31]<br />
<br />
<br />
Thawus, Muhammad bin Ali, Atha' dan orang-orang Hijaz berkata, "Berdarah tidak mengharuskan pengulangan wudhu."[32]<br />
<br />
<br />
Ibnu Umar pernah memijit luka bisulnya sampai keluarlah darahnya, tetapi ia tidak berwudhu lagi.[33] <br />
<br />
<br />
Ibnu Aufa pernah meludahkan darah lalu diteruskannya saja shalatnya itu.[34]<br />
<br />
<br />
Ibnu Umar dan al-Hasan berkata, "Apabila seseorang mengeluarkan darahnya (yakni berbekam / bercanduk), yang harus dilakukan baginya hanyalah mencuci bagian yang dicanduk."[35]<br />
<br />
<br />
116. Zaid bin Khalid r.a. bertanya kepada Utsman bin Affan r.a., "Bagaimana pendapat Anda apabila seseorang bersetubuh [dengan istrinya, 1/76], namun tidak mengeluarkan air mani?" Utsman berkata, "Hendaklah ia berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat dan membasuh kemaluannya." Utsman berkata, "Aku mendengarnya dari Rasulullah saw." Zaid bin Khalid berkata, "Aku lalu menanyakan hal itu kepada Ali, Zubair, Thalhah, dan Ubay bin Ka'ab, mereka menyuruh aku demikian."[36]<br />
<br />
<br />
<br />
[Urwah ibnuz-Zubair berkata bahwa Abu Ayyub menginformasikan kepada nya bahwa dia mendengar yang demikian itu dari Rasulullah saw.]<br />
<br />
<br />
117. Abu Said al-Khudri r.a. berkata bahwa Rasululah saw mengutus kepada seorang Anshar, lalu ia datang dengan kepala meneteskan (air), maka Rasulullah saw bersabda, "Barangkali kami telah menyebabkanmu tergesa-gesa." Orang Anshar itu menjawab, "Ya". Rasululah saw. bersabda, "Apabila kamu tergesa-gesa atau belum keluar mani maka wajib atasmu wudhu".<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-36: Seseorang yang Mewudhui Sahabatnya*1*)<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-37: Membaca AI-Qur'an Sesudah Hadats dan Lain-lain<br />
<br />
<br />
Manshur berkata dari Ibrahim, "Tidak apa-apa membaca Al-Qur'an di kamar mandi dan menulis surah tanpa berwudhu."[37]<br />
<br />
<br />
Hammad berkata dari Ibrahim, "Kalau dia memakai sarung, ucapkanlah salam, sedangkan jika tidak, jangan ucapkan salam"[38]<br />
<br />
<br />
[Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya hadits Ibnu Abbas yang tersebut pada nomor 92 di muka."]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-38: Orang yang tidak Mengulangi Wudhu Kecuali Setelah Tertidur Nyenyak<br />
<br />
118. Asma' binti Abu Bakar berkata, "Aku mendatangi Aisyah (istri Nabi Muhammad saw.) pada saat terjadi gerhana matahari. Tiba-tiba orang-orang sudah sama berdiri melakukan shalat gerhana, Aisyah juga berdiri untuk melakukan shalat itu. Aku berkata kepada Aisyah, 'Ada apa dengan orang-orang itu?' Dia lalu mengisyaratkan tangannya [dalam satu riwayat: kepalanya, 2/69] ke arah langit dan berkata, 'Subhanallah.' Aku bertanya kepadanya, 'Adakah suatu tanda di sana?' Dia berisyarat [dengan kepalanya, yakni], 'Ya.' Maka, aku pun melakukan shalat, [lalu Rasulullah saw memanjangkan shalatnya lama sekali, 1/221] sampai aku tidak sadarkan diri, dan [di samping aku ada tempat air yang berisi air, lalu aku buka, kemudian] aku mengucurkan air ke kepalaku. [Nabi Muhammad saw. lalu berdiri dan memanjangkan masa berdirinya, kemudian ruku' dan memanjangkan masa ruku'nya, kemudian berdiri lama sekali, lalu ruku' lama sekali, kemudian beliau bangun[39], kemudian beliau sujud lama sekali, kemudian bangun, kemudian sujud lama sekali, kemudian berdiri lama sekali, kemudian ruku' lama sekali, kemudian bangun dan berdiri lama sekali, kemudian ruku' lama sekali, kemudian bangun, lalu sujud lama sekali, lalu bangun, kemudian sujud lama sekali, 1/181]. Setelah shalat [dan matahari telah cerah kembali, maka Rasulullah saw berkhotbah kepada orang banyak, dan] memuji Allah serta menyanjung-Nya [dengan sanjungan yang layak bagiNya], seraya berkata, '[Amma ba'du, Asma' berkata, Wanita-wanita Anshar gaduh, lalu aku pergi kepada mereka untuk mendiamkan mereka. Aku lalu bertanya kepada Aisyah, 'Apa yang beliau sabdakan?' Dia menjawab,] "Tidak ada sesuatu yang tidak pernah aku lihat sebelumnya melainkan terlihat olehku di tempatku ini, termasuk surga dan neraka." [Beliau bersabda, 'Sesungguhnya, surga mendekat kepadaku, sehingga kalau aku berani memasukinya tentu aku bawakan kepadamu buah darinya; dan neraka pun telah dekat kepadaku, sehingga aku berkata, 'Ya Tuhan, apakah aku akan bersama mereka?' Tiba-tiba seorang perempuan-aku kira beliau berkata-, 'Dicakar oleh kucing.' Aku bertanya, 'Mengapa perempuan ini?' Mereka menjawab, 'Dahulu, ia telah menahan kucing ini hingga mati kelaparan, dia tidak memberinya makan dan tidak melepaskannya untuk mencari makan sendiri-perawi berkata, 'Aku kira, beliau bersabda, 'Serangga.'"] Sesungguhnya, telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan mendapatkan ujian di dalam kubur seperti atau mendekati fitnah Dajjal. 'Aku pun (kata perawi [Hisyam]) tidak mengerti mana yang dikatakan Asma' itu.' [Karenanya, setelah Rasulullah saw. selesai menyebutkan yang demikian itu, kaum muslimin menjadi gaduh, 2/102] Seseorang dari kamu semua akan didatangkan, lalu kepadanya ditanyakan, Apakah yang kamu ketahui mengenai orang ini?' Adapun orang yang beriman atau orang yang mempercayai-aku pun tidak mengetahui mana di antara keduanya itu yang dikatakanAsma'-[Hisyam ragu-ragu], lalu dia (orang yang beriman) itu menjawab, 'Dia adalah Muhammad, [dia] adalah Rasulullah, dan beliau datang kepada kami dengan membawa keterangan-keterangan yang benar serta petunjuk. Karenanya, kami terima ajaran-ajarannya, kami mempercayainya, kami mengikutinya, [dan kami membenarkannya], [dan dia adalah Muhammad (diucapkannya tiga kali)]. Malaikat-malaikat itu lalu berkata kepadanya, Tidurlah dengan tenang karena kami mengetahui bahwa engkau adalah orang yang percaya (dalam satu riwayat: engkau adalah orang yang beriman kepadanya). Adapun orang munafik-aku tidak mengetahui mana yang dikatakan Asma' (Hisyam ragu-ragu)- maka ditanyakan kepadanya, Apa yang engkau ketahui tentang orang ini (yakni Nabi Muhammad saw.)? Dia menjawab, Aku tidak mengerti, aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu dan aku pun mengatakan begitu.'" [Hisyam berkata, "Fatimah-istrinya-berkata kepadaku, 'Maka aku mengerti,' hanya saja dia menyebutkan apa yang disalahpahami oleh Hisyam."] [Asma' berkata, "Sesungguhnya,[40] Rasulullah saw memerintahkan memerdekakan budak pada waktu terjadi gerhana matahari."]<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-39: Mengusap Kepala Seluruhnya Karena firman Allah, "Dan Usaplah Kepalamu" (al-Maa'idah: 6)<br />
<br />
<br />
Ibnul Musayyab berkata, "Wanita adalah sama dengan laki-laki, yakni mengusap kepala juga."[41]<br />
<br />
<br />
Imam Malik ditanya, "Apakah membasuh sebagian kepala cukup?" Dia mengemukakan fatwa ini berdasarkan hadits Abdullah bin Zaid.[42]<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abdullah bin Zaid yang disebutkan di bawah ini)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-40: Membasuh Kedua Kaki Hingga Mata Kaki<br />
<br />
<br />
119. Dari Amr [bin Yahya, l/54] dari ayahnya, ia berkata, "Aku menyaksikan [pamanku, 1/85] Amr bin Abu Hasan [yang banyak berwudhu] bertanya kepada Abdullah bin Zaid mengenai cara wudhu Nabi Muhammad saw. Abdullah lalu meminta sebuah bejana [dari kuningan, l/57] yang berisi air, kemudian melakukan wudhu untuk diperlihatkan kepada orang banyak perihal wudhu Nabi Muhammad saw. Dia lalu menuangkan sampai penuh di atas tangannya dari bejana itu, lalu membasuh tangannya tiga kali (dan dalam satu riwayat: dua kali),[43] kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana, lalu berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya kembali [masing-masing] tiga cidukan air [dari satu tapak tangan]. Sesudah itu, ia memasukkan tangannya lagi [lalu menciduk dengannya], kemudian membasuh mukanya (tiga kali), kemudian membasuh lengan bawahnya sampai siku-sikunya dua kali, kemudian memasukkan tangannya lagi seraya mengusap kepalanya dengan memulainya dari sebelah muka ke sebelah belakang satu kali [ia mulai dengan mengusap bagian depan kepalanya hingga dibawanya ke kuduknya, kemudian dikembalikannya lagi kedua tangannya itu ke tempat ia memulai tadi]. Sesudah itu, ia membasuh kedua kakinya sampai kedua mata kaki, [kemudian berkata, 'Inilah cara wudhu Rasulullah saw.']"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-41: Menggunakan Sisa Air Wudhu Orang Lain<br />
<br />
<br />
Jarir bin Abdullah memerintahkan keluarganya supaya berwudhu dengan sisa air yang dipergunakannya bersiwak.[44]<br />
<br />
<br />
Abu Musa berkata, "Nabi Muhammad saw meminta semangkok air, lalu dia mencuci kedua tangannya dan membasuh wajahnya di dalamnya, dan mengeluarkan air dari mulutnya, kemudian bersabda kepada mereka berdua (dua orang sahabat yang ada di sisi beliau), 'Minumlah dari air itu dan tuangkanlah pada wajah dan lehermu.'"[45]<br />
<br />
<br />
Urwah berkata dari al-Miswar yang masing-masing saling membenarkan, "Apabila Nabi Muhammad saw selesai berwudhu, mereka (para sahabat) hampir saling menyerang karena memperebutkan sisa air wudhu beliau."[46]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-42:<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari membawakan hadits as-Saaib bin Yazid yang akan disebutkan pada Kitab ke-28 'al-Manaqib', Bab ke-22.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-43: Orang yang Berkumur dan Menghisap Air Ke Hidung dari Sekali Cidukan<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Abdullah bin Zaid yang sudah disebutkan pada nomor 119.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-44: Mengusap Kepala Satu Kali<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abdullah bin Zaid yang diisyaratkan di muka.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-45: Wudhu Orang Iaki-Iaki Bersama Istrinya dan Penggunaan Air Sisa Wudhu Perempuan<br />
<br />
<br />
Umar pernah berwudhu dengan air panas[47] dan (pernah berwudhu) dari rumah seorang perempuan Nasrani.[48]<br />
<br />
<br />
120. Abdullah bin Umar berkata, "Orang-orang laki-laki dan orang-orang perempuan pada zaman Rasulullah saw wudhu bersama."[49]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-46: Nabi Mutuunmad saw. Menuangkan Air Wudhunya Kepada Orang yang Tidak Sadarkan Diri<br />
<br />
<br />
121. Jabir berkata, "Rasulullah saw datang menjengukku [sedang beliau tidak naik baghal dan tidak naik kuda tarik] ketika aku sedang sakit (dan dalam satu riwayat: Nabi Muhammad saw menjengukku bersama Abu Bakar di perkampungan Bani Salimah sambil berjalan kaki, lalu Nabi Muhammad saw mendapatiku, 5/178) tidak sadar, [kemudian beliau meminta air] lalu beliau berwudhu [dengan air itu] dan menuangkan dari air wudhu beliau kepada ku, lalu aku sadar, kemudian aku berkata, Wahai Rasulullah, untuk siapakah warisan itu, karena yang mewarisi aku adalah kalalah (orang yang tidak punya anak dan orang tua)? (dalam satu riwayat: sesungguhnya, aku hanya mempunyai saudara-saudara perempuan). Maka, turunlah ayat faraidh.'" (Dalam riwayat lain: beliau kemudian memercikkan air atas aku, lalu aku sadar [maka ternyata beliau adalah Nabi Muhammad saw., 7/4], lalu aku bertanya, 'Apakah yang engkau perintahkan kepadaku untuk aku lakukan terhadap hartaku, wahai Rasulullah?" [Bagaimanakah aku harus memutuskan tentang hartaku? Beliau tidak menjawab sedikit pun] Kemudian turunlah ayat, "Yuushikumullaahu fii aulaadikum...."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-47: Mandi dan Wudhu dalam Tempat Celupan Kain, Mangkuk, Kayu, dan Batu<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-48: Berwudhu dari Bejana Kecil<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-49: Berwudhu dengan Satu Mud (Satu Gayung)<br />
<br />
<br />
122. Anas berkata, "Nabi Muhammad saw. mandi dengan satu sha' (empat mud) sampai lima mud dan beliau berwudhu dengan satu mud."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-50: Mengusap Bagian Atas Kedua Sepatu<br />
<br />
<br />
123. Dari Abdullah bin Umar dari Sa'ad bin Abi Waqash bahwasanya Nabi Muhammad saw. menyapu sepasang khuf (semacam sepatu) dan Abdullah bin Umar bertanya kepada Umar tentang hal itu, lalu Umar menjawab, "Ya, apabila Sa'ad menceritakan kepadamu akan sesuatu dari Nabi Muhammad saw., janganlah kamu bertanya kepada orang lain."<br />
<br />
<br />
124. Amr bin Umayyah adh-Dhamri berkata, "Aku melihat Nabi Muhammad saw mengusap atas serban dan sepasang khuf beliau."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-51: Apabila Memasukkan Kedua Kaki dalam Keadaan Suci<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits al-Mughirah bin Syubah yang akan disebutkan pada Kitab ke-8 'ashShalah', Bab ke-7.")<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-52: Orang yang Tidak Berwudhu Setelah Makan Daging Kambing dan Rod Tepung<br />
<br />
<br />
Abu Bakar, Umar, dan Utsman pernah memakannya, tetapi mereka tidak berwudhu lagi. (HR. ath-Thabrani)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-53: Orang yang Berkumur-Kumur Setelah Makan Rod Tepung dan tidak Berwudhu Iagi<br />
<br />
<br />
125. Suwaid bin Nu'man [salah seorang peserta bai'at di bawah pohon, 5/ 66] berkata, "Aku keluar bersama Rasulullah saw. pada tahun Khaibar [ke Khaibar, 6/213], sehingga ketika kami ada di Shahba', yaitu tempat paling dekat dengan Khaibar, beliau shalat (dan dalam satu riwayat: lalu kami shalat) ashar, kemudian [Nabi Muhammad saw.] minta diambilkan bekal (dan dalam satu riwayat: makanan), tetapi yang diberikan hanyalah sawik (makanan dibuat dari gandum), lalu beliau menyuruh makanan itu dibasahi. Rasulullah saw. lalu makan dan kami pun makan (dan dalam riwayat lain: lalu beliau mengunyahnya dan kami pun mengunyah bersama beliau) (dan kami minum, l/60], kemudian beliau berdiri untuk shalat maghrib, [lalu meminta air] kemudian berkumur dan kami pun berkumur-kumur, kemudian beliau shalat [maghrib mengimami kami] dan tidak wudhu lagi."<br />
<br />
<br />
126. Maimunah berkata bahwa Nabi Muhammad saw makan belikat di sisinya kemudian shalat dan tidak wudhu.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-54: Apakah Harus Berwudhu Sesudah Minum Susu?<br />
<br />
<br />
127. Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw minum susu lalu beliau berkumur dan bersabda, "Sesungguhnya, susu itu berminyak."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-55: Berwudhu Setelah Tidur dan Orang yang Menyatakan tidak Penting untuk Mengulangi Wudhu Setelah Mengantuk Satu Kali, Dua Kali, atau dari sebab Sedikitnya Hilang Kesadaran<br />
<br />
<br />
128. Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apabila salah seorang dari kamu mengantuk dan ia sedang shalat, hendaklah ia tidur sehingga tidur itu menghilangkan kantuknya. Ini karena sesungguhnya salah seorang di antaramu apabila shalat, padahal ia sedang mengantuk, maka ia tidak tahu barangkali ia memohon ampun lantas ia mencaci maki dirinya."<br />
<br />
<br />
129. Anas berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Apabila salah seorang di antaramu mengantuk dalam shalat, hendaklah ia tidur sehingga ia mengetahui apa yang dibacanya."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-56: Berwudhu Tanpa Adanya Hadats<br />
<br />
<br />
130. Anas berkata, "Nabi Muhammad saw berwudhu pada setiap shalat" Aku bertanya, "Bagaimana kamu berwudhu?" Ia berkata, "Satu kali wudhu cukup bagi salah seorang di antara kami selama tidak berhadats."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-57: Termasuk Dosa Besar ialah Tidak Bersuci dari Kencing<br />
<br />
<br />
131. Ibnu Abbas berkata, "Nabi Muhammad saw. melewati salah satu dinding dari dinding-dinding Madinah atau Mekah, lalu beliau mendengar dua orang manusia yang sedang disiksa dalam kuburnya. Nabi Muhammad saw lalu bersabda,' [Sesungguhnya, mereka benar-benar, 2/99] sedang disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar.' Beliau kemudian bersabda, 'O ya, [sesungguhnya, dosanya besar, 7/86] yang seorang tidak bersuci dalam kencing dan yang lain berjalan ke sana ke mari dengan menebar fitnah (mengadu domba / memprovokasi).' Beliau kemudian meminta diambilkan pelepah korma yang basah, lalu dibelah menjadi dua, dan beliau letakkan pada masing-masing kuburan itu satu belahan. Lalu dikatakan, 'Wahai Rasulullah, mengapakah engkau berbuat ini?' Beliau bersabda, 'Mudah-mudahan keduanya diringankan selama dua belah pelepah itu belum kering.'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-58: Tentang Mencuci Kencing<br />
<br />
<br />
Nabi Muhammad saw bersabda tentang orang yang disiksa di dalam kubur, "Dia tidak bersuci dari kencing."[50] Beliau tidak menyebut selain kencing manusia.<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnad-nya bagian dari hadits Anas yang tersebut di muka pada nomor 100.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-59: Nabi Muhammad saw. dan Orang-Orang Meninggalkan (tidak Mengganggu) Seorang Badui Sehingga Dia Menyelesaikan Kencingnya di Masjid<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang tersebut pada bab berikut ini.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-60: Menuangkan Air di atas Kencing dalam Masjid<br />
<br />
<br />
132. Abu Hurairah r.a. berkata, "Seorang pedesaan berdiri di masjid lalu ia kencing, maka orang-orang menangkapnya (dan dalam satu riwayat: lalu orang-orang berhamburan untuk menghukumnya, 7/102). Nabi Muhammad saw. lalu bersabda kepada mereka, 'Biarkan dia dan alirkan air setimba besar atas air kencingnya atau segeriba air. Kamu diutus dengan membawa kemudahan dan kamu tidak diutus untuk menyulitkan.'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-61: Menyiramkan Air di atas Kencing<br />
<br />
<br />
133. Anas bin Malik berkata, "Seorang pedesaan datang lalu kencing di suatu tempat dalam lingkungan masjid, kemudian orang banyak membentak-bentaknya, kemudian Nabi Muhammad saw melarang mereka berbuat demikian itu (dan dalam satu riwayat: kemudian beliau bersabda, 'Biarkanlah!', 1/61) [Jangan kamu putuskan kencingnya, 7/80]. Setelah orang itu selesai dari kencingnya, Nabi Muhammad saw memerintahkan mengambil setimba air, lalu disiramkanlah air itu di atas kencingnya."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-62: Kencing Anak Kecil<br />
<br />
<br />
134. Aisyah, Ummul mukminin, berkata, "[Rasulullah saw. biasa didatangkan kepadanya anak-anak kecil, lalu beliau memanggil mereka, maka, 7/156] dibawalah kepadanya seorang anak laki-laki yang masih kecil (dalam satu riwayat: beliau meletakkan seorang anak laki-laki kecil di pangkuan beliau untuk beliau suapi, 7/76), lalu anak itu kencing di atas pakaian beliau. Beliau kemudian meminta air, lalu menyertai kencing itu dengan air tadi (yakni tempat yang terkena kencing diikuti dengan air yang dituangkan di atasnya) [dan beliau tidak mencucinya]."<br />
<br />
<br />
135. Ummu Qais binti Mihshan berkata bahwa ia membawa anak laki-lakinya yang masih kecil dan belum memakan makanan kepada Rasulullah saw. Beliau lalu mendudukkan anak itu di pangkuannya, lalu anak itu kencing pada pakaian beliau. Beliau lalu minta dibawakan air, lalu beliau memercikinya dan tidak mencucinya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-63: Kencing dengan Berdiri dan Duduk<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian hadits Hudzaifah pada bab yang akan datang.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-64: Kencing di Tempat Kawannya dan Bertirai (Menutupi Diri) dengan Dinding<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnad-nya potongan hadits Hudzaifah pada bab berikutnya")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-65: Kencing di Tempat Pembuangan Sampah Suatu Kaum<br />
<br />
<br />
136. Abu Wail berkata, "Abu Musa al-Asy'ari itu sangat ketat mengenai persoalan kencing. Ia mengatakan, 'Sesungguhnya, kaum Bani Israel itu apabila kencingnya mengenai pakaian seseorang dari kalangan mereka, pakaian yang terkena itu dipotong.' Hudzaifah berkata, 'Semoga dia bisa berdiam. [Aku pernah berjalan bersama Nabi Muhammad saw.], lalu beliau mendatangi tempat sampah suatu kaum di belakang dinding, lalu beliau berdiri sebagaimana seorang dari kamu berdiri, kemudian beliau kencing sambil berdiri, lalu aku menjauhi beliau, kemudian beliau berisyarat memanggilku, lalu aku datang kepada beliau dan berdiri di belakangnya hingga beliau selesai, [kemudian beliau meminta dibawakan air, lalu aku bawakan air kepada beliau, kemudian beliau berwudhu].'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-66: Mencuci Darah<br />
<br />
<br />
137. Aisyah r.a. berkata, "Fatimah binti Abu Hubaisy datang kepada Nabi Muhammad saw seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang berhaid, namun aku tidak suci-suci, apakah aku boleh meninggalkan shalat?' Rasulullah saw bersabda, "Tidak, hal itu hanyalah urat (gangguan pada urat) dan bukan haid. Apabila haidmu datang, tinggalkanlah shalat [selama hari-hari engkau berhaid itu, 1/84], dan apabila haid itu telah hilang (dan dalam satu riwayat: habis waktunya), cucilah darah darimu kemudian shalatlah. Selanjutnya, berwudhulah engkau untuk tiap-tiap shalat hingga datang waktunya itu.'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-67: Membasuhi Mani dan Menggaruknya serta Membasuh Apa yang Terkena Sesuatu dari Perempuan<br />
<br />
<br />
138. Sulaiman bin Yasar berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah tentang pakaian yang terkena mani. Dia menjawab, 'Aku mencucinya dari pakaian Rasulullah saw dan beliau pun keluar untuk shalat, pada hal noda-noda mani itu masih terlihat.'"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-68: Membasuhi Bekas Janabah atau lainnya, tetapi tidak Dapat Hilang Bekasnya<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah di atas.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-69: Kencing Unta dan Binatang lainnya, Kambing, dan Tempat Tempat Pendekamannya (Kandangnya)<br />
<br />
<br />
Abu Musa melakukan shalat di lingkungan yang dingin dan bersampah, sedangkan di sebelahnya ada tanah lapang, lalu dia berkata, "Di sini dan di sana sama saja"[51]<br />
<br />
139. Anas berkata, "Ada beberapa orang Ukal [yang sedang sakit, 7/13] atau dari suku Urainah (dalam satu riwayat: dan dari suku Urainah, 5/70) [yang berjumlah delapan orang, 4/22] yang datang [kepada Nabi Muhammad saw dan mereka membicarakan agama Islam (dan dalam satu riwayat: dan masuk Islam, 8/19), lalu mereka berkata, 'Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kami adalah warga dari negeri yang kurus, bukan dari negeri yang subur), [berilah kami tempat tinggal dan makanan].' Lalu [mereka bertempat di teras masjid], [tetapi] mereka tidak suka tinggal (dan dalam satu riwayat: merasa keberatan untuk tinggal) di Madinah. (Dalam satu riwayat: Setelah sehat, mereka berteriak, 'Sesungguhnya, udara Madinah ini tidak cocok untuk kami.) [Mereka lalu berkata, Wahai Rasulullah, bantulah kami dengan beberapa ekor unta.' Beliau menjawab, 'Kami tidak dapat membantu kamu kecuali dengan beberapa ekor unta (antara dua hingga sembilan ekor)] [dan seorang penggembala]. Nabi Muhammad saw lalu menyuruh beberapa orang sahabatnya untuk mengantarkan kepada mereka yang datang itu beberapa ekor unta yang banyak air susunya (dalam satu riwayat: lalu beliau memberi kemurahan kepada mereka untuk mengambil unta zakat, 2/137) agar dapat mereka minum air seni serta air susunya. Setelah itu, mereka berangkat [maka mereka minum air seni dan air susu unta itu], tetapi sesudah mereka merasa sehat (dalam satu riwayat: baik / sehat badannya) [dan gemuk] [tiba tiba mereka kafir kembali setelah memeluk Islam, dan] membunuh penggembala yang di utus oleh Nabi Muhammad saw dan menghalau unta-unta itu. Beritanya sampai kepada Nabi Muhammad saw. (pada) keesokan harinya, lalu Nabi mengirim beberapa orang untuk mengejar mereka. Ketika hari sudah sore, mereka tertangkap dan dihadapkan kepada Nabi saw. Beliau lalu menyuruh agar tangan dan kaki mereka dipotong, dan mata mereka ditusuk dengan besi panas (dalam satu riwayat: dan dicukil mata mereka, 8/19), (dalam satu riwayat: beliau kemudian menyuruh membakar besi, kemudian dicelakkan pada mata mereka), [kemudian tidak memotong mereka]. Mereka lalu dilemparkan ke tempat yang panas. Ketika mereka minta minum, tak seorang pun memberinya. [Aku melihat seseorang dari mereka mengisap tanah dengan lidahnya (dalam satu riwayat: menggigit batu), [hingga mereka mati dalam keadaan seperti itu]." Abu Qilabah berkata, "Mereka itu adalah orang-orang yang telah mencuri, membunuh, dan kafir sesudah beriman. Mereka memerangi Allah dan Rasul-Nya [dan melakukan perusakan di muka bumi]."<br />
<br />
<br />
<br />
[Salam bin Miskin berkata, "Aku mendapat informasi bahwa Hajjaj berkata kepada Anas, 'Ceritakanlah kepadaku hukuman yang paling berat yang dijatuhkan Nabi Muhammad saw.' Anas lalu menceritakan riwayat ini. Informasi ini lalu sampai kepada al-Hasan, lalu al-Hasan berkata, 'Aku senang kalau Anas tidak menyampaikan hal ini kepada Hajjaj.'"]<br />
<br />
<br />
[Qatadah berkata, "Muhammad bin Sirin memberitahukan kepadaku bahwa hal itu terjadi sebelum diturunkannya hukum had."]<br />
<br />
<br />
[Qatadah berkata, 'Telah sampai berita kepada kami bahwa Nabi Muhammad saw. sesudah itu menganjurkan sedekah dan melarang melakukan penyiksaan terlebih dahulu dalam menjatuhkan hukuman had."][52]<br />
<br />
<br />
140. Anas berkata, "Dahulu, sebelum dibangun masjid, Nabi Muhammad saw shalat di tempat menderumnya kambing."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-70: Suatu Benda Najis yang Jatuh dalam Minyak Samin atau Air<br />
<br />
<br />
Az-Zuhri berkata, "Tidak apa-apa mempergunakan air apabila rasa, bau, dan warnanya belum berubah."[53]<br />
<br />
<br />
Hammad berkata, "Tidak apa-apa dengan bulu bangkai yang jatuh ke dalamnya (air)."[54]<br />
<br />
<br />
Az-Zuhri berkata tentang tulang-tulang binatang mati (bangkai) seperti gajah dan lain-lainnya, "Aku sempat menemui beberapa orang ulama dari golongan salaf yang menggunakan sisir dengan tulang-belulang bangkai dan sebagai tempat minyak. Para ulama salaf menganggapnya tidak apa-apa."[55]<br />
<br />
<br />
Ibnu Sirin dan Ibrahim berka,ta, 'Tidak apa-apa memperjualbelikan gading gajah."[56]<br />
<br />
<br />
141. Dari Ibnu Abbas dari Maimunah bahwasanya Rasulullah saw ditanya tentang tikus yang jatuh ke dalam minyak samin. Beliau bersabda, "Buanglah (dalam satu riwayat: ambillah) tikus itu dan apa yang ada di sekitarnya, dan makanlah minyak saminmu."<br />
<br />
[Sufyan ditanya, "Apakah Ma'mar menceritakannya dari Zuhri dari Sa'id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah?" Sufyan menjawab, "Aku tidak pernah mendengar perkataan dari Zuhri kecuali dari Ubaidullah dari ibnu Abbas dari Maimunah dari Nabi Muhammad saw dan aku pernah mendengarnya darinya beberapa kali." 6/232][57]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-71: Air yang Tidak Mengalir<br />
<br />
<br />
143. Abu Hurairah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Jangan sekali-kali seseorang dari kamu kencing di dalam air yang berhenti, tidak mengalir, lalu ia mandi di dalamnya."<br />
<br />
<br />
142. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Setiap luka yang diderita oleh seorang muslim di jalan Allah (dalam satu riwayat: Demi Allah yang diriku di tangan Nya, tidaklah terluka seseorang di jalan Allah-dan Allah lebih mengetahui siapa yang terluka di jalan-Nya itu-kecuali, 3/204) besok pada hari kiamat luka itu seperti keadaannya ketika ditikam dengan memancarkan darah, warnanya warna darah sedangkan baunya bau kesturi."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-72: Apabila Suatu Kotoran atau Bangkai Diletakkan di atas Punggung Orang yang Sedang Shalat, Shalatnya Tidak Rusak<br />
<br />
<br />
Apabila Abdullah bin Umar melihat ada darah di pakaiannya, sedangkan waktu itu ia shalat, ia membuang darah itu dan ia meneruskan shalatnya.[58]<br />
<br />
<br />
Ibnul Musayyab dan asy-Sya'bi berkata, "Apabila seseorang melakukan shalat, padahal di bajunya ada darah atau ada janabah, atau shalat menghadap selain kiblat (secara tidak sengaja), atau dengan tayamum dan mendapatkan air sebelum waktu shalat berlalu, dia tidak harus mengulang shalatnya."[59]<br />
<br />
<br />
144. Abdullah bin Mas'ud berkata, "Nabi Muhammad saw. melakukan shalat di Baitullah [di bawah bayang-bayang Ka'bah, 3/234], sedangkan Abu Jahal dan teman-temannya duduk-duduk. Ketika sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain (dalam satu riwayat: Abu Jahal dan beberapa orang Quraisy-dan ada unta yang disembelih di jalan ke arah Mekah) [Tidakkah kalian lihat orang yang sok pamer ini?,1/131], 'Siapakah di antara kalian yang dapat membawa tempat kandungan (tembuni) unta bani Fulan (dan dalam satu riwayat: dapat membawa kotorannya, darahnya, dan tembuninya), lalu meletakkannya pada punggung Muhammad apabila sujud?' Bangkitlah orang yang paling keparat (celaka) di antara kaum itu [yaitu Uqbah bin Abi Mu'ith, 4/71], lalu ia datang membawanya, kemudian ia memperhatikan, sehingga ketika Nabi Muhammad saw sujud ia meletakkannya pada punggung beliau di antara kedua pundak beliau. Aku melihatnya, namun sedikit pun aku tidak dapat berbuat apa-apa meskipun aku mempunyai penahan. Mereka mulai tertawa-tawa, sebagian mereka menempati tempat sebagian yang lain dan Rasulullah saw sujud tidak mengangkat kepala beliau sehingga Fatimah datang kepada beliau (dalam satu riwayat: maka ada seseorang yang pergi kepada Fatimah yang ketika itu Fatimah masih gadis kecil, lalu ia bergegas pergi), kemudian melemparkan tembuni dan kotoran itu dari punggung beliau [ia menghadapi mereka dan mencaci maki mereka. Dalam satu riwayat: dan ia mendoakan jelek kepada orang yang berbuat begitu], lalu beliau mengangkat kepalanya, kemudian [menghadap Ka'bah seraya berdoa, 5/5] (dan dalam satu riwayat: maka setelah Rasulullah saw selesai shalat), beliau berdoa, 'Ya Allah, atas-Mulah untuk mengambil tindakan terhadap orang-orang Quraisy (tiga kali).' Karenanya, mereka menjadi ketakutan karena beliau mendoakan jelek atas mereka-Kata Ibnu Mas'ud, 'Karena, mereka tahu bahwa berdoa di tempat itu sangat mustajab.'-kemudian beliau menyebut nama mereka satu per satu, 'Ya Allah atas-Mulah untuk mengambil tindakan terhadap Abu Jahal [bin Hisyam], atas-Mulah untuk mengambil tindakan terhadap Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Walid bin Utbah, Umaiyah (dalam satu riwayat: dan Ubay; dalam riwayat lain: atau Ubay) bin Khalaf, Uqbah bin Abu Mu'aith, dan Imarah bin al-Walid." Berkatalah [Abdullah bin Mas'ud], "Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh aku melihat orang-orang yang dihitung oleh Rasulullah saw itu terbanting ke sumur, yakni sumur Badar." (Dalam satu riwayat: Sungguh aku melihat mereka terbunuh dalam Perang Badar [kemudian diseret], lalu dilemparkan ke dalam sumur, kecuali Umaiyyah atau Ubay, karena tubuhnya tambun (gemuk). Karenanya, ketika orang-orang menyeretnya, terputus-putuslah sebelum ia dilemparkan ke dalam sumur [mereka sudah berubah oleh sinar matahari karena hari itu sangat panas]. [Rasulullah saw lalu bersabda, "Dan orang-orang yang dimasukkan ke dalam sumur ini diikuti kutukan."]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-73: Ludah, Ingus, dan Lain-lainnya Pada Pakaian<br />
<br />
<br />
Urwah berkata, "Dari Miswar dan Marwan, ia berkata, 'Nabi Muhammad saw keluar untuk berperang pada waktu terjadinya perdamaian Hudaibiyah.'" (Yang meriwayatkan hadits ini lalu melanjutkan hadits ini sampai panjang, lalu ia berkata, "Tidaklah Nabi Muhammad saw itu berdahak, melainkan dahaknya itu selalu jatuh pada tapak tangan seseorang (yakni golongan kaum muslimin), kemudian orang itu menggosokkannya pada muka dan kulitnya."[60]<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Anas bin Malik yang disebutkan pada Kitab ke-8 'ash-Shalah', Bab ke-29."<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-74: Tidak Boleh Berwudhu dengan Perasan Buah dan Tidak Boleh Pula dengan Sesuatu yang Memabukkan<br />
<br />
<br />
Al-Hasan dan Abul Aliyah tidak menyukainya (yakni berwudhu dengan dua macam benda di atas)[61]<br />
<br />
<br />
Atha' berkata, "Aku lebih senang bertayamum daripada berwudhu dengan perasan anggur dan susu."[62]<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah yang tertera pada Kitab ke-74 'al-Asyribah', Bab ke-4.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-75: Wanita Mencuci Darah dari Wajah Ayahnya<br />
<br />
<br />
Abul Aliyah berkata, "Usapilah kakiku karena ia sakit"[63]<br />
<br />
<br />
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Sahl bin Sa'ad yang tertera pada Kitab ke-64 'al-Maghazi', Bab ke-24.")<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-76: Bersiwak (Menggosok Gigi)<br />
<br />
<br />
Ibnu Abbas berkata, "Aku pernah bermalam di rumah Nabi Muhammad saw., lalu beliau membersihkan giginya dengan siwak."[64]<br />
<br />
<br />
145. Hudzaifah berkata, "Apabila Nabi Muhammad saw bangun malam, beliau menggosok mulutnya dengan siwak."[65]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-77: Memberikan Siwak Kepada Orang yang Lebih Tua<br />
<br />
<br />
Ibnu Umar berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Aku bermimpi, aku menggosok gigi dengan siwak, lalu datanglah dua orang yang salah satunya lebih besar (tua) dari yang lain. Aku memberikan siwak itu kepada orang yang lebih muda di antara dua orang itu. Dikatakanlah kepadaku, 'Dahulukanlah yang tua.' Karenanya, aku berikan siwak itu kepada orang yang lebih tua di antara keduanya."[66]<br />
<br />
<br />
<br />
Bab Ke-78: Keutamaan Orang yang Tidur Malam dengan Berwudhu<br />
<br />
<br />
146. Barra' bin Azib berkata, "Nabi Muhammad saw. bersabda kepadaku, 'Apabila kamu datang ke tempat tidurmu (hendak tidur), berwudhulah seperti wudhumu untuk shalat, kemudian kamu tidur miring pada bagian kanan kemudian ucapkanlah,<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Allahumma aslamtu [nafsii ilaika wa wajjahtu, 8/196] wajhii ilaika, wa fawwadhtu amrii ilaika, wa alja'tu zhahrii ilaika, raghbatan wa rahbatan ilaika, laa malja a wa la manjaa minka illaa ilaika. Allahumma aamantu bi kitaabikal-ladzii anzalta wa nabiyyakal-ladzii arsalta" 'Ya Allah, aku serahkan [diriku kepada Mu dan aku hadapkan, 8/196] wajahku kepada Mu dan aku limpahkan urusanku kepada Mu, aku perlindungkan punggungku kepada Mu, karena cinta dan takut kepada Mu. Tidak ada tempat berlindung dan tempat berlari dari Mu kecuali kepada Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus'. 'Jika engkau meninggal pada malammu itu, engkau (dalam satu riwayat: meninggal, 7/174) dalam fitrah, (dan jika engkau bangun pagi, engkau mendapatkan pahala], dan jadikanlah kalimat itu kata-kata yang paling akhir engkau ucapkan (sebelum tidur).'"<br />
<br />
Al-Barra' berkata, "Aku ulangi kalimat itu pada Nabi Muhammad saw. Ketika aku sampai pada kalimat Allahumma aamantu bi kitaabikal-ladzi anzalta 'Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan', aku mengucapkan wa Rasuulika 'dan Rasul-Mu' (dalam satu riwayat: aku mengucapkan wa bi Rasuulikal-ladzii arsalta), maka beliau bersabda, 'Jangan (begitu) dan (ucapkan, 'wa nabiyyakal-ladzii arsalta' 'dan Nabi Mu yang Engkau utus')."<br />
<br />
<br />
<br />
--------------------------------------------------------------------------------<br />
<br />
Catatan Kaki:<br />
<br />
<br />
<br />
[1] Menunjuk kepada hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan secara maushul pada 22 - BAB.<br />
<br />
<br />
[2] Menunjuk kepada hadits Abdullah bin Zaid yang disebutkan pada 23 - BAB.<br />
<br />
<br />
[3] Menunjuk kepada hadits Utsman r.a. yang akan disebutkan secara maushul pada 24 - BAB.<br />
<br />
<br />
[4] Yakni tidak ada satu pun hadits marfu' yang menerangkan cara wudhu Rasulullah saw. bahwa beliau pernah berwudhu lebih dari tiga kali. Bahkan, terdapat riwayat dari beliau bahwa beliau mencela orang yang berwudhu lebih dari tiga kali-tiga kali, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya dengan sanad hasan, sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Abi Dawud (124).<br />
<br />
<br />
[5] Saya katakan, "Perkataan 'Man istathaa'a'.... 'barangsiapa yang mampu ...' bukan dari kelengkapan hadits. Tetapi, ini adalah sisipan sebagaimana tahqiq sejumlah ahli ilmu di antaranya al-Hafizh Ibnu Hajar. Anda dapat mengetahui lebih luas tentang hal itu dalam Ash-Shahihah (1030).<br />
<br />
<br />
[6] Riwayat ini mu'allaq menurut penyusun (Imam Bukhari), dan tampaknya menurut dia riwayat ini mauquf pada Zuhri perawi hadits yang maushul ini. Akan tetapi, al-Hafizh rahimahullah menguatkan bahwa hadits ini marfu', karena telah di-maushul-kan oleh as-Saraj di dalam Musnad-nya secara marfu' dengan lafal mu'allaq ini, dan di-maushul-kan oleh Ahmad dan lainnya dari hadits Abu Hurairah secara marfu', dan sanadnya sahih. Penyusun meriwayatkannya secara mu'allaq pada hadits yang akan disebutkan pada nomor 46.<br />
<br />
<br />
<br />
[7] Yakni sejajar dengan beliau sebagaimana disebutkan dalam al-Musnad, dan sudah saya takhrij dalam Ash-Shahihah (606).<br />
<br />
<br />
<br />
[8] Al-Hafizh berkata, "Ubaid bin Umair adalah seorang tabi'in besar, dan ayahnya Umar bin Qatadah adalah seorang sahabat. Dan perkataannya, "Mimpi para nabi itu adalah wahyu" diriwayatkan oleh Muslim secara marfu', dan akan disebutkan pada 97 -At-Tauhid dari riwayat Syarik dari Anas. Saya katakan bahwa hadits Anas yang akan disebutkan pada "BAB 37" dengan lafal : Tanaamu 'ainuhu wa laa yanaamu qalbuhu", dan di situ tidak disebutkan kalimat Ru'yal Anbiyaa'i haqqun" 'mimpi para nabi itu benar sebagaimana dikesankan oleh perkataannya. Dan yang berbunyi demikian ini juga tidak saya jumpai di dalam riwayat Muslim, baik yang marfu' maupun mauquf. Sesungguhnya perkataan itu hanya diriwayatkan secara mauquf pada Ibnu Abbas oleh Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (nomor 463 dengan tahqiq saya) dengan sanad hasan menurut syarat Muslim.<br />
<br />
<br />
[9] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq darinya dengan sanad sahih.<br />
<br />
<br />
<br />
[10] Di-maushul-kan oleh al-Bazzar dengan sanad sahih.<br />
<br />
<br />
[11] Di-maushul-kan oleh penyusun dalam Al-Adabul Mufrad dan di dalam sanadnya terdapat Sa'id bin Zaid, dia itu sangat jujur tetapi banyak kekeliruannya, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh dalam At-Taqrib.<br />
<br />
<br />
<br />
[12] Cerita ini akan disebutkan pada 65 - At-Tafsir dengan ada perbedaan redaksi dengan apa yang disebutkan di sini. Kami akan menyebutkannya dengan mengumpulkannya insya Allah (Al-Ahzab / 9 - BAB).<br />
<br />
<br />
[13] Di-maushul-kan oleh penyusun pada hadits yang akan disebutkan pada "62 -Al Fadhaail / 21- BAB".<br />
<br />
<br />
[14] Adapun yang diriwayatkan oleh Utsman sudah disebutkan secara maushul pada bab sebelumnya, sedangkan riwayat Abdullah bin Zaid akan disebutkan secara maushul pada Bab ke-40, sedangkan hadits Ibnu Abbas baru saja disebutkan secara maushul pada Bab ke-7 dengan lafal, 'Wa istansyaqa' tanpa menyebut "istintsar" secara eksplisit. Hal itu disebutkan dari jalan lain dari Ibnu Abbas secara marfu' dengan lafal, 'Istantsiruu marrataini baalighataini au tsalaatsa' yang diriwayatkan oleh penyusun (Imam Bukhari) sendiri dalam at-Tarikh dan ath-Thayalisi, Ahmad, dan lain-lainnya. Hadits ini sudah di-takhrij dalam Shahih Abi Dawud (129).<br />
<br />
<br />
<br />
[15] Abu Dzar menambahkan, "Dan tidak mengusap kedua tumit".<br />
<br />
<br />
<br />
[16] Takhrij-nya sudah disebutkan di muka.<br />
<br />
<br />
[17] Di-maushul-kan oleh Imam Bukhari dalam at-Tarikh dengan sanad yang sahih darinya. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan hadits serupa darinya dengan isnad lain dan riwayatnya juga sahih.<br />
<br />
<br />
[18] Bagian kalimat ini adalah mauquf dari Abu Hurairah, tetapi hal serupa juga diriwayatkan secara marfu' dengan isnad yang sahih dari hadits Ibnu Amr, diriwayatkan oleh Muslim (1/147-148) dan Ahmad (2/164,193, 201).<br />
<br />
<br />
[19] Aku katakan, "Seakan-akan hadits ini tidak sah menurut penyusun (Imam Bukhari) rahimahullah menurut syaratnya, yakni tentang mengusap atas kedua terompah (sepatu), sedangkan menurut ulama lain adalah sah dari Nabi Muhammad saw. dan dari beberapa orang sahabat. Silakan baca catatan kaki kami terhadap risalah al Mashu 'alal-Jaurabaini karya al-Allamah al-Qasimi (hlm. 47-50, terbitan al-Maktab al-Islami).<br />
<br />
<br />
[20] Aku katakan, "Yakni beliau tidak melepaskannya melainkan hanya mengusap atasnya, sebagaimana beliau mengusap kedua kaus kaki dan khuff (sepatu tinggi). Dengan semua ini, sah lah riwayat-riwayat dari Rasulullah saw. sebagaimana yang sudah aku tahqiq dalam catatan kaki dan catatan susulan aku terhadap kitab al Mashu 'alal-Khuffaini karya al-Allamah al-Qasimi, dan ini merupakan riwayat yang paling sahih untuk menafsirkan perkataan Ibnu Umar, 'Dan, beliau berwudhu dengan memakainya,' karena riwayat ini sah dari Ibnu Umar sendiri dalam riwayat bahwa Nabi Muhammad saw. mengusap atas keduanya. Sah pula riwayat yang sama dengan itu dari sejumlah sahabat antara lain Ali r.a.. Maka, perkataan penyusun (Imam Bukhari),'Dan, beliau tidak mengusap atas keduanya', adalah tertolak, sesudah sahnya riwayat dari Khalifah ar-Rasyid Ali bin Abu Thalib r.a..'"<br />
<br />
<br />
[21] Ini adalah bagian dari hadits Aisyah yang disebutkan secara maushul pada Kitab ke-7 "Tayamum", Bab ke-1.<br />
<br />
<br />
[22] Aku berkata, "Cerita ini bukanlah cerita yang tersebut pada Kitab ke-61 'Al-Manaqib', Bab ke-25 "A'lamun-Nubuwwah" karena pada salah satu cerita (riwayat) itu disebutkan bahwa kaum itu kurang lebih tiga ratus orang dan dalam riwayat lain disebutkan bahwa peristiwa itu terjadi dalam berpergian, sedang dalam riwayat ini disebutkan bahwa peristiwa ini terjadi di dekat masjid.<br />
<br />
<br />
[23] Di-maushul-kan oleh al-Fakihi di dalam Akhbaaru Makkah dengan sanad sahih dari Atha' bin Abi Rabah.<br />
<br />
<br />
[24] Diriwayatkan oleh al-Walid bin Muslim di dalam Mushannaf-nya dan Ibnu Abdil Barr dari jalan az-Zuhri dengan sanad sahih.<br />
<br />
<br />
[25] Diriwayatkan oleh al-Walid bin Muslim dari Sufyan, yakni Sufyan ats-Tsauri.<br />
<br />
<br />
[26] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad sahih dari Atha'.<br />
<br />
<br />
[27] Di-maushul-kan oleh Said bin Manshur dan ad-Daruquthni dan lain-lainnya, dan riwayat ini sahih.<br />
<br />
<br />
[28] Diriwayatkan oleh Said bin Manshur dengan sanad sahih darinya pada masalah pertama dan di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah darinya pada masalah lain, dan sanadnya juga sahih.<br />
<br />
<br />
[29] Di-maushul-kan oleh Ismail al-Qadhi di dalam al Ahkam dengan sanad sahih darinya secara marfu', dan ini adalah sebuah riwayat dalam hadits paman Ubadah bin Tamim sebagaimana disebutkan pada Bab ke-4.<br />
<br />
<br />
[30] Di-maushul-kan oleh Abu Dawud dan lainnya dengan sanad hasan dari Jabir, dan hadits ini telah ditakhrij dalam Shahih Abi Dawud (192).<br />
<br />
<br />
[31] Al-Hafizh tidak meriwayatkannya.<br />
<br />
<br />
[32] Atsar Thawus di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan isnad sahih darinya. Atsar Muhammad bin Ali yakni Abu Ja'far al-Baqir di-maushul-kan oleh Samwaih dalam al-Fawaid. Yang dimaksud dengan Atha' ialah Atha' bin Abu Rabah. Riwayat ini di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq dengan sanad sahih. Atsar Ahli Hijaz diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dari Abu Hurairah dan Said bin Jubair; diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Umar dan Said bin al-Musayyab, dan diriwayatkan oleh Ismail al-Qadhi dari tujuh fuqaha Madinah, dan ini adalah perkataan Imam Malik dan Imam Syafi'i.<br />
<br />
<br />
[33] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dan al-Baihaqi (1/141) dari jalannya dengan sanad sahih dari Ibnu Umar dengan lafal, "Ia kemudian mengerjakan shalat dan tidak berwudhu lagi."<br />
<br />
<br />
[34] Di-maushul-kan oleh Sufyan ats-Tsauri di dalam Jami'-nya dengan sanad sahih dari Ibnu Abi Aufa dan dia ini adalah Abdullah bin Abi Aufa, seorang sahabat putra seorang sahabat radhiyallahu 'anhuma.<br />
<br />
<br />
[35] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dari keduanya dan di-maushul-kan oleh Syafi'i dan Baihaqi (1/140) dari Ibnu Umar sendiri dengan sanad sahih.<br />
<br />
<br />
<br />
[36] Aku berkata, "Hadits ini pun diriwayatkan dari Ubay secara marfu' pada akhir Kitab ke-5 'al-Ghusl'. Hadits ini mansukh (dihapuskan) menurut kesepakatan ulama empat mazhab dan lain-lainnya, dan hadits yang me-nasakh-kannya (menghapuskannya) sudah populer, lihat Shahih Muslim (1/187). Dalam masalah ini terdapat keterangan yang sangat bagus: bahwa sunnah itu adakalanya tersembunyi (tidak diketahui) oleh beberapa sahabat besar, yang demikian ini lebih pantas lagi tidak diketahui oleh sebagian imam, sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi'i, 'Tidak ada seorang pun melainkan pergi atasnya sunnah Rasulullah saw.. Karenanya, apabila aku mengucapkan suatu perkataan, atau aku menyandarkan sesuatu pada Rasulullah saw. yang bertentangan dengan apa yang sudah pernah aku katakan, pendapat yang harus diterima ialah apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. dan itulah pendapatku (yang aku maksudkan dan aku pakai).' (Shifatush Shalah, hlm. 29 & 30, cetakan keenam, al-Maktab al-Islami). Karenanya, riwayat ini menolak dengan tegas sikap sebagian muqallid (orang yang taklid) yang akal mereka tidak mau menerima kenyataan bahwa imam mereka tidak mengetahui sebagian hadits-hadits Nabi dan karena itu mereka menolaknya dengan alasan bahwa imam mereka tidak mungkin tidak mengetahuinya. (Maka adakah orang yaxg mau sadar?)<br />
<br />
<br />
*1*) Dalam bab ini, Syekh Nashiruddin al-Albani tidak membawakan satu pun riwayat, akan tetapi di dalam sahih Bukhari disebutkan dua buah hadits, yaitu:<br />
<br />
<br />
<br />
Pertama: Dari Usamah bin Zaid bahwasanya Rasulullah saw. ketika berangkat dari Arafah, beliau berbalik menuju sebuah gunung lalu beliau memenuhi hajatnya (buang air). Usamah bin Zaid berkata, "Aku lalu menuangkan air dan beliau berwudhu. Aku kemudian berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau hendak melakukan shalat? Beliau menjawab, 'Mushalah ada di depanmu (di Muzdalifah).'"<br />
<br />
<br />
Kedua: Dari mughirah bin Syu'bah bahwasanya ia bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan dan beliau pergi untuk buang air, dan Mughirah menuangkan air atas beliau dan beliau berwudhu. Beliau membasuh muka dan kedua tangan beliau, mengusap kepala, dan mengusap kedua khuff (sepatu yang menutup mata kaki) beliau. (Silakan periksa Matan al-Bukkari (1/46), terbitan Darul Kitab al-Islami, Beirut-Penj.)<br />
<br />
<br />
[37] Di-maushul-kan oleh Sa'id bin Manshur dengan sanad sahih darinya dan ini lebih sahih daripada apa yang juga diriwayatkan oleh Sa'id dari Hammad bin Abu Sulaiman yang berkata, "Aku bertanya kepada Ibrahim tentang membaca Al-Qur'an di dalam kamar mandi, lalu Ibrahim menjawab, "Kami tidak menyukai hal itu." Atsar lainnya di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq dan sanadnya juga sahih.<br />
<br />
<br />
[38] Di-maushul-kan oleh ats-Tsauri di dalam Jami'-nya dari Hammad dan sanadnya hasan.<br />
<br />
<br />
<br />
[39] Yakni, bangun dari ruku' kedua untuk berdiri sesudah itu dan berdirinya ini juga lama sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits shalat kusuf, dan hadits-hadits ini telah aku himpun dalam juz tersendiri.<br />
<br />
<br />
<br />
[40] Aku berkata, "Perkataan ini terdapat di dalam al-Musnad (6/345) dengan lafal, "Walaqad amaranaa .... "Dengan tambahan wawu athaj.<br />
<br />
<br />
<br />
[41] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah (1/24).<br />
<br />
<br />
[42] Di-maushul-kan oleh Ibnu Khuzaimah di dalam Shahih-nya (157).<br />
<br />
<br />
[43] Aku katakan bahwa riwayat ini ganjil karena bertentangan dengan semua riwayat.<br />
<br />
<br />
<br />
[44] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dan ad-Daruquthni (hlm. 51), dan dia berkata, "Isnad-nya sahih."<br />
<br />
<br />
[45] Ini adalah bagian dari hadits Abu Musa yang di-maushul-kan oleh Imam Bukhari dalam Kitab ke-64 "al-Maghazi, Bab ke-58."<br />
<br />
<br />
[46] Di-maushul-kan oleh Imam Bukhari dalam Kitab ke-54 "asy-Syurut", Bab ke 15."<br />
<br />
<br />
[47] Di-maushul-kan oleh Sa'ad bin Manshur dan Abdur Razzaq dan lain-lainnya dengan isnad sahih darinya.<br />
<br />
<br />
<br />
[48] Di-maushul-kan oleh Imam Syafi'i dan Abdur Razzaq dengan isnad yang perawi-perawinya terpercaya, tetapi munqathi'. Di-maushul-kan oleh al-Ismaili dan al-Baihaqi dengan sanad yang bagus.<br />
<br />
<br />
[49] Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan, "Dari satu bejana, semuanya bersuci darinya." Aku katakan bahwa peristiwa ini terjadi sebelum turunnya ayat hijab. Adapun setelah turunnya ayat hijab maka wudhu bersama itu hanya antara orang laki-laki dan istrinya serta muhrimnya.<br />
<br />
<br />
<br />
[50] Imam Bukhari me-maushul-kannya di dalam bab sebelumnya.<br />
<br />
<br />
<br />
[51] Di-maushul-kan oleh Abu Nu'aim, guru Imam Bukhari, di dalam "Kitab ash-Shalat" dengan sanad sahih dari Abu Musa, dan diriwayatkan pula oleh Sufyan ats-Tsauri dari Abu Musa juga.<br />
<br />
<br />
<br />
[52] Informasi ini di-maushul-kan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Qatadah dari al-Hasan dari Hayyaj bin Imran bin Hushain dan dari Samurah secara marfu' tanpa perkataan "sesudah itu", dan sanadnya adalah kuat sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh (7/369).<br />
<br />
<br />
[53] Di-maushul-kan oleh Ibnu Wahb di dalam Jami'-nya dengan sanad sahih dari az-Zuhri. Al-Baihaqi juga meriwayatkan yang sama dengannya.<br />
<br />
<br />
[54] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq dengan sanad sahih darinya, yaitu Hammad bin Abu Sulaiman al-Faqih.<br />
<br />
<br />
[55] Al-Hafizh tidak men-takhrij-nya.<br />
<br />
<br />
[56] Atsar Ibnu Sirin di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq, sedangkan atsar Ibrahim tidak di-takhrij oleh al-Hafizh, dan dia menjelaskan bahwa as-Sarkhasi tidak menyebutkan Ibrahim di dalam riwayatnya dan tidak menyebutkan banyak perawi dari al-Farbari.<br />
<br />
<br />
<br />
[57] Aku katakan, "Sufyan-bin Uyainah-mengisyaratkan kekeliruan Ma'mar di dalam meriwayatkannya dari Zuhri dari ibnul Musayyab dari Abu Hurairah dan dia mengisyaratkan bahwa yang terpelihara ialah apa yang diriwayatkannya dari Zuhri-dan didengarnya dari Zuhri beberapa kali-dari Ubaidullah dari Ibnu Abbas dari Maimunah. Karena itu, Tirmidzi menukil dari Bukhari bahwa jalan periwayatan Ma'mar ini keliru dan yang terpelihara ialah riwayat Zuhri dari jalan Maimunah. Al-Hafizh berkata, "Adz-Dzahali memastikan bahwa kedua jalan ini sahih," dan al-Hafizh condong kepada pendapat adz-Dzahali ini. Akan tetapi, yang akurat menurutku ialah apa yang dikatakan penyusun (Imam Bukhari) sebagaimana sudah aku tahqiq di dalam kitab "adh-Dha'ifah" (1532).<br />
<br />
<br />
[58] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad sahih dari Ibnu Umar.<br />
<br />
<br />
[59] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq dan Sa'id bin Manshur dan Ibnu Abi Syaibah dengan beberapa isnad yang sahih dari Ibnul Musayyab dan asy-Sya'bi secara terpisah.<br />
<br />
<br />
<br />
[60] Ini adalah bagian dari hadits Perdamaian Hudaibiyah yang panjang dan akan disebutkan pada Kitab ke-54 'asy-Syurut', Bab ke-15."<br />
<br />
<br />
<br />
[61] Atsar Al-Hasan di-maushul-kan oleh ibnu Abi Syaibah dan Abdur Razzaq dari dua jalan darinya dengan redaksi yang mirip dengannya, dan atsar Abul Aliyah di-maushul-kan oleh Abu Dawud dan Abu Ubaid dengan sanad sahih darinya dengan redaksi yang hampir sama, dan atsar itu tercantum di dalam Shahih Abi Dawud nomor 87.<br />
<br />
<br />
[62] Di-maushul-kan oleh Abu Dawud juga, lihat di dalam Shahih-nya nomor 77.<br />
<br />
<br />
[63] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad sahih.<br />
<br />
<br />
[64] Di-maushul-kan oleh penyusun (Imam Bukhari) pada hadits nomor 92 di muka.<br />
<br />
<br />
[65] Aku katakan, "Hadits: Lau laa an asyuqqa 'alaa ummatii ... dibawakan oleh penyusun pada Kitab ke-11 'al-Jum'ah' dan akan disebutkan di sana insya Allah pada Bab ke-9."<br />
<br />
<br />
[66] Riwayat ini dibawakan secara mu'allaq (tanpa menyebut rentetan sanadnya) oleh Imam Bukhari rahimahullahu Ta'ala dan di-maushul-kan oleh Imam Muslim pada dua tempat di dalam Shahih-nya (7/57 dan 8/229). Hal ini samar (tidak diketahui) oleh al-Hafizh, lalu dia menisbatkannya kepada Abu Awanah, Abu Nu'aim, dan Baihaqi saja! Riwayat ini tercantum di dalam Sunan al-Baihaqi (1/40) dan dia berkata, "Imam Bukhari menjadikannya saksi (penguat)."<br />
<br />
<br />
<div id="_dyhb23rg4374">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-88599238690460756892013-01-09T17:31:00.002-08:002013-01-09T17:31:53.457-08:00ALLAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOG2gkAzoWkVx2A2FVGJFVJP4lXiS6iWYXRNpuAkmrXOlzoMCuCa51wkyWlpkCZotF3-bSrogppu9u5z6xY3HYWbpMjNifKbOSlFPTR0Smy9Zh8XO9utaPNVL0biHKfUNm5F0kqzs7KV0/s1600/allah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOG2gkAzoWkVx2A2FVGJFVJP4lXiS6iWYXRNpuAkmrXOlzoMCuCa51wkyWlpkCZotF3-bSrogppu9u5z6xY3HYWbpMjNifKbOSlFPTR0Smy9Zh8XO9utaPNVL0biHKfUNm5F0kqzs7KV0/s640/allah.jpg" width="640" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-63536320834625955662013-01-09T17:22:00.001-08:002013-01-09T17:22:13.721-08:00KITAB ILMUKitab Ilmu<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-1: Keutamaan Ilmu. Firman Allah, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (al-Mujaadilah: 11), dan, "Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."('Thaahaa: 114)<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari tidak membawakan satu hadits pun.")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-2: Seseorang yang ditanya mengenai ilmu pengetahuan, sedangkan ia masih sibuk berbicara. Kemudian ia menyelesaikan pembicaraannya, lalu menjawab orang yang bertanya.<br /><br /><br />42. Abu Hurairah r.a. berkata, "Ketika Rasulullah saw. di suatu majelis sedang berbicara dengan suatu kaum, datanglah seorang kampung dan berkata, 'Kapankah kiamat itu?' Rasulullah terus berbicara, lalu sebagian kaum berkata, 'Beliau mendengar apa yang dikatakan olehnya, namun beliau benci apa yang dikatakannya itu.' Dan sebagian dari mereka berkata, 'Beliau tidak mendengarnya.' Sehingga, ketika beliau selesai berbicara, maka beliau bersabda, 'Di manakah gerangan orang yang bertanya tentang kiamat?' Ia berkata, 'Inilah saya, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka nantikanlah kiamat.' Ia berkata, 'Bagaimana menyia-nyiakannya?' Beliau bersabda, 'Apabila perkara (urusan) diserahkan (pada satu riwayat disebutkan dengan: disandarkan 7/188) kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat."<br /><br /><br /><br />Bab Ke-3: Orang yang Mengeraskan Suaranya mengenai Ilmu Pengetahuan<br /><br /><br />43. Abdullah bin Amr r.a. berkata, "Nabi saw. tertinggal (dari kami 4/91) dalam suatu perjalanan yang kami tempuh lalu beliau menyusul kami, dan kami telah terdesak oleh shalat (pada satu riwayat disebutkan: shalat ashar). Kami berwudhu, dan ketika kami sampai membasuh kaki, lalu beliau menyeru dengan suara yang keras, 'Celakalah bagi tumit-tumit karena api neraka!' (Beliau mengucapkannya dua atau tiga kali)."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-4: Perkataan perawi hadits dengan haddatsanaa 'telah berbicara kepada kami ... ' atau akhbaranaa 'telah memberitahukan kepada kami ... ' atau anba-anaa 'telah menginformasikan kepada kami ... '.<br /><br />44. Al-Humaidi[1] berkata, "Menurut Ibnu Uyainah, perkataan haddatsanaa, akhbaranaa, anba-anaa, dan sami'tuu adalah sama (saja)."<br /><br /><br />13. Ibnu Mas'ud berkata, 'Telah berbicara kepada kami Rasulullah saw., sedang beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan."[2]<br /><br /><br />14. Syaqiq berkata, "Dari Abdullah, ia berkata, 'Saya mendengarkan Nabi saw. suatu perkataan ...'"[3]<br /><br /><br />15. Hudzaifah berkata, "Rasulullah saw. telah berbicara kepada kami dengan dua hadits."[4]<br /><br /><br />16. Abul Aliyah berkata, "Dari Ibnu Abbas dari Nabi saw mengenai apa yang beliau riwayatkan (adalah) dari Tuhannya Azza wa Jalla."[5]<br /><br /><br />17. Anas berkata, "Dari Nabi saw., beliau meriwayatkannya dari Tuhanmu Azza wa Jalla."[6]<br /><br /><br />18. Abu Hurairah r.a. berkata, "Dari Nabi saw., beliau mcriwayatkannya dari Tuhannya Azza wa Jalla."[7]<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam hal ini dia [Imam Bukhari] meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang akan disebutkan pada [65 -At-Tafsir / 14 Surah / 2 - BAB])."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-5: Imam Melontarkan Pertanyaan kepada Para Sahabatnya untuk Menguji Pengetahuan Mereka<br /><br /><br />(Saya berkata, "Mengenai hal ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya hadits Ibnu Umar yang diisyaratkan di atas.")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-6: Keterangan tentang Ilmu dan Firman Allah, "Katakanlah, Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu. " (Thaahaa: 114)<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari tidak menyebutkan sebuah hadits pun.")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-7: Membacakan dan Mengkonfirmasikan kepada Orang yang Menyampaikan Berita<br /><br /><br />Al-Hasan, Sufyan, dan Malik berpendapat boleh membacakan.[8]<br /><br /><br />45. Dari Sufyan ats-Tsauri dan Malik, disebutkan bahwa mereka berpendapat boleh membacakan dan mendengarkan.<br /><br /><br />46. Sufyan berkata, "Apabila dibacakan kepada orang yang menyampaikan suatu berita, maka tidak mengapa dia berkata, 'Ceritakanlah kepadaku', dan "Saya dengar'. Sebagian mereka[9] memperbolehkan membacakan kepada orang alim dengan alasan hadits Dhimam bin Tsa'labah[10] yang berkata kepada Nabi saw., "Apakah Allah memerintahkanmu melakukan shalat?" Beliau menjawab, "Ya." Sufyan berkata, "Maka, ini adalah pembacaan kepada Nabi saw.. Dhimam memberitahukan hal itu kepada kaumnya, lalu mereka menerimanya."<br /><br /><br />Malik berargumentasi dengan dokumen yang dibacakan kepada suatu kaum, lalu mereka berkata, "Si Fulan telah bersaksi kepada kami", dan hal itu dibacakan kepada mereka. Dibacakan kepada orang yang menyuruh membaca, lalu orang yang membaca berkata, "Si Fulan menyuruhku membaca."<br /><br /><br />47. Al-Hasan berkata, 'Tidak mengapa membacakan kepada orang alim."<br /><br /><br />48. Sufyan berkata, "Apabila dibacakan (dikonfirmasikan) kepada ahli hadits (perawi, orang yang menyampaikan hadits / berita), maka tidak mengapa dia berkata, 'Ceritakanlah kepadaku.'"<br /><br /><br />49. Malik dan Sufyan berkata, "Membacakan (mengkonfirmasikan) kepada orang yang alim dan bacaan orang alim itu sama saja."<br /><br /><br />50. Anas bin Malik r.a. berkata, "Ketika kami duduk dengan Nabi saw di masjid, masuklah seorang laki-laki yang mengendarai unta, lalu mendekamkan untanya di dalam masjid, dan mengikatnya. Kemudian ia berkata, 'Manakah di antara kalian yang bernama Muhammad?' Nabi saw. bertelekan di antara mereka, lalu kami katakan, 'Laki-laki putih yang bertelekan ini.' Laki-laki itu bertanya, 'Putra Abdul Muthalib?' Nabi bersabda kepadanya, 'Saya telah menjawabmu.' Ia berkata, 'Sesungguhnya saya bertanya kepadamu, berat atasmu namun janganlah diambil hati olehmu terhadap saya.' Beliau bersabda, 'Tanyakan apa-apa yang timbul dalam dirimu.' Ia berkata, 'Saya bertanya kepadamu tentang Tuhanmu, dan Tuhan orang-orang yang sebelummu. Apakah Allah mengutusmu kepada seluruh manusia?' Nabi bersabda, 'Ya Allah, benar.' Ia berkata, 'Saya menyumpahmu dengan nama Allah, apakah Allah menyuruhmu untuk shalat lima waktu dalam sehari semalam?' Beliau bersabda, 'Ya Allah, benar.' Ia berkata, 'Saya menyumpahmu dengan nama Allah, apakah Allah menyuruhmu untuk puasa bulan ini (Ramadhan) dalam satu tahun?' Beliau bersabda, 'Ya Allah, benar.' Ia berkata, 'Saya menyumpahmu dengan nama Allah, apakah Allah menyuruhmu untuk mengambil zakat ini dari orang-orang kaya kita, lalu kamu bagikan kepada orang-orang fakir kita?' Beliau bersabda, 'Ya Allah, benar.' Lalu laki-laki itu berkata, 'Saya percaya pada apa yang kamu bawa dan saya adalah utusan dari orang yang di belakang saya dari kalangan kaum saya. Saya Dhimam bin Tsa'labah, saudara bani Sa'ad bin Bakr.'"<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-8: Keterangan tentang Perpindahan (Buku-Buku Ilmu Pengetahuan) dari Tangan ke Tangan, dan Penulisan Ilmu Pengetahuan oleh Ahli-Ahli Ilmu Pengetahuan dari Berbagai Negeri<br /><br /><br />Anas berkata, "Utsman menyalin beberapa mushhaf, lalu mengirimkannya ke berbagai wilayah."[11]<br />Abdullah bin Umar, Yahya bin Said, dan Malik berpendapat bahwa yang demikian itu diperbolehkan.[12]<br />Beberapa Ulama Hijaz mendukung pendapat itu berdasarkan hadits Nabi saw. ketika beliau mengirimkan surat dengan perantaraan komandan pasukan dan beliau berkata, "Janganlah kamu bacakan surat ini sebelum kamu sampai di tempat ini dan ini." Setelah sampai di tempat itu, komandan itu membacakannya kepada orang banyak, dan dia memberitahukan kepada mereka apa yang diperintahkan oleh Nabi saw.[13]<br /><br /><br />51. Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa Rasulullah saw. mengutus seorang laki-laki (dalam satu riwayat disebutkan: Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi 5/136) untuk membawa surat beliau, dan laki-laki itu disuruh memberikannya kepada pembesar Bahrain, lalu pembesar Bahrain merobek-robeknya. Ia berkata, "Lalu Rasulullah saw. mendoakan agar mereka benar-benar dirobek-robek."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-9: Orang yang Duduk di Tempat Terakhir Paling Jauh dari Suatu Pertemuan dan Orang yang Menemukan Suatu Tempat Pertemuan atau Duduk di Sana<br /><br /><br />52. Abu Waqid al-Laitsi mengatakan bahwa ketika Rasulullah saw. duduk di masjid bersama orang-orang, tiba-tiba datang tiga orang. Dua orang menghadap kepada Nabi saw. dan seorang (lagi) pergi. Dua orang itu berhenti pada Rasulullah saw., yang seorang duduk di belakang mereka, dan yang ketiga berpaling, pergi. Ketika Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda, "Maukah saya beritakan tentang tiga orang. Yaitu, salah seorang di antara mereka berlindung kepada Allah, maka Allah melindunginya; yang seorang lagi malu, maka Allah malu terhadapnya; dan yang lain lagi berpaling, maka Allah berpaling darinya."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-10: Sabda Nabi saw., "Seringkali orang yang diberi tahu suatu keterangan lebih dapat mengingatnya daripada yang mendengarkannya sendiri."<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Bakrah pada [64 - Al-Maghazi / 79 - BAB].")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-11: Ilmu Wajib Dituntut Sebelum Mengucapkan dan Sebelum Beramal<br /><br /><br />Hal tersebut didasarkan firman Allah Ta'ala dalam surah Muhammad ayat 19, "Maka ketahuilah (wahai Muhammad), bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah." Maka, dalam ayat ini Allah memulai dengan menyebut ilmu. Selain itu, disebutkan bahwa ulama adalah pewaris-pewaris Nabi. Mereka mewarisi ilmu pengetahuan. Barangsiapa yang mendapatkannya, maka dia beruntung dan memperoleh sesuatu yang besar.[14]<br /><br /><br />"Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."[15]<br /><br /><br />Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama." (Faathir: 28); "Tiada yang memahaminya kecuali bagi orang-orang yang berilmu" (al-Ankabuut: 43); "Dan mereka berkata, 'Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan) itu, niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala" (al-Mulk: 10); dan "Adakah sama orang-orang yang tahu dengan orang-orang yang tidak mengetahui." (az-Zumar: 9)<br /><br />Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama."[16]<br />Dan beliau saw. bersabda, "Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar."[17]<br />Abu Dzar berkata, "Andaikan kamu semua meletakkan sebilah pedang di atas ini (sambil menunjuk ke arah lehernya). Kemudian aku memperkirakan masih ada waktu untuk melangsungkan atau menyampaikan sepatah kata saja yang kudengar dari Nabi saw. sebelum kamu semua melaksanakannya, yakni memotong leherku, niscaya kusampaikan sepatah kata dari Nabi saw. itu."[18]<br /><br /><br />Ibnu Abbas berkata, "Jadilah kamu semua itu golongan Rabbani, yaitu (golongan yang) penuh kesabaran serta pandai dalam ilmu fiqih (yakni ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum hukum agama), dan mengerti."[19] Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud "Rabbani"' ialah orang yang mendidik manusia dengan mengajarkan ilmu pengetahuan yang kecil-kecil sebelum memberikan ilmu pengetahuan yang besar-besar (yang sukar).<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-12: Apa yang Dilakukan oleh Nabi saw. tentang Memberi Sela-Sela Waktu (Yakni Tidak Setiap Hari) dalam Menasihati dan Mengajarkan Ilmu agar Mereka Tidak Lari (Berpaling) Karena Bosan<br /><br /><br />53. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Mudahkanlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah (dalam satu riwayat disebutkan: jadikanlah tenang 7/ 101) dan jangan membuat orang lari."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-13: Orang yang Memberikan Hari-Hari Tertentu untuk Para Ahli Ilmu Pengetahuan<br /><br /><br />54. Abu Wa-il berkata, "Abdullah pada setiap hari Kamis memberikan peringatan (yakni mengajar ilmu-ilmu keagamaan kepada orang banyak). Kemudian ada seseorang berkata, "Wahai ayah Abdur Rahman, aku sebenarnya lebih senang andaikata kamu memberikan peringatan kepada kami setiap hari." Abdullah menjawab, "Ketahuilah, sesungguhnya ada satu hal yang menghalangiku untuk berbuat begitu, yaitu aku tidak senang membuatmu bosan, dan sesungguhnya aku akan memberikan nasihat (pelajaran) kepada kamu sebagaimana Nabi saw. (dalam satu riwayat dari Abu Wa-il, ia berkata, "Kami menantikan Abdullah, tiba tiba datanglah Zaid bin Muawiyah,[20] lalu kami berkata kepadanya, "Apakah Anda tidak duduk?" Ia menjawab, "Tidak, tetapi saya akan masuk dan meminta sahabatmu itu keluar kepadamu. Kalau tidak, maka saya akan duduk." Lalu Abdullah keluar sambil menggandeng tangannya, lalu ia berdiri menghadap kami seraya berkata, "Ketahuilah, sesungguhnya aku telah diberi tahu tentang keberadaanmu (kedatanganmu), tetapi yang menghalangiku untuk keluar kepadamu ialah karena Rasulullah saw. 7/169) biasa memberi kami nasihat pada beberapa hari tertentu dalam seminggu karena khawatir (dan dalam satu riwayat: tidak suka) membuat kami bosan."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-14: Barangsiapa yang Dikehendaki Allah dalam kebaikan, maka Allah Menjadikannya Pandai Agama<br /><br /><br />55. Humaid bin Abdur Rahman berkata, "Saya mendengar Mu'awiyah sewaktu ia berkhotbah mengatakan, 'Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa yang dikehendaki Allah dalam kebaikan, maka Allah menjadikannya pandai agama. Saya ini hanya pembagi (penyampai wahyu secara merata), dan Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia memberi (pemahaman). Dan akan senantiasa ada [dari 4/187] umat ini [suatu umat] yang menegakkan urusan Allah. Tidaklah membahayakan mereka [orang yang meremehkan mereka (dan dalam satu riwayat: orang yang mendustakan mereka 8/189) dan tidak pula] orang yang menentang mereka (dan dalam satu riwayat: Dan urusan umat ini akan senantiasa lurus sehingga datang hari kiamat atau 8/149) sehingga datang [kepada mereka] perintah Allah [sedang mereka tetap pada yang demikian itu.' Lalu Malik bin Tukhamir berkata, 'Mu'adz berkata, 'Sedang mereka berada di negeri Syam.' Kemudian Mua'wiyah berkata, 'Malik ini mengaku bahwa dia mendengar Mu'adz berkata, 'Sedang mereka berada di negeri Syam.'"].<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-15: Pemahaman dalam Hal Ilmu<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam hal ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang telah disebutkan di muka [4 - BAB].')<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-16: Berkeinginan Besar untuk Menjadi Orang yang Mempunyai Ilmu dan Hikmah<br /><br /><br />Umar berkata, "Belajarlah ilmu agama yang mendalam sebelum kamu dijadikan pemimpin".[21]<br /><br /><br />Sahabat-sahabat Nabi saw. masih terus belajar pada waktu usia mereka sudah lanjut<br /><br /><br />56. Abdullah bin Mas'ud berkata, "Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-17: Mengenai apa yang disebutkan perihal kepergian Nabi Musa a.s. di lautan untuk menemui Khidhir dan firman Allah, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (al-Kahfi: 66)<br /><br /><br />57. Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu Abbas, bahwa ia, berselisih pendapat dengan Hurr bin Qais bin Hishin Al-Fazari perihal kawan Nabi Musa yakni orang yang dicari Nabi Musa a.s.. Ibnu Abbas mengatakan bahwa kawan yang dimaksud itu ialah Khidhir, sedangkan Hurr mengatakan bukan. Kemudian lewatlah Ubay bin Ka'ab [al-Anshari 8/ 193] di depan mereka. Ibnu Abbas lalu memanggilnya kemudian berkata, "Sesungguhnya aku berselisih pendapat dengan sahabatku ini siapa kawan Musa yang olehnya ditanyakan mengenai jalan untuk menuju tempatnya itu, agar dapat bertemu dengannya. Apakah kamu pernah mendengar hal-ihwalnya yang kamu dengar sendiri dari Nabi saw?" Ubay bin Ka'ab menjawab, "Ya, saya mendengar Rasulullah saw. [menyebut-nyebut hal-ihwalnya 1/27]. Beliau bersabda, 'Ketika Musa duduk bersama beberapa orang Bani Israel, [tiba-tiba seorang laki-laki datang dan bertanya kepadanya (Musa), 'Adakah seseorang yang lebih pandai daripada kamu?' Musa menjawab, 'Tidak." Maka, Allah menurunkan wahyu kepada Musa, "Ada, yaitu hamba Kami Khidhir." Musa bertanya kepada (Allah) bagaimana jalan ke sana (pada suatu riwayat : bagaimana cara bertemu dengannya 1/8). Maka, Allah menjadikan ikan sebagai sebuah tanda baginya dan dikatakan kepadanya, 'Apabila ikan itu hilang darimu, maka kembalilah (ke tempat di mana ikan itu hilang) karena engkau akan bertemu dengannya (Khidhir). 'Maka, Musa pun mengikuti jejak ikan laut. Murid Musa berkata kepadanya, 'Adakah kamu melihat kita berdiam yakni ketika beristirahat di batu besar. Sesungguhnya aku terlupa kepada ikan hiu itu dan tiada yang membuat aku lupa tentang hal itu, melainkan setan.' Musa berkata, 'Kalau demikian, memang itulah tempat yang kita cari.' Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Kemudian mereka bertemu dengan Khidhir. Maka, apa yang terjadi pada mereka selanjutnya telah diceritakan Allah Azza wa Jalla di dalam Kitab-Nya."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-18: Sabda Nabi saw., "Ya Allah, Ajarkanlah Al-Qur an kepadanya."<br /><br /><br />58. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. memelukku [ke dadanya 4/ 217] dan bersabda, "Ya Allah, ajarkanlah Al-Qur'an kepadanya." (Dan dalam satu riwayat: al-hikmah. Al-hikmah ialah kebenaran di luar nubuwwah).<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke- 19: Kapankah Anak Kecil Boleh Mendengarkan Pengajian?<br /><br /><br /><br />59. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Saya datang kepada orang yang datang dengan naik keledai, pada saat itu saya hampir dewasa dan Rasulullah saw. sedang [berdiri] shalat di Mina [pada waktu haji wada' [22]] tanpa dinding.[23] Saya melewati depan shaf [kemudian saya turun], dan saya melepaskan keledai itu makan dan minum lalu saya masuk ke shaf. (Dan dalam satu riwayat: Lalu saya berbaris bersama orang-orang di belakang Rasulullah saw.), dan tidak ada seorang pun yang mengingkari hal itu atasku."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-20: Pergi Menuntut Ilmu<br /><br /><br />Jabir bin Abdullah pergi selama sebulan kepada Abdullah bin Anis mengenai sebuah hadits.[24]<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang telah disebutkan pada dua bab sebelumnya.")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-21: Keutamaan Orang yang Berilmu dan Mengajarkannya<br /><br /><br />60. Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Perumpamaan apa yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (dan dalam riwayat yang mu'allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat menerima air[25] ), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak. Daripadanya ada yang keras dapat menahan air dan dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada manusia lalu mereka minum, menyiram, dan bertani. Air hujan itu mengenai kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama Allah dan apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai dan mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-22: Diangkatnya (Hilangnya) Ilmu dan Munculnya Kebodohan<br /><br /><br />Rabi'ah berkata, 'Tidak boleh bagi seseorang yang memiliki sesuatu lantas menyia-nyiakan dirinya."[26]<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang akan disebutkan pada [67 - an-Nikah/111- BAB].")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-23: Keutamaan Ilmu<br /><br /><br />61. Ibnu Umar berkala, "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Ketika saya tidur didatangkan kepada saya segelas susu, lalu saya minum [sebagiannya 8/79], sehingga saya melihat cairan [mengalir], keluar pada kuku-kuku saya, (dan dalam satu riwayat: ujung-ujung jari saya 7/74). Kemudian kelebihannya saya berikan kepada Umar ibnul Khaththab.' Mereka berkata, 'Engkau takwilkan apakah, wahai Rasulullah? Beliau bersabda, 'Ilmu.'"<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-24: Memberikan Fatwa-Fatwa Agama ketika Menaiki Seekor Binatang atau Berdiri di Atas Apa Saja<br /><br /><br />62. Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan bahwa Nabi saw. wukuf pada haji Wada' di Mina [beliau berkhotbah pada hari Nahar di atas untanya 2/191] [pada saat melempar jumrah] kepada orang-orang. Mereka bertanya kepada beliau, kemudian datanglah seorang laki-laki dan berkata, "[Wahai Rasulullah], saya tidak mengetahui, lalu saya bercukur sebelum menyembelih." Beliau bersabda, "Sembelihlah dan tidak berdosa." Orang lain datang dan berkata, "Saya tidak tahu, saya menyembelih sebelum melempar (jumrah)." Beliau bersabda, "Lemparkanlah (jumrah) dan tidak berdosa." Nabi saw tidaklah ditanya [pada hari itu 2/190] tentang sesuatu yang diajukan dan dikemudiankan kecuali beliau bersabda, "Lakukanlah dan tidak berdosa."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-25: Orang yang Menjawab fatwa dengan Isyarat Tangan dan Kepala<br /><br /><br />63. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Ilmu (tentang agama) akan dicabut, kebodohan dan fitnah-fitnah itu akan tampak, dan banyak kegemparan." Ditanyakan, "Apakah kegemparan itu, wahai Rasulullah?" Lalu beliau berbuat (berisyarat) demikianlah dengan tangan beliau, lalu beliau merobohkannya, seolah-olah beliau menghendaki pembunuhan.[27]<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-26: Anjuran Nabi saw. kepada Tamu Abdul Qais agar Memelihara Keimanan dan Ilmu, dan Memberitahukan kepada Orang-Orang yang di Belakang Mereka<br /><br /><br />Malik bin al-Huwairits berkata, "Rasulullah saw bersabda kepada kami, 'Kembalilah kepada keluargamu, kemudian ajarilah mereka.'"[28]<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam hal ini Imam Bukhari telah membawakan hadits Ibnu Abbas dengan isnadnya sebagaimana yang disebutkan pada hadits nomor 40.")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-27: Mengadakan Perjalanan untuk Mencari Jawaban terhadap Masalah yang Benar-Benar Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Uqbah bin al-Harits yang akan disebutkan pada [67- anNikah/24-BAB].")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-28: Saling Bergantian dalam Menuntut Ilmu<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya beberapa jalan dari hadits Umar yang akan disebutkan pada [46 al-Mazhalim/ 25 - BAB].")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-29: Marah dalam Memberi Nasihat atau Mengajar, Ketika Melihat Sesuatu yang Dibencinya<br /><br /><br />64. Abu Musa berkata, "Nabi saw. ditanya tentang sesuatu yang tidak disukai oleh beliau. Ketika mereka banyak bertanya kepada beliau, maka beliau marah. Kemudian beliau bersabda kepada orang-orang, "Tanyakanlah kepada saya tentang sesuatu yang kamu kehendaki." Seorang laki-laki berkata, "Siapakah ayahku?" Beliau bersabda, "Ayahmu Hudzafah." Orang lain berdiri dan bertanya, "Siapakah ayahku, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Ayahmu Salim, maula 'mantan budak' Syaibah." Ketika Umar melihat apa yang terdapat pada wajah beliau (yang berupa kemarahan), ia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bertobat kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-30: Orang yang Berjongkok di Atas Kedua Lututnya di Depan Imam atau Orang yang Memberi Keterangan<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Anas yang akan disebutkan pada [97 At-Tauhid/4-BAB]").<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-31: Pengulangan Pembicaraan Seseorang Sebanyak Tiga Kali dengan Maksud agar Orang Lain Mengerti<br /><br /><br />Ibnu Umar berkata, "Nabi saw. bersabda, 'Apakah aku sudah menyampaikan?' (beliau ulangi tiga kali)."<br /><br /><br />65. Anas r.a. mengatakan bahwa apabila Nabi saw. mengatakan suatu perkataan beliau mengulanginya tiga kali sehingga dimengerti. Apabila beliau datang pada suatu kaum, maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali.<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-32: Seorang Lelaki Mengajar Hamba Sahayanya yang Wanita dan Keluarganya<br /><br /><br />66. Abu Musa berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tiga (golongan) mendapat dua pahala yaitu seorang Ahli Kitab yang beriman kepada Nabinya kemudian beriman kepada Muhammad saw.; hamba sahaya apabila menunaikan hak Allah Ta'ala dan hak tuannya (dan dalam suatu riwayat: hamba sahaya yang beribadah kepada Tuhannya dengan baik dan menunaikan kewajibannya terhadap tuannya yang berupa hak, kesetiaan, dan ketaatan 3/142); dan seorang laki-laki yang mempunyai budak wanita yang dididiknya secara baik serta diajarnya secara baik (dan dalam satu riwayat: lalu dipenuhinya kebutuhan-kebutuhannya dan diperlakukannya dengan baik 3/123), kemudian dimerdekakannya [kemudian menentukan mas kawinnya 6/121][29] , lalu dikawininya, maka ia mendapat dua pahala."<br />Kemudian Amir[30] berkata, "Kami memberikannya kepadamu tanpa imbalan sesuatu pun. Sesungguhnya ia biasa dinaiki ke Madinah untuk keperluan lain."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-33: Imam Menasihati dan Mengajarkan Kaum Wanita<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan pada [12-Al-Idain / 19-BAB].")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-34: Antusiasme terhadap Hadits<br /><br /><br />67. Abu Hurairah r.a. berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah saw., 'Wahai Rasullullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaat engkau pada hari kiamat? Rasulullah saw. bersabda, 'Sesungguhnya saya telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang bertanya kepadaku tentang hal ini terlebih dahulu daripada engkau, karena saya mengetahui antusiasmu (keinginanmu yang keras) terhadap hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan, "LAA ILAAHA ILLALLAH" 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', dengan tulus dari hati atau jiwanya (dan dalam satu riwayat: dari arah jiwanya 7/204)."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-35: Bagaimana Dicabutnya Ilmu Agama<br /><br /><br />Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Abu Bakar Ibnu Hazm sebagai berikut, "Perhatikanlah, apa yang berupa hadits Rasulullah saw. maka tulislah, karena sesungguhnya aku khawatir ilmu agama tidak dipelajari lagi, dan ulama akan wafat. Janganlah engkau terima sesuatu selain hadits Nabi saw.. Sebarluaskanlah ilmu dan ajarilah orang yang tidak mengerti sehingga dia mengerti. Karena, ilmu itu tidak akan binasa (lenyap) kecuali kalau ia dibiarkan rahasia (tersembunyi) pada seseorang."<br /><br /><br /><br />68. Dari Urwah, [dia berkata, "Kami diberi keterangan 8/148] Abdullah bin Amr bin Ash, [maka saya mendengar dia] berkata, 'Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (agama) dengan serta-merta dari hamba-hamba Nya. Tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan (mematikan) ulama, sehingga Allah tidak menyisakan orang pandai. Maka, manusia mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu, mereka ditanya, dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu. (Dan dalam satu riwayat: maka mereka memberi fatwa dengan pikirannya sendiri). Maka, mereka sesat dan menyesatkan."<br />Kemudian aku (Urwah) berkata kepada Aisyah istri Nabi saw., lalu Abdullah bin Amr memberi keterangan sesudah itu. Aisyah berkata, 'Wahai anak saudara wanitaku! Pergilah kepada Abdullah, kemudian konfirmasikanlah kepadanya apa yang engkau ceritakan kepadaku itu.' Lalu aku datang kepada Abdullah dan menanyakan kepadanya. Maka, dia menceritakan kepadaku apa yang sudah diceritakan kepadaku itu. Kemudian aku datang kepada Aisyah, lalu kuberitahukan kepadanya. maka dia merasa kagum. Ia berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya Abdullah bin Amr telah hafal.'" (8/148).<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-36: Apakah untuk Kaum Wanita Perlu Diberikan Giliran Hari yang Tersendiri dalam Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Agama<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Said al-Khudri yang akan disebutkan pada [96 - Al-I'tisham/9 - BAB].")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-37: Orang yang Mendengarkan Sesuatu Lalu Mengulanginya Hingga Mengetahui Secara Sempurna<br /><br /><br />69. Ibnu Abi Mulaikah mengatakan bahwa Aisyah istri Nabi saw. tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak diketahuinya melainkan ia mengulangi lagi sehingga ia mengetahuinya benar-benar (secara pasti). Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa yang dihisab, maka dia telah disiksa." (Dalam satu riwayat: binasa 6/81). Aisyah berkata, "Lalu aku berkata, ["Biarlah Allah menjadikan aku sebagai penebusmu, bukankah Allah Azza Wa Jalla berfirman, '[Adapun orang yang diberikan kitabnya pada tangan kanannya], maka ia akan dihisab (diperhitungkan) dengan perhitungan yang mudah?'" Lalu beliau bersabda, "Hal itu hanyalah suatu kelapangan. Tetapi, barangsiapa yang diteliti betul perhitungannya, maka ia akan binasa." (Dan dalam satu riwayat: "Dan tidak ada seorang pun yang diteliti betul hisabnya pada hari kiamat melainkan ia telah disiksa." 7/198).<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-38: Hendaklah Orang yang Hadir Menyampaikan Ilmu kepada yang Tidak Hadir<br /><br /><br />Hal itu dikatakan oleh Ibnu Abbas dari Nabi saw.[31]<br /><br /><br />70. Abu Syuraih [al-Adawi 5/94] berkata kepada Amr bin Said ketika ia mengirim pasukan ke Mekah, "Izinkanlah saya wahai Amir untuk menyampaikan kepadamu suatu perkataan yang disabdakan Nabi saw. pada pagi hari pembebasan (Mekah). Sabda beliau itu terdengar oleh kedua telinga saya, dan hati saya memeliharanya, serta dua mata saya melihat ketika beliau menyabdakannya. Beliau memuja Allah dan menyanjung-Nya, kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya Mekah itu dimuliakan oleh Allah Ta'ala dan manusia tidak memuliakannya, maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menumpahkan darah di Mekah, dan tidak halal menebang pepohonan di sana. Jika seseorang memandang ada kemurahan (untuk berperang) berdasarkan peperangan Rasulullah saw. di sana, maka katakanlah [kepadanya 2/213], 'Sesungguhnya Allah telah mengizinkan bagi Rasul-Nya, tetapi tidak mengizinkan bagimu, dan Allah hanya mengizinkan bagiku sesaat di suatu siang hari, kemudian kembali kemuliaannya (diharamkannya) pada hari itu seperti haramnya kemarin.' Orang yang hadir hendaklah menyampaikan kepada orang yang tidak hadir (gaib).' Kemudian ditanyakan kepada Abu Syuraih, 'Apakah yang dikatakan [kepadamu] oleh Amr?" Dia menjawab, "Aku lebih mengetahui [tentang hal itu] daripada engkau, wahai Abu Syuraih! Sesungguhnya Mekah (dalam satu riwayat: Tanah Haram) tidak melindungi orang yang durhaka, orang yang lari karena kasus darah (membunuh), dan orang yang lari karena merusak agama."<br />Abu Abdillah berkata, "Al-khurbah ialah merusak agama." (5/95)<br /><br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-39: Dosa Orang yang Berdusta Atas Nama Nabi saw.<br /><br /><br />71. Ali r.a berkata, "Rasulullah saw bersabda, janganlah kamu berdusta atas namaku. Karena, orang yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia memasuki neraka."<br /><br /><br />72, Dari Amir bin Abdullah ibnuz Zubair dari ayahnya, ia berkata, "Saya berkata kepada az-Zubair, 'Saya tidak pernah mendengar engkau menceritakan suatu hadits yang engkau terima dari Rasulullah saw. sebagaimana si Anu dan si Anu menceritakannya.' Zubair berkata, "Ketahuilah, sesungguhnya saya ini tidak pernah berpisah dari beliau saw., tetapi saya pernah mendengar beliau saw. bersabda, 'Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersedia menempati tempat duduknya di neraka.'"<br /><br />73. Anas berkata, "Sesungguhnya ada hal yang menghalang-halangi aku untuk memberitakan hadits kepada kamu sekalian, yaitu karena Nabi saw. bersabda, 'Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersedia menempati tempat duduknya di neraka.'"<br /><br /><br />74. Salamah bin Akwa' r.a. berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa yang berkata atas namaku akan sesuatu yang tidak saya katakan, maka hendaklah ia bersedia menempati tempat duduknya di neraka."<br /><br /><br />75. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia bersedia menempati tempat duduknya di neraka."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-40: Menulis Ilmu<br /><br /><br />76. Abu Hurairah mengatakan bahwa kabilah Khuza'ah membunuh seorang laki-laki dari kabilah Laits pada tahun pembebasan Mekah. Karena, adanya orang yang terbunuh yang dibunuh orang kabilah Khuza'ah [pada zaman jahiliah 8/38]. Hal itu diberitahukan kepada Nabi saw., lalu beliau menaiki kendaraannya dan berkhotbah [kepada orang banyak. Lalu beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya 3/94], kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menahan Mekah dari (serangan pasukan) gajah, dan Dia memberikan kekuasaan kepada Rasulullah saw. serta orang-orang yang beriman atas mereka. Ketahuilah sesungguhnya Mekah tidak halal bagi orang yang sebelumku dan tidak halal bagi orang yang sesudahku. Ketahuilah sesungguhnya Mekah itu halal bagiku, sesaat dari siang hari. Ketahuilah bahwa Mekah pada saatku itu haram, duri-durinya tidak boleh dipotong, pohon-pohonnya tidak boleh ditebang, barang temuannya tidak boleh diambil kecuali bagi orang yang mencari (pemiliknya). Barangsiapa yang keluarganya terbunuh, maka menurut pandangan yang terbaik, adakalanya pembunuhnya diikat dan adakalanya dibalas bunuh oleh keluarga si terbunuh."<br />Seorang laki-laki dari penduduk Yaman [yang bernama Abu Syah] berkata, 'Tuliskan untuk saya wahai Rasulullah!" Lalu beliau bersabda, 'Tulislah untuk ayah Fulan.' (Dan dalam satu riwayat: 'Untuk Abu Syah.') Seorang laki-laki dari suku Quraisy berkata, "Kecuali idzkhir 'tumbuh-tumbuhan yang harum baunya', wahai Rasulullah, karena idzkhir itu ditempatkan di rumah dan kuburan kami." Lalu Nabi saw. bersabda, "Kecuali idzkhir." [Saya bertanya kepada Al-Auza'i, "Apa yang dimaksud dengan perkataannya, 'Tulislah untukku wahai Rasulullah' itu?' Al-Auza'i menjawab, 'Khotbah yang didengarnya dari Rasulullah saw ini.'"].<br /><br /><br /><br />77. Abu Hurairah r .a. berkata, 'Tiada seorang pun dari sahabat Nabi saw yang lebih banyak dalam meriwayatkan hadits yang diterima dari beliau saw daripada saya, melainkan apa yang didapat dari Abdullah bin Amr, sebab ia mencatat hadits sedang saya tidak mencatatnya."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-41: Ilmu dan Memberi Peringatan (Pengajian) pada Waktu Malam<br /><br /><br />78. Ummu Salamah r.a. berkata, "Nabi saw pada suatu malam bangun tidur (dengan terkejut 8/90), lalu beliau berkata, 'Mahasuci Allah! (Dan pada satu riwayat disebutkan: Dan beliau mengucapkan LAAILAAHAILLALLAAH 7/47) Fitnah apakah yang diturunkan [Allah] pada malam ini? Dan, perbendaharaan (rahmat) apakah yang dibuka? Bangunkanlah (dalam satu riwayat: Siapakah yang mau membangunkan) para penghuni kamar [maksudnya istri-istrinya sehingga mereka menunaikan shalat 7/ 123]. Banyak (dalam satu riwayat: wahai, banyaknya) orang berpakaian di dunia namun telanjang di akhirat.'"<br />[Az-Zuhri berkata, "Hindun[32] mempunyai pakaian sejenis jubah yang kedua lengannya di antara jari jarinya."]<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-42: Berbicara pada Waktu Malam Mengenai Ilmu<br /><br /><br />79. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Rasulullah saw shalat isya bersama kami pada akhir hidup beliau [yaitu pada waktu malam yang orang-orang menyebutnya 'atamah 1/141]. Setelah mengucapkan salam, maka beliau berdiri [lalu menghadap kepada kami], lalu bersabda, 'Bagaimana pendapatmu tentang malammu ini? Sesungguhnya pada awal seratus tahun (yang akan datang) tidak ada yang masih tinggal seorang pun dari orang yang [pada hari ini 1/149] ada di atas permukaan bumi." [Maka orang-orang pun ribut membicarakan sabda Rasulullah saw itu. Mereka ramai membicarakan hadits-hadits tentang seratus tahun ini. Sebenarnya Nabi saw. hanya bersabda, "Tidak akan tinggal (masih hidup) orang yang pada hari ini (saat beliau bersabda itu) hidup di muka bumi." Maksudnya bahwa satu generasi itu akan berlalu (habis)].<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-43: Menghapalkan Ilmu<br /><br /><br />80. Abu Hurairah r.a. berkata, "Saya hafal dari Nabi saw. dua tempat. Adapun salah satu dari keduanya, maka saya siarkan (hadits itu) . Seandainya yang lain saya siarkan, niscaya terputuslah tenggorokan ini."[33]<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-44: Memperhatikan Keterangan Ulama<br /><br /><br />81. Jarir bin Abdillah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda kepadanya pada waktu mengerjakan haji Wada', "Diamkanlah manusia!" Lalu beliau bersabda, "Sesudahku nanti janganlah kamu menjadi kafir, di mana sebagian kamu memotong leher sebagian yang lain."<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-45: Apa yang Disunnahkan bagi Seorang Alim jika Ditanya, "Manakah Manusia yang Terpandai", agar Menyerahkan Perihal Ilmu Kepandaian Itu kepada Allah<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang panjang mengenai kisah Khidhir bersama Musa yang tersebut pada [65 - At-Tafsir/ 18 - AsSurah/2 - BAB].")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-46: Orang yang Bertanya Sambil Berdiri kepada Seorang Alim yang Sedang Duduk<br /><br /><br /><br />82. Abu Musa r.a. berkata, "Seorang laki-laki (dalam satu riwayat: seorang Arab kampung 3/51) datang kepada Nabi saw., lalu bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah berperang di jalan Allah itu? Karena salah seorang di antara kami berperang karena marah dan ada yang berperang karena menjaga gengsi. [Ada yang berperang karena hendak menunjukkan keberanian, dan ada yang berperang karena ingin dipuji orang]. (Dan dalam satu riwayat disebutkan: Seseorang berperang karena ingin mendapatkan harta rampasan, seseorang berperang karena ingin mendapatkan popularitas, dan seseorang berperang karena ingin diketahui kedudukannya, maka siapakah gerangan yang termasuk kategori fi sabilillah?' 3/206). Kemudian beliau bersabda sambil mengangkat kepalanya dan tentunya beliau tidak perlu mengangkat kepala, melainkan karena orang yang bertanya itu berdiri sedang beliau duduk. Lalu beliau menjawab, 'Barangsiapa yang berperang agar kalimah Allah menjadi yang tertinggi (menjunjung tinggi agama Allah), maka dia di jalan Allah Azza wa Jalla.'"<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-47: Bertanya dan Memberi Fatwa ketika Melontar Jumrah<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya hadits Abdullah bin Amr yang sudah disebutkan pada nomor 62.")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-48: Firman Allah Ta'ala, "Tidaklah Kamu Diberi Pengetahuan Melainkan Sedikit." (al-Israa': 85)<br /><br /><br />83. Abdullah (bin Mas'ud) r.a. berkata, "Ketika saya berjalan bersama Rasulullah saw. di [sebagian 8/198] reruntuhan (dalam satu riwayat: kebun 5/228)[34] Madinah, sedang beliau bertelekan pada tongkat dari pelepah kurma yang lurus dan halus yang beliau bawa, lewatlah sekelompok Yahudi. Lalu, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, 'Tanyakanlah kepadanya tentang ruh.' [Lalu yang sebagian itu berkata, 'Apa kepentingan kalian kepadanya?' 5/228], dan sebagian lagi dari mereka berkata, 'Janganlah kamu menanyakannya, agar ia tidak membawa sesuatu (dan dalam satu riwayat: Agar ia tidak memperdengarkan kepadamu sesuatu 8/144) yang kamu benci.' Sebagian dari mereka berkata, 'Sungguh kami akan bertanya kepadanya.' [Lalu mereka berkata, Tanyakanlah kepadanya!'] Kemudian seorang laki-laki dari mereka berdiri [kepada beliau] dan berkata, 'Wahai Abu Qasim, apakah ruh itu?' Maka, [Nabi saw. diam, tiada menjawab sama sekali]. Dan dalam satu riwayat: Maka beliau berdiri sesaat memperhatikan), [sambil bertelekan atas pelepah kurma, sedang saya di belakang beliau 8/188]. Maka, saya berkata, 'Sesungguhnya beliau sedang diberi wahyu.' [Saya mundur dari beliau sehingga wahyu selesai turun], lalu saya berdiri di tempat saya. Ketika jelas hal itu, beliau membaca, "Yas-aluunaka'anir-ruuhi, qulir-ruuhu min amri rabbii, wamaa uutuu minal-'ilmi illaa qaliilaa" 'Mereka bertanya kapadamu tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu adalah urusan Tuhanku.' Dan mereka tidak diberi ilmu melainkan hanya sedikit'. Al-A'masy berkata, 'Demikianlah bacaan kami.'[35] [Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, Tadi sudah kami katakan, jangan tanyakan kepadanya!'].<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-49: Orang yang Meninggalkan Sebagian Ikhtiar karena Khawatir Sebagian Orang Tidak Memahaminya, Lalu Mereka Terjatuh ke Dalam Sesuatu yang Lebih Berat<br /><br /><br />(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya hadits Aisyah yang akan disebutkan pada [25 -Al Hajj/42 - BAB].")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-50: Orang yang Mengkhususkan untuk Memberi Ilmu kepada Suatu Kaum dan Tidak kepada Kaum Lain karena Khawatir Kaum Kedua Itu Tidak Dapat Memahaminya<br /><br /><br />84. Ali r.a. berkata, "Hendaklah kamu menasihati orang lain sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Adakah kamu semua senang sekiranya Allah dan Rasul-Nya itu didustakan sebab kurangnya pengertian yang ada pada mereka itu?"[36]<br /><br /><br />85. Qatadah mengatakan bahwa Anas bin Malik bercerita bahwa Rasulullah saw. -dan Mu'adz sedang membonceng di atas kendaraan beliau- bersabda, "Hai Muadz". Ia menjawab, "Ya, wahai Rasulullah, kebahagiaan bagi engkau." Beliau bersabda, "Hai Mu'adz!" Ia menjawab, "Ya, wahai Rasulullah, kebahagiaan bagi engkau." (Ia mengucapkannya tiga kali) . Beliau bersabda, 'Tidak ada seorangpun yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan betul-betul dari hatinya kecuali orang tersebut diharamkan oleh Allah dari neraka. "Mu'adz bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah saya tidak memberitahukan kepada manusia, agar mereka bergembira?" Beliau bersabda, "Kalau begitu, mereka akan menyerah (tidak berusaha apa-apa)." Mu'adz memberitahukannya ketika meninggal agar tidak berdosa.<br />(Dan diriwayatkan dari jalan lain dari Anas, ia berkata, "Diceritakan kepadaku[37] bahwa Nabi saw. bersabda kepada Mu'adz, 'Barangsiapa yang menghadap kepada Allah (meninggal dunia) sedang dia tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya, niscaya dia akan masuk surga." Mu'adz bertanya, "Apakah tidak boleh saya sampaikan kabar gembira ini kepada orang banyak?" Beliau menjawab, "Jangan, saya khawatir mereka akan menyerah (tanpa berusaha [karena salah Paham])"[38]<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-51: Malu dalam Menuntut Ilmu<br /><br /><br />Mujahid berkata, "Pemalu dan orang sombong tidak akan dapat mempelajari pengetahuan agama."[39]<br />Aisyah berkata, "Sebaik-baik kaum wanita adalah kaum wanita sahabat Anshar. Mereka tidak dihalang-halangi rasa malu untuk mempelajari pengetahuan yang mendalam tentang agama."[40]<br /><br /><br />86. Ummu Salamah r.a. berkata, "Ummu Sulaim [istri Abu Thalhah 1/74] datang kepada Nabi saw lalu ia berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah wanita wajib mandi apabila mimpi (bersetubuh)?' Nabi saw. bersabda, 'Ya, apabila wanita itu melihat air (mani).' Lalu Ummu Sulaim menutup wajahnya (dan dalam satu riwayat: Maka Ummu Salamah tertawa 4/102) dan berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah wanita itu mimpi (bersetubuh)?' Beliau bersabda, 'Ya, berdebulah tanganmu (sial nian kamu), dengan apakah anaknya dapat menyerupainya?")<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-52: Orang yang Malu Bertanya Lalu Menyuruh Orang Lain Menanyakannya<br /><br /><br />87. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Saya adalah seorang laki-laki yang sering mengeluarkan madzi [tetapi aku malu untuk bertanya kepada Rasulullah saw. 1/52]. Lalu saya menyuruh Miqdad bin Aswad untuk menanyakan kepada Nabi saw. [karena kedudukan putri beliau 1/71]. Lalu ia bertanya, lantas Nabi bersabda, 'Padanya wajib wudhu.'" (Dan dalam satu riwayat: "Berwudhulah dan cucilah kemaluanmu" 1/71).<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-53: Menyebutkan Ilmu dan Fatwa di Dalam Masjid<br /><br /><br />88. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa seorang laki-laki berdiri di masjid lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, dari manakah engkau menyuruh kami untuk mengeraskan suara talbiah ketika ihram?" Rasulullah saw bersabda, "Penduduk Madinah mengeraskan suara talbiah dari Dzull Hulaifah, penduduk Syam mengeraskan suara talbiah dari [Mahya'ah, yaitu 2/142] Juhfah, dan penduduk Najd mengeraskan suara talbiah dari Qarn." (Dan dari jalan Zaid bin Jubair, bahwa ia datang kepada Abdullah bin Umar, sedang Abdullah mempunyai kemah dan tenda. Lalu aku bertanya kepadanya, "Dari manakah saya boleh memulai umrah?" Dia menjawab, "Rasulullah saw. menentukannya bagi penduduk Najd di Qarn." Dan dia menyebutkan hadits yang serupa itu 2/141). Ibnu Umar berkata, "Manusia menduga bahwa Rasulullah saw. bersabda, 'Penduduk Yaman mengeraskan suara talbiah dari Yalamlam."' Ibnu Umar berkata, "Dan saya tidak tahu (dan pada satu riwayat saya tidak mendengar 2/143) ini dari Rasulullah saw." [Dan disebutkan tentang Irak, lalu dia menjawab, "Pada waktu itu Irak belum menjadi miqat." 8/155][41]<br /><br /><br /><br /><br />Bab Ke-54: Orang yang Menjawab Si Penanya Lebih dari yang Ditanyakan<br /><br /><br />89. Ibnu Umar dari Nabi saw. mengatakan bahwa seseorang bertanya kepada beliau, "Apakah [pakaian 7/36] yang dipakai oleh orang ihram?" Beliau bersabda, "Ia tidak boleh mengenakan (dan dalam satu riwayat: Janganlah kamu memakai 2/214) baju kurung, serban, jubah berpeci, dan kain yang dicelup wenter atau zafaran. [Dan jangan memakai khuf 'sepatu tinggi penutup kakinya'], [kecuali jika ia tidak mendapatkan sandal 2/145]. Jika ia tidak mendapatkan sandal, maka hendaklah menggunakan khuf dan agar dipotong sampai di bawah mata kaki. [Dan janganlah wanita yang sedang ihram memakai penutup wajah dan jangan pula memakai kaos tangan]."<br /><br /><br />Ubaidullah berkata, "Jangan memakai pakaian yang dicelup waras (wenter). Dan dia pernah berkata, 'Wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai cadar (penutup wajah), dan tidak boleh memakai kaos tangan.'"[42]<br /><br /><br />Malik berkata dari Nafi' dari Ibnu Umar, "Wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai cadar."[43]<br /><br /><br /><br />--------------------------------------------------------------------------------<br /><br />Catatan Kaki:<br /><br /><br /><br />[1] Di dalam riwayat Karimah dan al-Ashili disebutkan, "Al-Humaidi berkata, 'Demikian pula yang disebutkan oleh Abu Nu'aim dalam Al-Mustakhraj. Maka riwayat ini muttashil.'"<br /><br /><br />[2] Ini adalah bagian dari hadits yang populer mengenai penciptaan janin, dan akan disebutkan secara maushul pada (60 -Ahaadiistul Anbiyaa' / 2 - BAB).<br /><br /><br />[3] Di-maushul-kan oleh penyusun dalam Al-Janaiz (2/69) dan At-Tafsir (5/153), tetapi tidak disebutkan secara eksplisit dari Abdullah Ibnu Mas'ud bahwa ia mendengar dari Nabi saw., berbeda dengan kesan yang diperoleh dari perkataan al-Hafizh di sini. Sesungguhnya yang me-maushul-kannya dengan menyebutkan ia mendengar itu adalah Imam Muslim dalam Al-Iman di dalam riwayatnya, dan akan disebutkan hadits ini pada (23 - Al-Janaiz / 1 - BAB) dengan izin Allah Ta'ala.<br /><br /><br />[4] Ini adalah bagian dari hadits yang diamushulkan oleh penyusun dalam (81 - Ar-Riqaq / l4 - BAB).<br /><br /><br />[5] Ini adalah potongan dari sebuah hadits yang di-maushul-kan oleh penyusun pada (60-Ahaadiistul Anbiya' / 25 - BAB ).<br /><br /><br />[6] Di-maushul-kan oleh penyusun dalam (17 - At-Tauhid / 50- BAB ).<br /><br /><br /><br />[7] Di-maushul-kan oleh penyusun dalam (30 - Ash-Shaum / 9 - BAB ).<br /><br /><br />[8] Di-maushul-kan oleh penyusun dari mereka dalam bab ini.<br /><br /><br />[9] Yaitu Abu Sa'id al-Haddad.<br /><br /><br />[10] Hadits ini di-maushul-kan oleh penyusun dalam bab ini dari hadits Anas, tetapi di situ tidak disebutkan bahwa Dhimam memberitahukan hal itu kepada kaumnya. Pemberitahuan Dhimam kepada kaumnya itu hanya disebutkan dalam hadits dari riwayat Ibnu Abbas, yang diriwayatkan secara lengkap oleh ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/165 - 167) dan Ahmad (1/264), dan sanadnya hasan.<br /><br /><br /><br />[11] Ini adalah bagian dari hadits panjang yang diriwayatkan secara maushul dengan lengkap pada (66 - Fahaailul Qur'an / 1- BAB).<br /><br /><br />[12] Atsar Ibnu Umar di-maushul-kan oleh Ibnu Mandah di dalam Kitab al-Washiyyah dengan sanad sahih dari Abu Abdur Rahman al-Habli, dari Abdullah yang hampir sama dengan itu. Maka, boleh jadi (yang dimaksud) Abdullah ini adalah Abdullah bin Umar, karena al-Habli mendengar darinya; dan boleh jadi (yang dimaksud) dia adalah Abdullah bin Amr, karena al-Habli terkenal meriwayatkan darinya. Sedangkan atsar Yahya bin Said dan Malik Ibnu Anas di-maushul-kan oleh al-Hakim di dalam 'Ulumul Hadits (hlm. 259) dengan isnad yang bagus.<br /><br /><br />[13] Riwayat ini dimaushulkan oleh Ibnu Ishaq dari Urwah bin Zubeir secara mursal, dan ath-Thabari dalam Tafsirnya dari hadits Jundub al-Bajali dengan sanad hasan sebagaimana disebutkan dalam Al-Fath, dan dia berkata, "Maka, dengan jalan sebanyak ini jadilah riwayat ini shahih."<br /><br /><br />[14] Ini adalah bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya dari Abud Darda' secara marju'. Hadits ini memiliki beberapa syahid (pendukung) yang menjadikannya kuat sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh. Dan, hadits ini ditakhrij dalam At-Ta'liqur Raghib 1/53.<br /><br /><br />[15] Ini juga bagian dari hadits tersebut, dan bagian ini diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya dari hadits Abu Hurairah, juga diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah dalam Al-Ilm 25 dengan tahqiq saya.<br /><br /><br /><br />[16] Imam Bukhari me-maushul-kan hadits ini pada dua bab lagi dari hadits Muawiyah.<br /><br /><br />[17] Ini adalah bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah (114) dengan sanad sahih dari Abud Darda' secara marfu', dan diriwayatkan oleh lainnya secara marfu'. Ia memiliki dua syahid dari hadits Muawiyah. Saya telah mentakhrij hadits ini dalam Al-Ahaditsush Shahihah 342.<br /><br /><br />[18] Di-maushul-kan oleh ad-Darimi dan Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah.<br /><br /><br />[19] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Ashim dengan sanad hasan, dan al-Khathib dengan sanad lain yang sahih.<br /><br /><br />[20] Yaitu an-Nakha'i sebagaimana dalam riwayat Muslim.<br /><br /><br /><br />[21] Di-maushul-kan oleh Abu Khaitsamah dalam Al-Ilmu (9) dengan sanad shahih. Demikian pula Ibnu Abi Syaibah.<br /><br />[22] Tambahan ini disebutkan secara mu'allaq oleh Imam Bukhari, tetapi diriwayatkan secara maushul oleh Imam Muslim. Mudah-mudahan Allah Ta'ala merahmati mereka.<br /><br /><br />[23] Yakni tanpa penutup, dan makna ini dikuatkan oleh riwayat al-Bazzar dengan lafal, "Dan Nabi saw. melakukan shalat wajib tanpa ada sesuatu pun yang menutupnya (menabirinya)." Demikian disebutkan dalam Al-Fath.<br /><br /><br />[24] Ini adalah bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh penyusun (Imam Bukhari) dalam Al-Adabul Mufrad, Imam Ahmad, dan Abu Ya'la dengan sanad hasan. Ia meriwayatkan sebagian yang lain secara mu'allaq pada (97 - At-Tauhid/32 - BAB).<br /><br /><br /><br />[25] Al-Hafizh tidak mentakhrijnya, dan tampaknya lafal ini mengalami perubahan, dan yang benar adalah yang pertama, yaitu qabilat.<br /><br /><br />[26] Di-maushul-kan oleh al-Jhathib dalam Al-Jami' dan al-Baihaqi dalarn Al-Madkhal.<br /><br /><br /><br />[27] Saya katakan, "Di dalam kitab asal, sesudah ini terdapat hadits Asma' yang menyatakan isyarat dengan kepala di dalam shalat, dan akan disebutkan pada (4 -Al-Wudhu/38-BAB)".<br /><br /><br />[28] Imam Bukhari me-maushul-kannya dalam beberapa tempat, dan akan disebutkan pada (95-Khabarul Wahid/ 1-BAB).<br /><br /><br />[29] Tambahan ini diriwayatkan secara mu'allaq oleh penyusun (Imam Bukhari), dan di-maushul-kan oleh Ahmad dan lainnya. Tambahan ini adalah ganjil dan tidak sah menurut penelitian saya, sebagaimana saya jelaskan dalam Adh-Dha'ifah nomor 3364.<br /><br /><br />[30] Saya katakan bahwa Amir ini adalah asy-Sya'bi yang meriwayatkan hadits ini dari Abi Burdah dari ayahnya, yakni Abu Musa al-Asy'ari. Ia mengucapkan perkataan ini kepada orang yang meriwayatkan darinya, yaitu Shalih bin Hayyan.<br /><br /><br /><br />[31] Ini adalah bagian dari hadits Ibnu Abbas, Insya Allah akan disebutkan aecara maushul pada (25 - Al-Hajj / 132 - BAB).<br /><br /><br /><br />[32] Yaitu Hindun binti al-Harits al-Farasiyah yang meriwayatkan hadits ini dari Ummu Salamah radhiyallaahu 'anha.<br /><br /><br />[33] Al-Hafizh berkata, "Para ulama menafsirkan tempat (bejana) yang tidak disebarkan oleh Abu Hurairah hadits-hadits yang di dalamnya itu berisi tentang pemerintahan yang buruk, perihal mereka, dan zaman mereka. Abu Hurairah menyindir sebagiannya dan tidak menjelaskannya secara transparan karena takut atas keselamatan dirinya dari tindakan mereka, seperti perkataannya, "Aku berlindung kepada Allah dari permulaan tahun enam puluh dan dari pemerintahan anak-anak." Ucapannya ini mengisyaratkan kepada pemerintahan Yazid bin Muawiyah yang memerintahkan pada permulaan tahun enam puluhan hijriyah, dan Allah telah mengabulkan doa Abu Hurairah ini dengan mewafatkannya satu tahun sebelum masa pemerintahan Yazid. Kemudian dia menolak pandangan golongan tasawuf ekstrem yang menjadikan hadits ini sebagai jalan untuk membenarkan perkataan mereka yang batil, "Sesungguhnya syariat itu ada yang lahir dan ada yang bathin." Silakan periksa, jika Anda menghendaki!<br /><br /><br /><br />[34] Al-Hafizh berkata, "Inilah yang lebih tepat, karena lafal ini juga diriwayatkan oleh Muslim dari jalan lain dari Ibnu Mas'ud dengan lafal khana fi nakhal."<br /><br /><br />[35] Saya katakan, "Bacaan ini tidak bertentangan dengan bacaan yang sudah populer dan mutawatir yaitu "Wa maa uutiitum", sebagaimana sudah tidak samar lagi."<br /><br /><br /><br />[36] Saya katakan, "Bentuk riwayat ini seperti riwayat mu'allaq. Akan tetapi, sesudahnya dibawakannya isnadnya hingga kepada Ali radhiyallahu 'anhu, sehingga dengan demikian riwayat ini maushul."<br /><br /><br />[37] Al-Hafizh berkata, "Anas tidak menyebutkan siapa yang bercerita kepadanya tentang hal itu pada semua jalan yang saya teliti." Saya (Al-Albani) berkata, "Ini adalah suatu hal yang mengherankan dari beliau (al-Hafizh), karena hadits ini diriwayatkan oleh Qatadah dari Anas, padahal ia mengatakan pada riwayat Ahmad (5/242) dari Qatadah dari Anas bahwa Mu'adz bin Jabal menceritakan kepadanya. Dan diikuti oleh Abu Sufyan dari Anas, ia berkata, "Mu'adz datang kepada kami, lalu kami berkata, 'Ceritakanlah kepada kami sebagian dari hadits-hadits yang unik dari Rasulullah saw..' Mu'adz menjawab, 'Ya, saya pernah membonceng Rasulullah saw. di atas keledai, lalu beliau bersabda, "Wahai Mu'adz .... dst" Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5/228 dan 236), dan isnadnya sahih. Lebih mengherankan lagi bahwa al-Hafizh tidak membawakannya di sini padahal penyusun (Imam Bukhari) sendiri meriwayatkannya pada [81-Ar-Riqaq/ 36 - BAB] dari jalan pertama dari Qatadah: Anas bin Malik menceritakan kepada kami dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata .... Lalu Anas menyebutkannya. Oleh karena itu, saya menganggap boleh saya mengulangnya di sana karena di sini dari Musnad Anas, dan di sana dari Musnad Mu'adz. Memang, kalau al-Hafizh membuat komentar ini pada akhir hadits dari jalan yang pertama, niscaya tidak ada kesamaran. Karena, Anas berada di Madinah ketika Mu'adz meninggal di Syam, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh sendiri, tetapi beliau menempatkannya bukan pada tempatnya."<br /><br /><br />[38] Diriwayatkan oleh Muslim (1/45). Dan dia (Imam Muslim) meriwayatkannya pula dari Abu Hurairah dan Ubadah bin Shamit (1/43)<br /><br /><br />[39] Di-maushul-kan oleh Abu Nua'im dalam Al-Hilyah dengan sanad sahih.<br /><br /><br />[40] Di-maushul-kan oleh Muslim (1/180) dengan sanad hasan.<br /><br /><br /><br />[41] Terdapat riwayat yang sah mengenai penetapan Dzatu Irqin sebagai miqat bagi penduduk Irak dari riwayat Ibnu Umar dari sahabat-sahabat Nabi saw. Silakan Anda periksa buku saya Hajjatun Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wasallam halaman 52, terbitan al-Maktabul-Islami.<br /><br /><br />[42] Di-maushul-kan oleh Ishaq Ibnu Rahawaih dan Ibnu Khuzaimah dari beberapa jalan dari Ubaidullah bin Umar dari Nafi' dari Ibnu Umar. Lalu ia bawakan hadits itu hingga perkataan, "Dan waras atau zafaran." Dia berkata, "Dan Abdullah yakni Ibnu Umar berkata ...." Lalu disebutkannya secara mauquf pada Ibnu Umar.<br /><br /><br />[43] Riwayat ini terdapat di dalam Al-Muwaththa' 1/305. Penyusun bermaksud bahwa Imam Malik membatasi hadits pada kalimat ini saja secara mauquf pada Ibnu Umar. Hal itu untuk menguatkan riwayat Ubaidullah yang mu'allaq, yang menerangkan bahwa kalimat ini adalah disisipkan di dalam hadits tersebut, dan kalimat itu darl perkataan Ibnu Umar. Inilah yang dikuatkan oleh al-Hafizh dalam Al-Fath yang berbeda dengan penyusun (Imam Bukhari), karena al-Hafizh menguatkan ke-marfu'-an hadits ini sebagaimana saya jelaskan dalam Al-Irwa' (1011).<br /><br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-32903145872293459462013-01-09T16:56:00.001-08:002013-01-09T17:05:16.848-08:00KITAB IMAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Kitab Iman<br />
<br />
<br />
1. Iman, Islam, ihsan dan kewajiban beriman kepada takdir<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah saw. menjawab: Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan. Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya; Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka. (Shahih Muslim No.10) <br />
<br />
2. Salat lima waktu adalah salah satu rukun Islam<br />
<br />
Hadis riwayat Thalhah bin Ubaidillah ra., ia berkata: <br />
Seseorang dari penduduk Najed yang kusut rambutnya datang menemui Rasulullah saw. Kami mendengar gaung suaranya, tetapi kami tidak paham apa yang dikatakannya sampai ia mendekati Rasulullah saw. dan bertanya tentang Islam. Lalu Rasulullah saw. bersabda: (Islam itu adalah) salat lima kali dalam sehari semalam. Orang itu bertanya: Adakah salat lain yang wajib atasku? Rasulullah saw. menjawab: Tidak ada, kecuali jika engkau ingin melakukan salat sunat. Kemudian Rasulullah bersabda: (Islam itu juga) puasa pada bulan Ramadan. Orang itu bertanya: Adakah puasa lain yang wajib atasku? Rasulullah saw. menjawab: Tidak, kecuali jika engkau ingin melakukan puasa sunat. Lalu Rasulullah saw. melanjutkan: (Islam itu juga) zakat fitrah. Orang itu pun bertanya: Adakah zakat lain yang wajib atasku? Rasulullah saw. menjawab: Tidak, kecuali jika engkau ingin bersedekah. Kemudian lelaki itu berlalu seraya berkata: Demi Allah, aku tidak akan menambahkan kewajiban ini dan tidak akan menguranginya. Mendengar itu, Rasulullah saw. bersabda: Ia orang yang beruntung jika benar apa yang diucapkannya. (Shahih Muslim No.12) <br />
<br />
3. Pertanyaan tentang rukun Islam<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />
Kami dilarang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang sesuatu. Yang mengherankan kami bahwa seorang badui yang beradab mengajukan pertanyaan kepada beliau dan kami mendengarkan. Suatu hari datang seorang badui, lalu berkata: Wahai Muhammad, utusanmu telah datang kepada kami, ia mengatakan bahwa engkau menyatakan bahwa Allah telah mengutusmu. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu bertanya: Kalau begitu, siapakah yang menciptakan langit? Rasulullah saw. menjawab: Allah. Orang itu bertanya: Siapakah yang menciptakan bumi? Rasulullah saw. menjawab: Allah. Orang itu bertanya: Siapakah yang menegakkan gunung-gunung ini dan menjadikan sebagaimana adanya? Rasulullah saw. menjawab: Allah. Orang itu berkata: Demi Zat yang telah menciptakan langit, menciptakan bumi dan menegakkan gunung bahwa Allah-lah yang mengutusmu? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Orang itu berkata: Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib mengerjakan salat lima waktu dalam sehari semalam. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu berkata: Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu berkata: Utusanmu mengatakan, bahwa kami wajib mengeluarkan zakat harta kami. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu bertanya: Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Orang itu berkata: Utusanmu juga mengatakan bahwa kami diwajibkan puasa pada bulan Ramadan. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Orang itu bertanya: Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Orang itu berkata: Utusanmu mengatakan pula bahwa kami wajib menunaikan ibadah haji ke Baitullah, jika mampu. Rasulullah saw. menjawab: Benar. Kemudian orang itu pergi, seraya berkata: Demi Zat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahkan atau mengurangi semua apa yang telah engkau terangkan. Mendengar itu, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya jika benar apa yang diucapkan, ia akan masuk surga. (Shahih Muslim No.13) <br />
<br />
4. Iman menyebabkan masuk surga dan barang siapa menjalankan apa yang diperintahkan, niscaya ia akan masuk surga<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Ayyub Al-Anshari ra.: <br />
Bahwa Seorang badui menawarkan diri kepada Rasulullah saw. dalam perjalanan untuk memegang tali kekang unta beliau. Kemudian orang itu berkata: Wahai Rasulullah atau Ya Muhammad, beritahukan kepadaku apa yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka. Nabi saw. tidak segera menjawab. Beliau memandang para sahabat, seraya bersabda: Ia benar-benar mendapat petunjuk. Kemudian beliau bertanya kepada orang tersebut: Apa yang engkau tanyakan? Orang itu pun mengulangi perkataannya. Lalu Nabi saw. bersabda: Engkau beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat, menunaikan zakat dan menyambung tali persaudaraan. Sekarang, tinggalkanlah unta itu. (Shahih Muslim No.14) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa seorang badui datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang apabila aku lakukan, aku akan masuk surga. Rasulullah saw. bersabda: Engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat fardu, membayar zakat dan puasa Ramadan. Orang itu berkata: Demi Zat yang menguasai diriku, aku tidak akan menambah sedikit pun dan tidak akan menguranginya. Ketika orang itu pergi, Nabi saw. bersabda: Barang siapa yang senang melihat seorang ahli surga, maka lihatlah orang ini. (Shahih Muslim No.16) <br />
<br />
5. Rukun Islam dan pilar-pilarnya<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Islam dibangun di atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan salat, membayar zakat, puasa Ramadan dan menunaikan haji. (Shahih Muslim No.19) <br />
<br />
6. Perintah beriman kepada Allah dan rasul-Nya, hukum-hukum agama, seruan, bertanya, memeliharanya dan menyampaikannya kepada orang lain<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />
Rombongan utusan Abdul Qais datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, kami berasal dari dusun Rabiah. Antara kami dan engkau, terhalang oleh orang kafir Bani Mudhar. Karena itu, kami tidak dapat datang kepadamu kecuali pada bulan-bulan Haram (yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab). Karena itu, perintahkanlah kami dengan sesuatu yang dapat kami kerjakan dan kami serukan kepada orang-orang di belakang kami. Rasulullah saw. bersabda: Aku memerintahkan kepada kalian empat hal dan melarang kalian dari empat hal. (Perintah itu ialah) beriman kepada Allah kemudian beliau menerangkannya. Beliau bersabda: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, membayar zakat dan memberikan seperlima harta rampasan perang kalian. Dan aku melarang kalian dari arak dubba' (arak yang disimpan dalam batok), arak hantam (arak yang disimpan dalam kendi yang terbuat dari tanah, rambut dan darah), arak naqier (arak yang disimpan dalam kendi terbuat dari batang pohon) dan arak muqayyar (arak yang disimpan dalam potongan tanduk). (Shahih Muslim No.23) <br />
<br />
7. Ajakan kepada dua kalimat syahadat dan syariat-syariat Islam<br />
<br />
Hadis riwayat Muaz ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. mengutusku, beliau bersabda: Engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab. Karena itu, ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Jika mereka taat, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka salat lima waktu dalam sehari semalam. Kalau mereka taat, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka membayar zakat, yang diambil dari orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang miskin di antara mereka. Jika mereka taat, maka waspadalah terhadap harta pilihan mereka. Dan takutlah engkau dari doa orang yang dizalimi, karena doa itu tidak ada sekat dengan Allah Taala. (Shahih Muslim No.27) <br />
<br />
8. Perintah memerangi manusia hingga mereka mengucap "laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah", mendirikan salat, mengeluarkan zakat dan beriman kepada semua yang dibawa oleh Rasulullah saw. siapa melakukan semua itu, maka akan terpelihara diri dan hartanya kecuali dengan alasan yang benar, memerangi orang yang enggan mengeluarkan zakat atau enggan menunaikan hak-hak Islam yang lain dan kepedulian imam terhadap syiar-syiar Islam<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Ketika Rasulullah saw. wafat dan kekhalifahan digantikan oleh Abu Bakar, sebagian masyarakat Arab kembali kepada kekufuran. (Ketika Abu Bakar ingin memerangi mereka), Umar bin Khathab berkata kepada Abu Bakar: Kenapa engkau memerangi manusia (orang-orang murtad), bukankah Rasulullah saw. telah bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah. Barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah berarti harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya terserah pada Allah. Abu Bakar menanggapi: Demi Allah, aku akan perangi orang yang membedakan antara salat dan zakat. Karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan memberikan zakat binatang ternak kepadaku yang sebelumnya mereka bayar kepada Rasulullah saw., niscaya aku akan perangi mereka karena tidak membayar zakat binatang ternak. (Shahih Muslim No.29) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah, barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah, maka harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya (terserah) pada Allah. (Shahih Muslim No.30) <br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw. adalah utusan Allah, mendirikan salat dan mengeluarkan zakat. Barang siapa melaksanakannya berarti ia telah melindungi diri dan hartanya dariku kecuali dengan sebab syara, sedang perhitungannya (terserah) pada Allah Taala. (Shahih Muslim No.33) <br />
<br />
9. Dalil keabsahan Islam seseorang menjelang kematian, asal belum sekarat, membatalkan dibolehkannya istigfar untuk orang-orang musyrik dan dalil bahwa orang yang mati dalam keadaan musyrik termasuk penghuni neraka jahim, tak dapat dibebaskan dengan perantaraan apa pun<br />
<br />
Hadis riwayat Musayyab bin Hazn ra., ia berkata: <br />
Ketika Abu Thalib menjelang kematian, Rasulullah saw. datang menemuinya. Ternyata di sana sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Mughirah. Lalu Rasulullah saw. berkata: Wahai pamanku, ucapkanlah: Laa ilaaha illallah, ucapan yang dapat kujadikan saksi terhadapmu di sisi Allah. Tetapi Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata: Hai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib? Rasulullah saw. terus-menerus menawarkan kalimat tersebut dan mengulang-ulang ucapan itu kepada Abu Thalib, sampai ia mengatakan ucapan terakhir kepada mereka, bahwa ia tetap pada agama Abdul Muthalib dan tidak mau mengucapkan: Laa ilaaha illallah. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Sungguh, demi Allah, aku pasti akan memintakan ampunan buatmu, selama aku tidak dilarang melakukan hal itu untukmu. Kemudian Allah Taala menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat mereka, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahim. Dan mengenai Abu Thalib, Allah Taala menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Shahih Muslim No.35) <br />
<br />
10. Dalil yang menunjukkan bahwa orang yang mati dalam keadaan menetapi tauhid, niscaya akan masuk surga<br />
<br />
Hadis riwayat Ubadah bin Shamit ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dan bersaksi bahwa Nabi Isa as. adalah hamba Allah dan anak hamba-Nya, serta kalimat-Nya yang dibacakan kepada Maryam dan dengan tiupan roh-Nya, bahwa surga itu benar dan bahwa neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya melalui pintu dari delapan pintu surga mana saja yang ia inginkan. (Shahih Muslim No.41) <br />
<br />
Hadis riwayat Muaz bin Jabal ra., ia berkata: <br />
Aku pernah membonceng Nabi saw, yang memisahkan antara aku dan beliau hanyalah bagian belakang pelana. Beliau bersabda: Hai Muaz bin Jabal. Aku menyahut: Ya, Wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Kemudian berjalan sejenak, kemudian beliau bersabda lagi: Hai Muaz bin Jabal. Aku menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Kemudian berjalan sejenak, kemudian beliau kembali memanggil: Hai Muaz bin Jabal. Aku pun menyahut: Wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Beliau bersabda: Tahukah engkau, apa hak Allah atas para hamba? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Hak Allah atas para hamba, yaitu mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Setelah berjalan sesaat, beliau memanggil lagi: Hai Muaz bin Jabal Aku menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah saw. bertanya: Tahukah engkau apa hak hamba atas Allah, bila mereka telah memenuhi hak Allah? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan menyiksa mereka. (Shahih Muslim No.43) <br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. dan Muaz bin Jabal berboncengan di atas tunggangan. Rasulullah saw. bersabda: Hai Muaz. Muaz menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah saw. memanggil lagi: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Sekali lagi Rasulullah saw. memanggil: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah saw. bersabda: Setiap hamba yang bersaksi bahwa: Tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, maka Allah mengharamkan api neraka atasnya. Muaz berkata: Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada orang banyak agar mereka merasa senang? Rasulullah saw. bersabda: Kalau engkau kabarkan, mereka akan menjadikannya sebagai andalan. (Shahih Muslim No.47) <br />
<br />
Hadis riwayat Itban bin Malik ra.: <br />
Dari Mahmud bin Rabi` ia berkata: Aku datang ke Madinah dan bertemu Itban. Dan aku berkata: Aku mendengar cerita tentang engkau. Itban berkata: Mataku terkena suatu penyakit. Lalu aku menyuruh orang menghadap Rasulullah saw. untuk mengatakan kepada beliau bahwa aku ingin engkau (Rasulullah saw.) datang dan mengerjakan salat di rumahku, sehingga aku dapat menjadikannya sebagai mushalla. Nabi pun datang bersama beberapa orang sahabat beliau. Beliau masuk dan mengerjakan salat di rumahku. Sementara itu para sahabat saling berbincang di antara mereka. Mereka umumnya sedang membicarakan Malik bin Dukhsyum (artinya, mereka membicarakan sikap orang-orang munafik yang buruk, di antaranya Malik). Mereka ingin Rasulullah saw. berdoa agar Malik mendapat celaka. Mereka ingin ia tertimpa malapetaka. Ketika Rasulullah saw. selesai salat, beliau bertanya: Bukankah ia bersaksi: Bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah? Para sahabat menjawab: Memang benar ia mengucapkan itu, tetapi itu tidak ada dalam hatinya. Rasulullah saw. bersabda: Seseorang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah, tidak akan masuk neraka atau dimakan api neraka. (Shahih Muslim No.48) <br />
<br />
11. Menerangkan jumlah cabang iman, yang paling tinggi dan yang paling rendah, keutamaan malu dan bahwa malu termasuk iman<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih. Dan malu adalah salah satu cabang iman. (Shahih Muslim No.50) <br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. mendengar seseorang menasehati saudaranya dalam hal malu, lalu Nabi saw. bersabda: Malu adalah bagian dari iman. (Shahih Muslim No.52) <br />
<br />
Hadis riwayat Imran bin Husaini ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. pernah bersabda: Malu itu tidak datang kecuali dengan membawa kebaikan. (Shahih Muslim No.53) <br />
<br />
12. Menerangkan keutamaan Islam dan ajarannya yang paling utama<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Amru ra., ia berkata: <br />
Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. Islam manakah yang paling baik? Rasulullah saw. bersabda: Memberikan makanan, mengucap salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal. (Shahih Muslim No.56) <br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: <br />
Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw: Orang Islam manakah yang paling baik? Rasulullah menjawab: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. (Shahih Muslim No.57) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: <br />
Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. (Shahih Muslim No.59) <br />
<br />
13. Menerangkan sikap-sikap yang mendatangkan manisnya iman<br />
<br />
Hadis riwayat Anas ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain, mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran (setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka. (Shahih Muslim No.60) <br />
<br />
14. Wajib lebih mencintai rasulullah saw. dari keluarga, anak, orang-tua dan semua manusia, serta memastikan bahwa seseorang yang tidak memiliki cinta semacam ini berarti tidak ada iman dalam dirinya<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Seorang hamba (dalam hadis Abdul Warits, seorang laki-laki) tidak beriman sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan semua orang. (Shahih Muslim No.62) <br />
<br />
15. Dalil sebagian dari iman adalah cinta seseorang kepada sesama muslim seperti ia mencintai dirinya sendiri<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Salah satu di antara kalian tidak beriman sebelum ia mencintai saudaranya (atau beliau bersabda: tetangganya) seperti mencintai diri sendiri. (Shahih Muslim No.64) <br />
<br />
16. Sunat memuliakan tetangga dan tamu, berdiam diri kecuali untuk kebaikan, menerangkan bahwa semua itu termasuk iman<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berbicara yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. (Shahih Muslim No.67) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Syuraikh Al-Khuza'i ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. (Shahih Muslim No.69) <br />
<br />
17. Mencegah kemungkaran itu termasuk iman, bahwa iman dapat bertambah atau berkurang, bahwa memerintahkan yang makruf (kebaikan) dan melarang kemungkaran itu wajib<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: <br />
Dari Thariq bin Syihab ra. ia berkata: Orang yang pertama berkhutbah pada hari raya sebelum salat Ied adalah Marwan. Ada seseorang yang berdiri mengatakan: Salat Ied itu sebelum khutbah. Marwan menjawab: Telah ditinggalkan apa yang ada di sana. Abu Said berkata: Orang ini benar-benar telah melaksanakan kewajibannya. Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran (hal yang keji, buruk), maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman. (Shahih Muslim No.70) <br />
<br />
18. Kelebihan orang beriman dan keunggulan penduduk Yaman<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Masud ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. pernah memberi isyarat dengan tangan ke arah Yaman, seraya bersabda: Ingatlah, sesungguhnya iman ada di sana, sedangkan kekerasan dan kekasaran hati ada pada orang-orang yang bersuara keras di dekat pangkal ekor unta ketika muncul sepasang tanduk setan, yaitu pada golongan Rabiah dan Bani Mudhar. (Shahih Muslim No.72) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Penduduk Yaman datang. Mereka lebih halus hatinya. Iman ada pada orang Yaman, fikih ada pada orang Yaman dan Hikmah ada pada orang Yaman. (Shahih Muslim No.73) <br />
<br />
19. Menjelaskan bahwa agama adalah nasehat<br />
<br />
Hadis riwayat Jarir bin Abdullah ra., ia berkata: <br />
Aku berbaiat kepada Rasulullah saw. untuk selalu mendirikan salat, memberikan zakat dan memberi nasehat baik kepada setiap muslim. (Shahih Muslim No.83) <br />
<br />
20. Menerangkan kurangnya iman sebab maksiat dan kekosongan iman pelakunya<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman. (Shahih Muslim No.86) <br />
<br />
21. Menjelaskan tanda-tanda munafik<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Amru ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. pernah bersabda: Ada empat sifat yang bila dimiliki maka pemiliknya adalah munafik murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satu di antara empat tersebut, itu berarti ia telah menyimpan satu tabiat munafik sampai ia tinggalkan. Apabila berbicara ia berbohong, apabila bersepakat ia berkhianat, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila bertikai ia berbuat curang. (Shahih Muslim No.88) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Ada tiga tanda orang munafik; apabila berbicara ia berbohong, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila dipercaya ia berkhianat.<br />
(Shahih Muslim No.89) <br />
<br />
22. Menerangkan keadaan iman seseorang yang mengatakan kepada sesama muslim: Hai, kafir!<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Apabila seseorang mengafirkan temannya, maka ucapan (yang mengafirkan) itu benar-benar kembali kepada salah seorang di antara keduanya (yang mengatakan atau yang dikatakan). (Shahih Muslim No.91) <br />
<br />
23. Menjelaskan iman orang yang membenci ayahnya, padahal ia tahu bahwa orang tersebut adalah ayah kandungnya<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Zar ra.: <br />
Bahwa Ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Setiap orang yang mengaku keturunan dari selain ayahnya sendiri, padahal ia mengetahuinya, pastilah ia kafir (artinya mengingkari nikmat dan kebaikan, tidak memenuhi hak Allah dan hak ayahnya). Barang siapa yang mengakui sesuatu bukan miliknya, maka ia tidak termasuk golongan kami dan hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di neraka. Barang siapa yang memanggil seseorang dengan kata kafir atau mengatakan musuh Allah, padahal sebenarnya tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali pada dirinya. (Shahih Muslim No.93) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian. Barang siapa yang membenci ayahnya berarti ia kafir. (Shahih Muslim No.94) <br />
<br />
Hadis riwayat Saad bin Abu Waqqash ra., ia berkata: <br />
Kedua telingaku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang mengakui seseorang dalam Islam sebagai ayah, sedangkan ia tahu bahwa itu bukan ayahnya, maka diharamkan baginya surga. (Shahih Muslim No.95) <br />
<br />
24. Menjelaskan sabda Nabi saw. bahwa mencaci-maki orang Islam adalah fasik dan memeranginya adalah kafir<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Mencaci-maki orang Islam adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekafiran. (Shahih Muslim No.97) <br />
<br />
25. Menjelaskan makna sabda Nabi saw.: Janganlah kalian kembali menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian membunuh sebagian yang lain<br />
<br />
Hadis riwayat Jarir ra., ia berkata: <br />
Ketika haji wada, Nabi saw. bersabda kepadaku: Suruhlah orang-orang diam. Setelah orang-orang diam, beliau bersabda: Janganlah sesudah kutinggalkan, kalian kembali menjadi orang-orang kafir, di mana sebagian membunuh sebagian yang lain. (Shahih Muslim No.98) <br />
<br />
26. Menerangkan kekafiran orang yang mengatakan: Kita diberi hujan oleh bintang tertentu<br />
<br />
Hadis riwayat Zaid bin Khalid Al-Juhaini ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. melakukan salat bersama kami di Hudaibiyah, sesudah hujan turun semalam. Seusai salat, beliau mendatangi para sahabatnya, lalu bersabda: Tahukah kalian apa yang telah difirmankan Tuhan kalian? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau bersabda: Allah berfirman: Di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir di pagi ini. Orang yang berkata: Kita diturunkan hujan karena anugerah dan rahmat Allah, maka orang itu beriman kepada-Ku dan mengingkari bintang-bintang. Sebaliknya orang yang berkata: Kita diturunkan hujan oleh bintang ini atau bintang itu, maka orang tersebut kafir terhadap-Ku dan beriman kepada bintang-bintang. (Shahih Muslim No.104) <br />
<br />
27. Dalil yang menunjukkan bahwa mencintai sahabat Ansar termasuk iman dan tanda-tandanya, sedangkan membenci mereka termasuk tanda kemunafikan<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Tanda kemunafikan adalah membenci sahabat Ansar dan tanda keimanan adalah mencintai sahabat Ansar. (Shahih Muslim No.108) <br />
<br />
Hadis riwayat Barra' ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda tentang kaum Ansar: Yang mencintai mereka hanyalah orang yang beriman dan yang membenci mereka hanyalah orang munafik. Barang siapa yang mencintai mereka, maka Allah mencintainya. Dan Barang siapa yang membenci mereka, maka Allah membencinya. (Shahih Muslim No.110) <br />
<br />
28. Menjelaskan berkurangnya iman disebabkan oleh kurang taat dan menjelaskan ucapan kata kufur dengan arti bukan kufur kepada Allah, seperti kufur kepada nikmat dan hak<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.: <br />
Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istigfar (memohon ampun). Karena aku melihat kalian lebih banyak menjadi penghuni neraka. Seorang wanita yang cerdik di antara mereka bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang lebih banyak menjadi penghuni neraka? Rasulullah saw. menjawab: Kalian banyak mengutuk dan mengingkari kebaikan suami. Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari kalian. Wanita itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan agama itu? Rasulullah saw. menjawab: Yang dimaksud dengan kurang pada akal adalah karena dua orang saksi wanita sama dengan seorang saksi laki-laki. Ini adalah kekurangan akal. Wanita menghabisi waktu malamnya tanpa mengerjakan salat dan tidak puasa di bulan Ramadan (karena haid), ini adalah kekurangan pada agama. (Shahih Muslim No.114) <br />
<br />
29. Menerangkan bahwa iman kepada Allah Taala merupakan amal paling utama<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. pernah ditanya: Apakah amal yang paling utama? Beliau menjawab Iman kepada Allah. Orang bertanya lagi: Kemudian apa? Rasulullah saw. menjawab:Berjuang di jalan Allah. Kembali ia bertanya: Kemudian apa? Rasulullah saw. menjawab: Haji mabrur (haji yang diterima). (Shahih Muslim No.118) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Zar ra., ia berkata: <br />
Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Iman kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya. Aku bertanya: Budak manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Yang paling baik menurut pemiliknya dan paling tinggi harganya. Aku tanya lagi: Bagaimana jika aku tidak bekerja? Rasulullah saw. bersabda: Engkau dapat membantu orang yang bekerja atau bekerja untuk orang yang tidak memiliki pekerjaan. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tidak mampu melakukan sebagian amal. Rasulullah saw. bersabda: Engkau dapat mengekang kejahatanmu terhadap orang lain. Karena, hal itu merupakan sedekah darimu kepada dirimu. (Shahih Muslim No.119) <br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Pekerjaan manakah yang paling utama? Beliau menjawab: Salat pada waktunya. Aku bertanya lagi, Kemudian apa? Beliau menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Kembali aku bertanya: Kemudian apa? Beliau menjawab: Berjuang di jalan Allah. Aku tidak bertanya lagi kepada beliau untuk menjaga perasaan beliau. (Shahih Muslim No.120) <br />
<br />
30. Menyekutukan Allah adalah dosa paling besar dan menjelaskan dosa besar lainnya setelah itu<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah ra., ia berkata: <br />
Aku bertanya kepada Rasulullah saw: Dosa apakah yang paling besar menurut Allah? Rasulullah saw. bersabda: Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu. Aku berkata: Sungguh, dosa demikian memang besar. Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: Engkau membunuh anakmu karena takut miskin. Aku tanya lagi: Kemudian apa? Rasulullah saw. menjawab: Engkau berzina dengan istri tetanggamu. (Shahih Muslim No.124) <br />
<br />
31. Menerangkan dosa-dosa besar dan yang paling besar<br />
<br />
Hadis riwayat Abdurrahman bin Abu Bakrah ra., ia berkata: <br />
Kami sedang berada di dekat Rasulullah saw. ketika beliau bersabda: Tidak inginkah kalian kuberitahu tentang dosa-dosa besar yang paling besar? (beliau mengulangi pertanyaan itu tiga kali) yaitu; menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua dan persaksian palsu. Semula Rasulullah saw. bersandar, lalu duduk. Beliau terus mengulangi sabdanya itu, sehingga kami membatin: Mudah-mudahan beliau diam. (Shahih Muslim No.126) <br />
<br />
Hadis riwayat Anas ra.: <br />
Dari Nabi saw. tentang dosa-dosa besar, beliau bersabda: Menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua, membunuh manusia dan persaksian palsu. (Shahih Muslim No.127) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Jauhilah tujuh hal yang merusak. Ada yang bertanya: Ya Rasulullah, apa tujuh hal itu? Rasulullah saw. bersabda: Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, makan harta anak yatim, makan riba, lari dari medan pertempuran dan menuduh berzina wanita-wanita yang terjaga (dari berzina) yang lalai dan beriman. (Shahih Muslim No.129) <br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Di antara dosa-dosa besar, yaitu memaki kedua orang tua. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang dapat memaki kedua orang tuanya? Rasulullah saw. menjawab: Dia memaki bapak orang lain, lalu orang lain itu memaki bapaknya. Dia memaki ibu orang lain, lalu orang lain itu memaki ibunya. (Shahih Muslim No.130) <br />
<br />
32. Siapa yang meninggal tanpa menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk surga dan siapa yang meninggal dalam kemusyrikan, maka ia masuk neraka<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk neraka. Dan aku (Abdullah) sendiri berkata: Siapa yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan apa pun, niscaya ia masuk surga. (Shahih Muslim No.134) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Zar ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Jibril as. mendatangiku dengan membawa kabar gembira bahwa barang siapa di antara umatmu meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk surga. Aku (Abu Dzar) bertanya: Meskipun ia berzina dan mencuri? Nabi menjawab: Meskipun ia berzina dan mencuri. (Shahih Muslim No.137) <br />
<br />
33. Larangan membunuh orang kafir yang telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah<br />
<br />
Hadis riwayat Miqdad bin Aswad ra., ia berkata: <br />
Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang kafir, lalu ia menyerangku. Dia penggal salah satu tanganku dengan pedang, hingga terputus. Kemudian ia berlindung dariku pada sebuah pohon, seraya berkata: Aku menyerahkan diri kepada Allah (masuk Islam). Bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan itu? Rasulullah saw. menjawab: Jangan engkau bunuh ia. Aku memprotes: Wahai Rasulullah, tapi ia telah memotong tanganku. Dia mengucapkan itu sesudah memotong tanganku. Bolehkah aku membunuhnya? Rasulullah saw. tetap menjawab: Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya. Jika engkau membunuhnya, maka engkau seperti ia sebelum engkau membunuhnya, dan engkau seperti ia sebelum ia mengucapkan kalimat yang ia katakan. (Shahih Muslim No.139) <br />
<br />
Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. mengirim kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di Huruqat, suatu tempat di daerah Juhainah di pagi hari. Lalu aku menjumpai seorang kafir. Dia mengucapkan: Laa ilaaha illallah, tetapi aku tetap menikamnya. Ternyata kejadian itu membekas dalam jiwaku, maka aku menuturkannya kepada Nabi saw. Rasulullah saw. bertanya: Apakah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah dan engkau tetap membunuhnya? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu hanya karena takut pedang. Rasulullah saw. bersabda: Apakah engkau sudah membelah dadanya sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak? Beliau terus mengulangi perkataan itu kepadaku, hingga aku berkhayal kalau saja aku baru masuk Islam pada hari itu. Saad berkata: Demi Allah, aku tidak membunuh seorang muslim, hingga dibunuh Dzul Buthain, Usamah. Seseorang berkata: Bukankah Allah telah berfirman: Dan perangilah mereka, agar tidak ada fitnah dan agar agama itu semata-mata untuk Allah. Saad berkata: Kami telah berperang, agar tidak ada fitnah. Sedangkan engkau dan pengikut-pengikutmu ingin berperang, agar timbul fitnah. (Shahih Muslim No.140) <br />
<br />
34. Sabda Nabi saw: Barang siapa yang menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami. (Shahih Muslim No.143) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Musa ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami. (Shahih Muslim No.145) <br />
<br />
35. Haram menampar pipi, merobek baju, dan berdoa dengan doa orang Jahiliyah<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk golongan kami, orang yang menampar pipi (ketika tertimpa musibah), merobek-robek baju atau berdoa dengan doa Jahiliyah (meratapi kematian mayit seraya mengharap-harap celaka). (Shahih Muslim No.148) <br />
<br />
36. Menerangkan sangat diharamkan menghasut<br />
<br />
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang suka menghasut. (Shahih Muslim No.151) <br />
<br />
37. Menerangkan haram menjuraikan kain, mengungkit-ungkit pemberian dan melariskan dagangan dengan bersumpah, menerangkan tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak pula dipandang atau disucikan dan mereka mendapatkan siksa pedih<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Ada tiga orang yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak dipandang, tidak disucikan dan mereka mendapatkan siksa yang pedih, yaitu; orang yang mempunyai kelebihan air di gurun sahara tetapi tidak mau memberikannya kepada musafir; orang yang membuat perjanjian dengan orang lain untuk menjual barang dagangan sesudah Asar; ia bersumpah demi Allah bahwa telah mengambil (membeli) barang itu dengan harga sekian dan orang lain tersebut mempercayainya, padahal sebenarnya tidak demikian; orang yang berbaiat kepada pemimpin untuk kepentingan dunia. Jika sang pemimpin memberikan keuntungan duniawi kepadanya, ia penuhi janjinya, tapi bila tidak, maka ia tidak penuhi janjinya. (Shahih Muslim No.157) <br />
<br />
38. Kerasnya larangan bunuh diri. Orang yang bunuh diri dengan suatu alat, akan disiksa dengan alat tersebut dalam neraka dan tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang pasrah<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang bunuh diri dengan benda tajam, maka benda tajam itu akan dipegangnya untuk menikam perutnya di neraka Jahanam. Hal itu akan berlangsung terus selamanya. Barang siapa yang minum racun sampai mati, maka ia akan meminumnya pelan-pelan di neraka Jahanam selama-lamanya. Barang siapa yang menjatuhkan diri dari gunung untuk bunuh diri, maka ia akan jatuh di neraka Jahanam selama-lamanya. (Shahih Muslim No.158) <br />
<br />
Hadis riwayat Tsabit bin Dhahhak ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang bersumpah dengan agama selain Islam secara dusta, maka ia seperti apa yang ia ucapkan. Barang siapa yang bunuh diri dengan sesuatu, maka ia akan disiksa dengan sesuatu itu pada hari kiamat. Seseorang tidak boleh bernazar dengan sesuatu yang tidak ia miliki. (Shahih Muslim No.159) <br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Aku ikut Rasulullah saw. dalam perang Hunain. Kepada seseorang yang diakui keIslamannya beliau bersabda: Orang ini termasuk ahli neraka. Ketika kami telah memasuki peperangan, orang tersebut berperang dengan garang dan penuh semangat, kemudian ia terluka. Ada yang melapor kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah, orang yang baru saja engkau katakan sebagai ahli neraka, ternyata pada hari ini berperang dengan garang dan sudah meninggal dunia. Nabi saw. bersabda: Ia pergi ke neraka. Sebagian kaum muslimin merasa ragu. Pada saat itulah datang seseorang melapor bahwa ia tidak mati, tetapi mengalami luka parah. Pada malam harinya, orang itu tidak tahan menahan sakit lukanya, maka ia bunuh diri. Hal itu dikabarkan kepada Nabi saw. Beliau bersabda: Allah Maha besar, aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Kemudian beliau memerintahkan Bilal untuk memanggil para sahabat: Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali jiwa yang pasrah. Dan sesungguhnya Allah mengukuhkan agama ini dengan orang yang jahat. (Shahih Muslim No.162) <br />
<br />
Hadis riwayat Sahal bin Saad As-Saidi ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bertemu dengan orang-orang musyrik dan terjadilah peperangan, dengan dukungan pasukan masing-masing. Seseorang di antara sahabat Rasulullah saw. tidak membiarkan musuh bersembunyi, tapi ia mengejarnya dan membunuhnya dengan pedang. Para sahabat berkata: Pada hari ini, tidak seorang pun di antara kita yang memuaskan seperti yang dilakukan oleh si fulan itu. Mendengar itu, Rasulullah saw. bersabda: Ingatlah, si fulan itu termasuk ahli neraka. Salah seorang sahabat berkata: Aku akan selalu mengikutinya. Lalu orang itu keluar bersama orang yang disebut Rasulullah saw. sebagai ahli neraka. Kemana pun ia pergi, orang itu selalu menyertainya. Kemudian ia terluka parah dan ingin mempercepat kematiannya dengan cara meletakkan pedangnya di tanah, sedangkan ujung pedang berada di dadanya, lalu badannya ditekan pada pedang hingga meninggal. Orang yang selalu mengikuti datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Aku bersaksi bahwa engkau memang utusan Allah. Rasulullah saw. bertanya: Ada apa ini? Orang itu menjawab: Orang yang engkau sebut sebagai ahli neraka, orang-orang menganggap besar (anggapan itu), maka aku menyediakan diri untuk mengikutinya, lalu aku mencarinya dan aku dapati ia terluka parah, ia berusaha mempercepat kematian dengan meletakkan pedangnya di tanah, sedangkan ujung pedang berada di dadanya, kemudian ia menekan badannya hingga meninggal. Pada saat itulah Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga, seperti yang tampak pada banyak orang, padahal sebenarnya ia ahli neraka. Dan ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka, seperti yang tampak pada banyak orang, padahal ia termasuk ahli surga. (Shahih Muslim No.163) <br />
<br />
Hadis riwayat Jundab ra., ia berkata: <br />
Rasulullah bersabda: Ada seorang lelaki yang hidup sebelum kalian, keluar bisul pada tubuhnya. Ketika bisul itu membuatnya sakit, ia mencabut anak panah dari tempatnya, lalu membedah bisul itu. Akibatnya, darah tidak berhenti mengalir sampai orang itu meninggal. Tuhan kalian berfirman: Aku haramkan surga atasnya. (Shahih Muslim No.164) <br />
<br />
39. Kerasnya larangan berkhianat dan bahwa tidak masuk surga kecuali orang-orang yang beriman<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Kami pergi berperang bersama Rasulullah saw. menuju Khaibar. Allah memberikan kemenangan kepada kami, tetapi kami tidak mendapatkan rampasan perang berupa emas atau perak. Yang kami peroleh adalah barang-barang, makanan dan pakaian. Kemudian kami berangkat menuju lembah. Ikut pula bersama Rasulullah saw. seorang budak beliau (pemberian seseorang dari Judzam). Budak itu bernama Rifa'ah bin Zaid dari Bani Dhubaib. Ketika kami menuruni lembah, budak Rasulullah saw. berdiri untuk melepas pelananya. Tetapi, ia terkena anak panah dan itulah saat kematiannya. Kami berkata: Kami senang ia gugur syahid wahai Rasulullah. Rasulullah saw. menjawab: Tidak! Demi Zat yang menguasai Muhammad. Sesungguhnya sebuah mantel akan mengobarkan api neraka atasnya. Mantel itu ia ambil dari harta rampasan perang Khaibar, yang bukan jatahnya. Para sahabat menjadi takut. Lalu seseorang datang membawa seutas atau dua utas tali sandal, seraya berkata: Wahai Rasulullah, aku mendapatkannya pada waktu perang Khaibar. Rasulullah saw. bersabda: Seutas tali (atau dua utas tali) sandal dari neraka. (Shahih Muslim No.166) <br />
<br />
40. Kekhawatiran mukmin bahwa amalnya akan sia-sia<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />
Ketika ayat berikut ini turun: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian melebihi suara Nabi, Tsabit bin Qais sedang duduk di rumahnya dan berkata: Aku ini termasuk ahli neraka. Dia menjauhi diri dari Nabi saw. Kemudian Nabi saw. bertanya kepada Saad bin Muaz: Hai Abu Amru, bagaimana keadaan Tsabit? Apakah ia sakit? Saad menjawab: Sesungguhnya ia adalah tetanggaku, aku tidak melihat pada dirinya suatu penyakit. Lalu Saad mendatangi Tsabit dan menuturkan perkataan Rasulullah saw. Lalu Tsabit berkata: Ayat ini telah diturunkan, padahal kalian tahu bahwa aku adalah orang yang paling keras suaranya, melebihi suara Rasulullah saw. Jadi aku ini termasuk ahli neraka. Kemudian Saad menuturkan hal itu kepada Rasulullah saw., lalu Rasulullah saw. bersabda: (Tidak demikian), tetapi sebaliknya, ia termasuk ahli surga. (Shahih Muslim No.170) <br />
<br />
41. Apakah segala perbuatan di masa jahiliyah akan diperhitungkan<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami akan dihukum karena perbuatan kami di masa jahiliyah? Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa di antara kalian berbuat baik di masa Islam, maka ia tidak akan dikenai hukuman karena perbuatannya di masa jahiliyah. Tetapi barang siapa yang berbuat jelek, maka ia akan dihukum karena perbuatannya di masa jahiliyah dan di masa Islam. (Shahih Muslim No.171) <br />
<br />
42. Islam menghilangkan dosa yang lalu, begitu pula hijrah dan haji<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />
Di antara orang musyrik banyak yang telah membunuh dan banyak pula yang telah berzina. Kemudian mereka datang kepada Nabi Muhammad saw. Mereka berkata: Apa yang engkau katakan dan engkau ajak sungguh bagus. Kalau saja engkau mau memberitahu kami bahwa dosa yang telah kami perbuat (di masa jahiliyah) ada penghapusnya. Lalu turun ayat: Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). Juga diturunkan ayat: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (Shahih Muslim No.174) <br />
<br />
43. Menerangkan hukum perbuatan orang kafir setelah memeluk Islam<br />
<br />
Hadis riwayat Hakim bin Hizam ra., ia berkata: <br />
Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Apa pendapatmu tentang beberapa perkara yang dahulu, di masa jahiliyah aku menyembahnya. Apakah aku akan menerima hukuman karena itu? Rasulullah saw. bersabda: Engkau memeluk Islam dengan kebaikan dan ketaatan yang dahulu engkau lakukan. (Shahih Muslim No.175) <br />
<br />
44. Kebenaran dan kemurnian iman<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Ketika turun ayat: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), para sahabat Rasulullah saw. merasa sedih. Kata mereka: Siapakah di antara kita yang tidak menganiaya dirinya? Rasulullah saw. bersabda: Maksudnya bukan seperti yang kalian duga, tetapi seperti yang dikatakan Lukman kepada anaknya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Shahih Muslim No.178) <br />
<br />
45. Allah tidak memperhitungkan kata hati dan yang terbersit dalam hati selama tidak dikerjakan<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah melewati (tidak memperhitungkan) kata hati pada umatku, selama mereka tidak mengatakannya atau melakukannya. (Shahih Muslim No.181) <br />
<br />
46. Bila seseorang bermaksud baik, maka kebaikan itu dicatat dan bila bermaksud buruk, maka maksud buruk itu tidak dicatat<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman (kepada malaikat pencatat amal): Bila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan jelek, maka janganlah kalian catat sebagai amalnya. Jika ia telah mengerjakannya, maka catatlah sebagai satu keburukan. Dan bila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan baik, lalu tidak jadi melaksanakannya, maka catatlah sebagai satu kebaikan. Jika ia mengamalkannya, maka catatlah kebaikan itu sepuluh kali lipat. (Shahih Muslim No.183) <br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: <br />
Dari Rasulullah saw. tentang apa yang diriwayatkan dari Allah Taala bahwa Allah berfirman: Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejelekan. Kemudian beliau (Rasulullah) menerangkan: Barang siapa yang berniat melakukan kebaikan, tetapi tidak jadi mengerjakannya, maka Allah mencatat niat itu sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia meniatkan perbuatan baik dan mengerjakannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat hingga kelipatan yang sangat banyak. Kalau ia berniat melakukan perbuatan jelek, tetapi tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat hal itu sebagai satu kebaikan yang sempurna di sisi-Nya. Jika ia meniatkan perbuatan jelek itu, lalu melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kejelekan. (Shahih Muslim No.187) <br />
<br />
47. Gangguan dalam iman dan saran bagi orang yang merasakannya<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Tak henti-hentinya manusia bertanya-tanya, sampai-sampai dikatakan: Allah menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah? Barang siapa yang merasakan keraguan dalam hatinya, maka hendaklah ia berkata: Aku beriman kepada Allah. (Shahih Muslim No.190)<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: <br />
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Allah Taala berfirman: Sesungguhnya umatmu tak henti-hentinya bertanya: Kenapa begini, kenapa begini? Sampai-sampai mereka mengatakan: Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah. (Shahih Muslim No.195)<br />
<br />
48. Orang yang memotong hak orang Islam dengan sumpah palsu diancam dengan siksa neraka<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.: <br />
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Barang siapa yang bersumpah dengan sumpah yang memaksa, untuk mengambil harta seorang muslim, sedangkan ia melakukan kepalsuan dalam sumpahnya itu, maka ia akan bertemu Allah dalam keadaan murka kepadanya. (Shahih Muslim No.197)<br />
<br />
49. Dalil yang menunjukkan bahwa orang yang bermaksud mengambil harta orang lain tanpa hak, berarti darahnya sia-sia dan jika ia terbunuh, maka masuk neraka dan bahwa orang yang terbunuh karena mempertahankan hartanya adalah mati syahid<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Amru ra., ia berkata: <br />
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang terbunuh demi mempertahankan hartanya, maka ia mati syahid. (Shahih Muslim No.202)<br />
<br />
50. Penguasa yang menipu rakyatnya akan mendapatkan neraka<br />
<br />
Hadis riwayat Ma'qil bin Yasar ra.: <br />
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Seorang hamba yang diserahi Allah memimpin rakyatnya mati sebagai penipu rakyatnya pada saat ia mati, maka Allah mengharamkan baginya masuk ke surga-Nya. (Shahih Muslim No.203)<br />
<br />
51. Hilangnya amanat dan iman dari hati dan merasuknya fitnah ke dalam hati<br />
<br />
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. menceritakan kepada kami dua hadis. Yang satu aku sudah tahu dan aku masih menunggu yang satu lagi. Beliau menceritakan kepada kami bahwa Amanat berada di pangkal hati manusia. Kemudian Alquran turun dan mereka tahu dari Alquran dan dari hadis. Kemudian beliau menceritakan kepada kami tentang hilangnya amanat, beliau bersabda: Seseorang tidur dengan nyenyak, lalu dicabutnya amanat dari dalam hatinya, maka tampak tinggal bekasnya seperti bercak. Kemudian ia tidur lagi, dan dicabutnya amanat tersebut dari hatinya, maka tinggallah bekasnya seperti tempat kosong, seperti batu yang jatuh di atas kakimu, bekas tatapan batu itu terus membengkak sedang di dalamnya kosong dan Nabi mengambil batu kecil lalu menjatuhkannya di atas kaki beliau. Kemudian beliau melanjutkan: Orang-orang saling berbaiat, tapi mereka tidak menjalankan amanat, sehingga dikatakan bahwa di antara bani fulan ada seorang yang jujur dan kepadanya dikatakan: Alangkah tabahnya orang ini, alangkah jujurnya ia, alangkah pandainya ia. Sedangkan di hatinya tidak ada iman meski sebesar biji sawi. Ternyata telah datang suatu zaman, di mana aku sudah tidak peduli siapa yang berbaiat kepadaku, kalau ia seorang muslim maka agamanya akan melarangnya berkhianat dan jika ia seorang Kristen atau Yahudi niscaya para pemimpinnya akan melarang mereka berkhianat kepadaku, adapun hari ini aku tidak akan membaiat kalian kecuali si fulan dan si fulan. (Shahih Muslim No.206)<br />
<br />
52. Menjelaskan bahwa Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing, bahwa Islam berlindung di antara mesjid-mesjid<br />
<br />
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />
Ketika kami bersama Umar ra. ia bertanya: Siapakah di antara kalian yang mendengar Rasulullah saw. bersabda tentang fitnah? Beberapa sahabat berkata: Kami pernah mendengarnya. Umar berkata: Barangkali yang kalian maksudkan adalah fitnah seseorang berhubungan dengan keluarga dan tetangganya? Mereka menjawab: Ya, benar. Umar berkata: Itu bisa dihapus dengan salat, puasa dan zakat. Tetapi (yang aku maksud), siapakah di antara kalian yang pernah mendengar sabda Nabi saw.: Fitnah yang berombak seperti ombak laut? Orang-orang terdiam. Lalu Hudzaifah berkata: Aku. Umar berkata: Engkau, beruntung ayahmu (Lillahi abuka, pujian orang Arab kepada seorang yang istimewa). Kata Hudzaifah: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Fitnah-fitnah akan melekat di hati bagaikan tikar, dengan berulang-ulang. Setiap hati yang termakan fitnah itu, maka pada hatinya akan terdapat bintik hitam dan setiap hati yang menolaknya, maka akan muncul bintik putih. Sehingga hati tersebut menjadi terbagi dua, putih yang bagaikan batu besar, sehingga tidak akan terkena bahaya fitnah, selama masih ada langit dan bumi. Sedangkan bagian yang lain hitam keabu-abuan seperti kuali terbalik, tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, kecuali hanya hawa nafsu yang diserap (hatinya). (Shahih Muslim No.207)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya iman akan berkumpul di Madinah, sebagaimana ular berkumpul di sarangnya. (Shahih Muslim No.210)<br />
<br />
53. Menyembunyikan keimanan bagi orang yang takut<br />
<br />
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />
Kami sedang berada bersama Rasulullah saw. ketika beliau bersabda: Hitunglah, berapa orang yang menyatakan Islam? Lalu kata Hudzaifah: Kami berkata: Wahai Rasulullah, apakah engkau khawatir pada kami, sedangkan kami berjumlah antara enam hingga tujuh ratus orang. Rasulullah saw. bersabda: Kalian tidak tahu, mungkin suatu saat nanti kalian mendapat cobaan. Hudzaifah ra. berkata: Maka kami benar-benar diuji sampai-sampai seorang di antara kami tidak melaksanakan salat kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi. (Shahih Muslim No.213)<br />
<br />
54. Membujuk hati orang yang takut akan keimanannya karena kelemahannya dan larangan memastikan iman tanpa dalil yang pasti<br />
<br />
Hadis riwayat Saad ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. membagikan suatu pembagian. Lalu aku mengusulkan: Wahai Rasulullah, berilah si fulan, karena ia seorang mukmin. Nabi saw. bersabda: Ataukah ia seorang muslim? Tiga kali aku mengusulkan hal itu dan tiga kali pula mendapat jawaban beliau yang sama: Ataukah ia seorang muslim? Kemudian beliau bersabda: Terkadang aku memberi seseorang, padahal ada orang lain yang lebih aku sukai darinya, karena khawatir Allah akan melemparnya di neraka (yakni pemberian itu dimaksudkan untuk membujuk hati orang yang diberi, agar tidak kembali menjadi kafir, sehingga ia dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka). (Shahih Muslim No.214)<br />
<br />
55. Tambahnya ketenangan hati dengan kejelasan dalil-dalil<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Kami lebih pantas ragu ketimbang Ibrahim as. ketika ia berkata: Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati? Allah berfirman: Apakah engkau tidak percaya? Ibrahim menjawab: Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang. Rasulullah saw. melanjutkan: Semoga Allah memberikan rahmat kepada Luth. Dia benar-benar telah berlindung kepada golongan yang kuat. Seandainya aku tinggal di penjara seperti lamanya Yusuf tinggal di sana, mungkin aku akan memenuhi seruan penyeru (utusan raja). (Shahih Muslim No.216)<br />
<br />
56. Kewajiban mengimani risalah nabi Muhammad saw. atas seluruh manusia dan penghapusan agama-agama sebelumnya dengan adanya agama Islam<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang nabi, kecuali diberi mukjizat kenabian yang sesuai, yang diimani manusia. Sedangkan yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diturunkan Allah. Aku berharap, akulah yang paling banyak pengikut dibanding mereka nanti di hari kiamat. (Shahih Muslim No.217)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Musa ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Ada tiga orang yang diberi pahala dua kali: Pertama, seorang dari ahli kitab (Yahudi atau Kristen) yang beriman kepada nabinya dan sempat mengalami masa Nabi saw. lalu beriman kepadanya, mengikuti dan membenarkannya, maka ia mendapat dua pahala. Kedua, budak sahaya yang menunaikan hak Allah Taala dan hak tuannya, maka ia mendapat dua pahala. Dan ketiga, seseorang yang mempunyai budak perempuan lalu diberinya makan dengan baik, mendidiknya dengan baik, lalu memerdekakannya dan mengawininya, maka ia mendapat dua pahala. (Shahih Muslim No.219)<br />
<br />
57. Turunnya Isa bin Maryam as. sebagai penguasa dengan menjalankan syariat nabi Muhammad saw.<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, telah dekat waktunya Isa bin Maryam turun kepada kalian untuk menjadi hakim yang adil. Dia akan mematahkan salib, membunuh babi dan tidak menerima upeti. Harta akan melimpah, sehingga tak seorang pun mau menerimanya. (Shahih Muslim No.220)<br />
<br />
58. Menerangkan masa di mana iman tidak lagi diterima<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat. Apabila matahari telah terbit dari barat, maka seluruh manusia akan beriman. Tetapi (Pada saat itu), tidak bermanfaat lagi iman seseorang untuk dirinya sendiri pada apa yang belum diimaninya atau pada kebaikan yang belum diusahakannya di masa imannya. (Shahih Muslim No.226)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Zar ra.: <br />
Bahwa pada suatu hari Nabi saw. bersabda: Tahukah kalian ke mana matahari pergi? Para sahabat menjawab Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Rasulullah saw. bersabda lagi: Matahari berjalan hingga berakhir sampai ke tempat menetapnya di bawah Arsy, lalu menjatuhkan diri bersujud. Dia (matahari) terus dalam keadaan begitu hingga difirmankan kepadanya: Naiklah, kembalilah dari mana engkau datang. Matahari pun kembali, sehingga di waktu pagi terbit lagi dari tempat terbitnya. Kemudian berjalan, hingga berakhir pada tempat menetapnya di bawah Arsy, lalu bersujud dan tetap dalam keadaan begitu, sampai difirmankan kepadanya: Naiklah, kembalilah dari mana engkau datang. Matahari kembali, sehingga di waktu pagi muncul dari tempat terbitnya. Kemudian ia kembali berjalan tanpa sedikit pun manusia menyadarinya, hingga berakhir pada tempat menetapnya itu di bawah Arsy, lalu difirmankan kepadanya: Naiklah, terbitlah dari Barat. Maka pagi berikutnya, matahari terbit dari sebelah Barat. Rasulullah saw. melanjutkan: Tahukah kalian kapan itu terjadi? Itu terjadi saat: Tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau ia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. (Shahih Muslim No.228)<br />
<br />
59. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah saw.<br />
<br />
Hadis riwayat Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata: <br />
Wahyu pertama yang diterima Rasulullah adalah mimpi yang benar. Setiap kali beliau bermimpi, mimpi itu datang bagaikan terangnya Subuh. Kemudian beliau sering menyendiri. Biasanya beliau menyepi di gua Hira'. Di sana, beliau beribadah beberapa malam, sebelum kembali kepada keluarganya (istrinya) dan mempersiapkan bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang ke Khadijah, mengambil bekal lagi untuk beberapa malam. Hal itu terus beliau lakukan sampai tiba-tiba wahyu datang ketika beliau sedang berada di gua Hira'. Malaikat (Jibril as.) datang dan berkata: Bacalah. Beliau menjawab: Aku tidak dapat membaca. Rasulullah saw. bersabda: Malaikat itu menarik dan mendekapku, hingga aku merasa kepayahan. Lalu ia melepaskanku seraya berkata: Bacalah. Aku menjawab: Aku tidak dapat membaca. Dia menarik dan mendekapku lagi, hingga aku merasa kepayahan. Kemudian ia melepaskan sambil berkata: Bacalah. Aku menjawab: Aku tidak dapat membaca. Dan untuk yang ketiga kalinya ia menarik dan mendekapku sehingga aku merasa kepayahan, lalu ia melepaskanku dan berkata: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak ia ketahui. Rasulullah saw. pulang membawa ayat tersebut dalam keadaan gemetar, hingga beliau masuk ke rumah Khadijah seraya berkata: Selimuti aku, selimuti aku! Keluarganya pun menyelimutinya, hingga gemetarnya hilang. Kemudian beliau berkata kepada Khadijah: Hai Khadijah, apa yang telah terjadi denganku? Lalu beliau menceritakan seluruh peristiwa. Beliau berkata: Aku benar-benar khawatir terhadap diriku. Khadijah menghibur beliau: Jangan begitu, bergembirahlah. Demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Demi Allah, sungguh engkau telah menyambung tali persaudaraan, engkau jujur dalam berkata: engkau telah memikul beban orang lain, engkau sering membantu keperluan orang tak punya, menjamu tamu dan selalu membela kebenaran. Kemudian Khadijah mengajak beliau menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, saudara misan Khadijah. Dia adalah seorang penganut Kristen di masa Jahiliyah. Dia pandai menulis kitab berbahasa Arab dan menerjemahkan kitab Injil ke bahasa Arab, sesuai dengan kehendak Allah. Dia telah tua dan buta. Khadijah berkata kepadanya: Paman, dengarkanlah cerita keponakanmu ini (Muhammad). Waraqah bin Naufal berkata: Hai keponakanku, apa yang engkau alami? Rasulullah saw. menceritakan semua peristiwa yang beliau alami. Mendengar penuturan itu, Waraqah berkata: Ini adalah Namus (Jibril as.) yang dahulu datang kepada Musa as. Seandainya saja di saat kenabianmu aku masih muda. Oh... seandainya saja aku masih hidup pada saat engkau diusir oleh kaummu. Rasulullah saw. bertanya: Apakah mereka akan mengusirku? Waraqah menjawab: Ya, setiap orang yang datang mengemban tugas sepertimu pasti dimusuhi. Jika harimu itu sempat kualami, tentu aku akan membelamu mati-matian. (Shahih Muslim No.231)<br />
<br />
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah Al-Anshari ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. menceritakan tentang masa terhentinya wahyu: Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Aku pun mengangkat kepalaku, ternyata malaikat yang pernah mendatangiku di gua Hira' sedang duduk di atas kursi di antara langit dan bumi. Aku gemetar ketakutan. Lalu aku pulang dan berkata: Selimuti aku, selimuti aku. Keluargaku menyelimutiku. Ketika itulah Allah swt. menurunkan ayat: Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan Tuhanmu, agungkanlah. Dan pakaianmu, bersihkanlah. Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah. Perbuatan dosa artinya menyembah berhala. Kemudian wahyu turun berturut-turut. (Shahih Muslim No.232)<br />
<br />
60. Isra' Rasulullah saw. ke langit dan diwajibkan salat<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Aku didatangi Buraq. Lalu aku menunggangnya sampai ke Baitulmakdis. Aku mengikatnya pada pintu mesjid yang biasa digunakan mengikat tunggangan oleh para nabi. Kemudian aku masuk ke mesjid dan mengerjakan salat dua rakaat. Setelah aku keluar, Jibril datang membawa bejana berisi arak dan bejana berisi susu. Aku memilih susu, Jibril berkata: Engkau telah memilih fitrah. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril minta dibukakan, ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Lalu dibukakan bagi kami. Aku bertemu dengan Adam. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril as. minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapakah engkau? Jawab Jibril: Jibril. Ditanya lagi: Siapakah yang bersamamu? Jawabnya: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Pintu pun dibuka untuk kami. Aku bertemu dengan Isa bin Maryam as. dan Yahya bin Zakaria as. Mereka berdua menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit ketiga. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad saw. jawabnya. Ditanyakan: Dia telah diutus? Dia telah diutus, jawab Jibril. Pintu dibuka untuk kami. Aku bertemu Yusuf as. Ternyata ia telah dikaruniai sebagian keindahan. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit keempat. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa ini? Jibril menjawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jibril menjawab: Dia telah diutus. Kami pun dibukakan. Ternyata di sana ada Nabi Idris as. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Allah Taala berfirman Kami mengangkatnya pada tempat (martabat) yang tinggi. Aku dibawa naik ke langit kelima. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Dijawab: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Dijawab: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Di sana aku bertemu Nabi Harun as. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit keenam. Jibril as. minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa ini? Jawabnya: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Di sana ada Nabi Musa as. Dia menyambut dan mendoakanku dengan kebaikan. Jibril membawaku naik ke langit ketujuh. Jibril minta dibukakan. Lalu ada yang bertanya: Siapa ini? Jawabnya: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Jawabnya: Muhammad. Ditanyakan: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Ternyata di sana aku bertemu Nabi Ibrahim as. sedang menyandarkan punggungnya pada Baitulmakmur. Ternyata setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk ke Baitulmakmur dan tidak kembali lagi ke sana. Kemudian aku dibawa pergi ke Sidratulmuntaha yang dedaunannya seperti kuping-kuping gajah dan buahnya sebesar tempayan. Ketika atas perintah Allah, Sidratulmuntaha diselubungi berbagai macam keindahan, maka suasana menjadi berubah, sehingga tak seorang pun di antara makhluk Allah mampu melukiskan keindahannya. Lalu Allah memberikan wahyu kepadaku. Aku diwajibkan salat lima puluh kali dalam sehari semalam. Tatkala turun dan bertemu Nabi saw. Musa as., ia bertanya: Apa yang telah difardukan Tuhanmu kepada umatmu? Aku menjawab: Salat lima puluh kali. Dia berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Aku pernah mencobanya pada Bani Israel. Aku pun kembali kepada Tuhanku dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas umatku. Lalu Allah mengurangi lima salat dariku. Aku kembali kepada Nabi Musa as. dan aku katakan: Allah telah mengurangi lima waktu salat dariku. Dia berkata: Umatmu masih tidak sanggup melaksanakan itu. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Tak henti-hentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa as. sampai Allah berfirman: Hai Muhammad. Sesungguhnya kefarduannya adalah lima waktu salat sehari semalam. Setiap salat mempunyai nilai sepuluh. Dengan demikian, lima salat sama dengan lima puluh salat. Dan barang siapa yang berniat untuk kebaikan, tetapi tidak melaksanakannya, maka dicatat satu kebaikan baginya. Jika ia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barang siapa yang berniat jahat, tetapi tidak melaksanakannya, maka tidak sesuatu pun dicatat. Kalau ia jadi mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa as., lalu aku beritahukan padanya. Dia masih saja berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Aku menyahut: Aku telah bolak-balik kepada Tuhan, hingga aku merasa malu kepada-Nya. (Shahih Muslim No.234)<br />
<br />
Hadis riwayat Malik bin Sha`sha`ah ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Ketika aku sedang berada di dekat Baitullah antara tidur dan jaga, tiba-tiba aku mendengar ada yang berkata: Salah satu dari tiga yang berada di antara dua orang. Lalu aku didatangi dan dibawa pergi. Aku dibawakan bejana dari emas yang berisi air Zamzam. Lalu dadaku dibedah hingga ini dan ini. Qatadah berkata: Aku bertanya: Apa yang beliau maksud? Anas menjawab: Hingga ke bawah perutnya. Hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air Zamzam, kemudian dikembalikan ke tempatnya dan mengisinya dengan iman dan hikmah. Lalu aku didatangi binatang putih yang disebut Buraq, lebih tinggi dari khimar dan kurang dari bighal, ia meletakkan langkahnya pada pandangannya yang paling jauh. Aku ditunggangkan di atasnya. Lalu kami berangkat hingga ke langit dunia. (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: Siapa ini? Jibril menjawab Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad saw. jawab Jibril. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Ya, jawabnya. Malaikat penjaga itu membukakan kami dan berkata: Selamat datang padanya. Sungguh, merupakan kedatangan yang baik. Lalu kami datang kepada Nabi Adam as. (selanjutnya seperti kisah pada hadis di atas). Anas menjelaskan bahwa Rasulullah bertemu dengan Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as. di langit kedua, di langit ketiga dengan Nabi Yusuf as. di langit keempat dengan Nabi Idris as. di langit kelima dengan Nabi Harun as. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: Kemudian kami berangkat lagi. Hingga tiba di langit keenam. Aku datang kepada Nabi Musa as. dan mengucap salam kepadanya. Dia berkata: Selamat datang kepada saudara dan nabi yang baik. Ketika aku meninggalkannya, ia menangis. Lalu ada yang berseru: Mengapa engkau menangis? Nabi Musa menjawab: Tuhanku, orang muda ini Engkau utus setelahku, tetapi umatnya yang masuk surga lebih banyak daripada umatku. Kami melanjutkan perjalanan hingga langit ketujuh. Aku datang kepada Nabi Ibrahim as. Dalam hadis ini dituturkan, Nabi saw. bercerita bahwa beliau melihat empat sungai. Dari hilirnya, keluar dua sungai yang jelas dan dua sungai yang samar. Aku (Rasulullah saw.) bertanya: Hai Jibril, sungai apakah ini? Jibril menjawab: Dua sungai yang samar adalah dua sungai di surga, sedangkan yang jelas adalah sungai Nil dan Furat. Selanjutnya aku diangkat ke Baitulmakmur. Aku bertanya: Hai Jibril, apa ini? Jibril menjawab: Ini adalah Baitulmakmur. Setiap hari, tujuh puluh ribu malaikat masuk ke dalamnya. Apabila mereka keluar, tidak akan masuk kembali. Itu adalah akhir mereka masuk. Kemudian aku ditawarkan dua bejana, yang satu berisi arak dan yang lain berisi susu. Keduanya disodorkan kepadaku. Aku memilih susu. lalu dikatakan: Tepat! Allah menghendaki engkau (berada pada fitrah, kebaikan dan keutamaan). Begitu pula umatmu berada pada fitrah. Kemudian diwajibkan atasku salat lima puluh kali tiap hari. Demikian kisah seterusnya sampai akhir hadis. (Shahih Muslim No.238)<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. menuturkan perjalanan Isra'nya. Beliau bersabda: Nabi Musa as. berkulit sawo matang, tingginya seperti lelaki Syanu'ah (nama kabilah). Beliau bersabda pula: Nabi Isa as. itu gempal, tingginya sedang. Beliau juga menuturkan tentang Malik as. penjaga Jahanam dan Dajjal. (Shahih Muslim No.239)<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. melewati lembah Azraq. Beliau bertanya: Lembah apa ini? Para sahabat menjawab: Ini lembah Azraq. Rasulullah saw. bersabda: Aku seperti melihat Nabi Musa as. sedang menuruni bukit dan memohon kepada Allah dengan suara keras melalui talbiah. Ketika sampai di bukit Harsya, beliau berkata: Bukit apa ini? Para sahabat menjawab: Bukit Harsya (dekat Juhfah). Rasulullah saw. bersabda: Aku seperti melihat Nabi Yunus bin Matta as. berada di atas unta merah yang gempal. Dia memakai mantel bulu wol dan tali kekang untanya adalah sabut, ia sedang bertalbiah. (Shahih Muslim No.241)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Nabi saw. bersabda: Ketika aku diisra'kan, aku bertemu dengan Nabi Musa as., ia seorang lelaki yang tinggi kurus dengan rambut berombak, seperti seorang Bani Syanu'ah. Aku juga bertemu dengan Nabi Isa as. ia berperawakan sedang, berkulit merah, seakan-akan baru keluar dari pemandian. Aku bertemu dengan Nabi Ibrahim as. Akulah keturunannya yang paling mirip dengannya. Lalu aku diberi dua bejana, yang satu berisi susu dan yang lain berisi arak. Dikatakan padaku: Ambillah yang engkau suka. Aku mengambil susu dan meminumnya. Kemudian dikatakan: Engkau diberi petunjuk dengan fitrah atau engkau menepati fitrah. Seandainya engkau mengambil arak, niscaya sesat umatmu. (Shahih Muslim No.245)<br />
<br />
61. Menjelaskan Masih Bin Maryam Dan Masih Dajjal<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Pada suatu malam aku bermimpi di dekat Kakbah, melihat seorang lelaki berkulit sawo matang, seperti warna coklat paling bagus yang pernah engkau lihat. Dia berambut gondrong, gondrong terbaik yang pernah engkau lihat. Dia menyisir rambutnya dan masih tampak menetes airnya. Dia bersandar kepada dua orang atau pundak dua orang lelaki, melakukan tawaf di Kakbah. Aku bertanya: Siapakah orang ini? Dijawab: Ini adalah Masih bin Maryam. Tiba-tiba aku melihat seorang lelaki yang sangat keriting, mata kanannya buta seakan-akan mata itu buah anggur yang mengapung (matanya melotot). Aku bertanya: Siapakah ini? dijawab: Ini adalah Masih Dajjal. (Shahih Muslim No.246)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Aku melihat diriku berada di Hijir Ismail, dan seorang Quraisy bertanya kepadaku tentang perjalanan isra'ku. Mereka bertanya berbagai hal mengenai Baitulmakdis yang tidak begitu kuingat. Aku sangat merasakan kesulitan yang belum pernah kualami. Lalu Allah memperlihatkannya kepadaku dari kejauhan, sehingga aku dapat melihatnya. Apapun yang mereka tanyakan kepadaku, pasti aku ceritakan kepada mereka. Aku melihat diriku berada di antara sekelompok nabi. Ada Nabi Musa as. yang sedang mengerjakan salat, ternyata ia itu seorang lelaki tinggi kurus dengan rambut keriting, ia seperti seorang suku Syanu'ah. Ada pula Nabi Isa bin Maryam as. yang sedang mengerjakan salat. Orang yang paling mirip dengannya adalah Urwah bin Masud As-Tsaqafi. Ada juga Nabi Ibrahim as. yang sedang mengerjakan salat. Orang yang paling menyerupainya adalah sahabat kalian (maksudnya, diri beliau sendiri). Ketika datang waktu salat, aku mengimami mereka. Usai salat terdengar suara.: Hai Muhammad, ini Malik, penjaga neraka. Ucapkanlah salam padanya. Aku berpaling kepadanya dan dialah yang lebih dahulu mengucap salam. (Shahih Muslim No.251)<br />
<br />
62. Makna firman Allah: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihatnya lagi pada waktu yang lain, dan apakah Nabi saw, melihat Tuhannya pada malam isra'<br />
<br />
Hadis riwayat Aisyah ra.: <br />
Dari Masruq ia bercerita: Ketika aku bertelekan di sisi Aisyah, Aisyah berkata: Wahai Abu Aisyah, ada tiga hal barang siapa yang membicarakan salah satunya, maka ia berbohong besar atas Allah. Aku bertanya: Tiga hal apa itu? Aisyah menjawab: (Pertama) barang siapa yang menyangka bahwa Muhammad saw. melihat Tuhannya, maka ia berbohong besar atas Allah. Aku mulanya bersandar, santai, lalu duduk sambil berkata: Hai Ummul mukminin, tunggu, jangan tergesa-gesa! Bukankah Allah telah berfirman Dan sesungguhnya ia melihatnya di ufuk yang terang. Dan sesungguhnya ia telah melihatnya di waktu lain. Aisyah berkata: Aku adalah orang pertama umat ini yang menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: Itu adalah Jibril as. aku tidak pernah melihatnya dalam bentuk aslinya, kecuali dua kali ini. Aku melihatnya turun dari langit, besarnya menutupi cakrawala antara langit dan bumi. Aisyah melanjutkan: Apakah engkau belum pernah mendengar firman Allah: Dia tidak dapat dicapai oleh mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. Dia Maha halus dan Maha mengetahui. Tidakkah engkau mendengar firman Allah: Tidak mungkin bagi manusia berbicara dengan Tuhannya kecuali dengan perantaraan wahyu, di belakang hijab (maksudnya hanya mendengar suara), atau mengutus malaikat untuk mewahyukan apa saja yang diinginkan-Nya kepada manusia. Sesungguhnya Dia Maha tinggi dan Maha bijaksana. Aisyah berkata lagi: (Kedua) barang siapa yang menyangka bahwa Rasulullah saw. menyembunyikan sebagian isi Kitabullah (Alquran), maka ia berbohong besar atas Allah. Allah berfirman: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan oleh Tuhanmu. Dan jika engkau tidak melakukan (perintah itu) maka engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Kemudian Aisyah melanjutkan: (Ketiga) barang siapa yang menyangka bahwa Rasulullah saw. diberi tahu tentang apa yang akan terjadi besok, maka ia berbohong besar atas Allah. Allah berfirman: Katakanlah Tidak ada sesuatu pun di bumi dan di langit yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah. (Shahih Muslim No.259)<br />
<br />
63. Tentang sabda Rasulullah saw. bahwa Allah tidak tidur dan sabda beliau bahwa tirai-Nya adalah nur, jika Dia menyingkapnya, tentu Keagungan Zat-Nya akan membakar semua makhluk-Nya<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: <br />
Ketika Rasulullah saw. berada di tengah-tengah kami, memberikan lima kalimat. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Taala tidak pernah tidur dan mustahil Dia tidur, Dia kuasa menurunkan timbangan (amal) dan menaikkannya kepada-Nya, dinaikkan (dilaporkan) amal malam sebelum amal siang, dan amal siang sebelum amal malam, tirai-Nya adalah nur (menurut riwayat Abu Bakar adalah nar=api) yang andai kata Dia menyingkapnya, tentu keagungan Zat-Nya akan membakar makhluk yang dipandang-Nya (maksudnya seluruh makhluk akan terbakar, sebab pandangan Allah meliputi semua makhluk). (Shahih Muslim No.263)<br />
<br />
64. Bukti bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Allah di akhirat<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Musa ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Dua surga yang wadah-wadahnya dan segala isinya terbuat dari perak dan dua surga yang wadah-wadahnya dan segala isinya terbuat dari emas. Antara orang-orang dan kemampuan memandang Tuhan mereka hanya ada tirai keagungan pada Zat-Nya, di surga Aden. (Shahih Muslim No.265)<br />
<br />
65. Menjelaskan cara melihat Tuhan<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami pada hari kiamat? Rasulullah saw. bersabda: Apakah kalian terhalang melihat bulan di malam purnama? Para sahabat menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda: Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak tertutup awan? Mereka menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda: Seperti itulah kalian akan melihat Allah. Barang siapa yang menyembah sesuatu, maka ia mengikuti sembahannya itu. Orang yang menyembah matahari mengikuti matahari, orang yang menyembah bulan mengikuti bulan, orang yang menyembah berhala mengikuti berhala. Tinggallah umat ini, termasuk di antaranya yang munafik. Kemudian Allah datang kepada mereka dalam bentuk selain bentuk-Nya yang mereka kenal, seraya berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka (umat ini) berkata: Kami berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami, sampai Tuhan kami datang kepada kami. Apabila Tuhan datang, kami tentu mengenal-Nya. Lalu Allah Taala datang kepada mereka dalam bentuk-Nya yang telah mereka kenal. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka pun berkata: Engkau Tuhan kami. Mereka mengikuti-Nya. Dan Allah membentangkan jembatan di atas neraka Jahanam. Aku (Rasulullah saw.) dan umatkulah yang pertama kali melintas. Pada saat itu, yang berbicara hanyalah para rasul. Doa para rasul saat itu adalah: Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah. Di dalam neraka Jahanam terdapat besi berkait seperti duri Sakdan (nama tumbuhan yang berduri besar di setiap sisinya). Pernahkah kalian melihat Sakdan? Para sahabat menjawab: Ya, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. melanjutkan: Besi berkait itu seperti duri Sakdan, tetapi hanya Allah yang tahu seberapa besarnya. Besi berkait itu merenggut manusia dengan amal-amal mereka. Di antara mereka ada orang yang beriman, maka tetaplah amalnya. Dan di antara mereka ada yang dapat melintas, hingga selamat. Setelah Allah selesai memberikan keputusan untuk para hamba dan dengan rahmat-Nya Dia ingin mengeluarkan orang-orang di antara ahli neraka yang Dia kehendaki, maka Dia memerintah para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak pernah menyekutukan Allah. Itulah orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan rahmat-Nya, yang mengucap: "Laa ilaaha illallah". Para malaikat mengenali mereka di neraka dengan adanya bekas sujud. Api neraka memakan tubuh anak keturunan Adam, kecuali bekas sujud. Allah melarang neraka memakan bekas sujud. Mereka dikeluarkan dari neraka, dalam keadaan hangus. Lalu mereka disiram dengan air kehidupan, sehingga mereka menjadi tumbuh seperti biji-bijian tumbuh dalam kandungan banjir (lumpur). Kemudian selesailah Allah Taala memberi keputusan di antara para hamba. Tinggal seorang lelaki yang menghadapkan wajahnya ke neraka. Dia adalah ahli surga yang terakhir masuk. Dia berkata: Ya Tuhanku, palingkanlah wajahku dari neraka, anginnya benar-benar menamparku dan nyala apinya membakarku. Dia terus memohon apa yang dibolehkan kepada Allah. Kemudian Allah Taala berfirman: Mungkin, jika Aku mengabulkan permintaanmu, engkau akan meminta yang lain. Orang itu menjawab: Aku tidak akan minta yang lain kepada-Mu. Maka ia pun berjanji kepada Allah. Lalu Allah memalingkan wajahnya dari neraka. Ketika ia telah menghadap dan melihat surga, ia pun diam tertegun, kemudian berkata: Ya Tuhanku, majukanlah aku ke pintu surga. Allah berkata: Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta kepada-Ku selain apa yang sudah Kuberikan, celaka engkau, hai anak-cucu Adam, ternyata engkau tidak menepati janji. Orang itu berkata: Ya Tuhanku! Dia memohon terus kepada Allah, hingga Allah berfirman kepadanya: Mungkin jika Aku memberimu apa yang engkau pinta, engkau akan meminta yang lain lagi. Orang itu berkata: Tidak, demi Keagungan-Mu. Dan ia berjanji lagi kepada Tuhannya. Lalu Allah mendekatkannya ke pintu surga. Setelah ia berdiri di ambang pintu surga, ternyata pintu surga terbuka lebar baginya, sehingga ia dapat melihat dengan jelas keindahan dan kesenangan yang ada di dalamnya. Dia pun diam tertegun. Kemudian berkata: Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga. Allah Taala berfirman kepadanya: Bukankah engkau telah berjanji tidak akan meminta selain apa yang telah Aku berikan? Celaka engkau, hai anak cucu Adam, betapa engkau tidak dapat menepati janji! Orang itu berkata: Ya Tuhanku, aku tidak ingin menjadi makhluk-Mu yang paling malang. Dia terus memohon kepada Allah, sehingga membuat Allah Taala tertawa (rida). Ketika Allah Taala tertawa Dia berfirman: Masuklah engkau ke surga. Setelah orang itu masuk surga, Allah berfirman kepadanya: Inginkanlah sesuatu! Orang itu meminta kepada Tuhannya, sampai Allah mengingatkannya tentang ini dan itu. Ketika telah habis keinginan-keinginannya, Allah Taala berfirman: Itu semua untukmu, begitu pula yang semisalnya. (Shahih Muslim No.267)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: <br />
Bahwa kaum muslimin pada masa Rasulullah saw. bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami di hari kiamat? Rasulullah saw. bersabda: Ya! Kemudian beliau melanjutkan: Apakah kalian terhalang melihat matahari di siang hari yang cerah, yang tidak ada awan sedikit pun? Apakah kalian terhalang melihat bulan pada malam purnama yang cerah tanpa awan sedikit pun? Kaum muslimin menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda: Kalian tidak akan terhalang melihat Allah Taala pada hari kiamat, sebagaimana kalian tidak terhalang melihat salah satu dari matahari dan bulan. Ketika hari kiamat terjadi, ada penyeru yang mengumumkan: Setiap umat hendaklah mengikuti apa yang dahulu disembah. Maka tidak tersisa orang-orang yang dahulu menyembah selain Allah yakni berhala, kecuali mereka berjatuhan ke dalam neraka. Hingga yang tinggal hanya orang-orang yang menyembah Allah ada yang baik dan ada yang jahat serta sisa-sisa Ahli Kitab, maka dipanggillah orang-orang Yahudi. Mereka ditanya: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka menjawab: Kami menyembah Uzair anak Allah. Dikatakan: Kalian salah! Allah tidak menjadikan seorang pun sebagai sahabat atau anak. Lalu apa yang kalian inginkan? Mereka menjawab: Kami haus, ya Tuhan kami berilah kami minum. Lalu ditunjukkan pada mereka: Kenapa kalian tidak datang ke sana? Mereka digiring ke neraka, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling menghancurkan. Mereka pun berjatuhan ke dalam neraka. Kemudian orang-orang Kristen dipanggil. Mereka ditanya: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka menjawab: Kami menyembah Isa Almasih anak Allah. Dikatakan kepada mereka: Kalian salah! Allah tidak menjadikan seorang pun sebagai sahabat atau anak. Apa yang kalian inginkan? Mereka menjawab: Kami haus ya Tuhan, berilah kami minum. Lalu ditunjukkan pada mereka: Kenapa kalian tidak datang ke sana? Mereka digiring ke neraka Jahanam, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling menghancurkan. Mereka pun berguguran ke dalam neraka. Ketika yang tinggal hanya orang-orang yang dahulu menyembah Allah Taala (yang baik dan yang jahat), maka Allah datang kepada mereka dalam bentuk yang lebih rendah daripada bentuk yang mereka ketahui. Dia berfirman: Apa yang kalian tunggu? Setiap umat mengikuti apa yang dahulu disembah. Mereka mengucapkan: Ya Tuhan kami, di dunia kami memisahkan diri dari orang-orang yang sebenarnya sangat kami butuhkan (untuk membantu kehidupan di dunia) dan kami tidak mau berkawan dengan mereka (karena menyimpang dari jalan yang digariskan oleh agama). Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian! Mereka mengucap: Kami mohon perlindungan kepada Allah darimu. Kami tidak akan menyekutukan Allah dengan apapun (ini diucapkan dua atau tiga kali), sampai sebagian mereka hampir-hampir berubah (berbalik dari kebenaran, karena cobaan berat yang berlaku saat itu). Allah berfirman: Apakah antara kalian dan Dia ada tanda-tanda, sehingga dengan demikian kalian dapat mengenal-Nya? Mereka menjawab: Ya, ada. Lalu disingkapkanlah keadaan yang mengerikan itu. Setiap orang yang hendak bersujud kepada Allah dengan keinginan sendiri, pasti mendapat izin Allah. Sedangkan orang yang akan bersujud karena takut atau pamer, tentu Allah menjadikan punggungnya menyatu (sehingga tidak dapat sujud). Setiap kali hendak sujud, ia terjungkal pada tengkuknya. Kemudian mereka mengangkat kepala mereka, sementara itu Allah telah berganti rupa dalam bentuk yang mereka lihat pertama kali. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka menyahut: Engkau Tuhan kami. Kemudian suatu jembatan dibentangkan di atas neraka Jahanam dan syafaat diperbolehkan. Mereka berkata: Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah. Ada yang bertanya: Ya Rasulullah, apakah jembatan itu? Rasulullah saw. bersabda: Tempat berpijak yang licin (menggelincirkan). Padanya terdapat besi berkait dan besi berduri. Di Najed ada tumbuhan berduri yang disebut Sakdan. Seperti itulah besi-besi berkaitnya. Orang-orang mukmin melewati jembatan tersebut ada yang secepat kejapan mata, ada yang seperti kilat, seperti angin, seperti burung, seperti kuda atau unta yang kencang larinya. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok, golongan selamat sama sekali, golongan yang terkoyak-koyak tapi dapat bebas dan golongan yang terjerumus ke dalam neraka Jahanam. Pada saat orang-orang mukmin telah terbebas dari neraka, maka demi Zat yang menguasai diriku, tidak ada orang yang sangat menaruh perhatian dalam meraih kebenaran, melebihi orang-orang mukmin yang mencari kebenaran kepada Allah demi kepentingan saudara-saudara mereka yang masih berada di neraka. Mereka berkata: Wahai Tuhan kami, mereka dahulu berpuasa bersama kami, salat dan beribadah haji. Lalu difirmankan kepada mereka: Keluarkanlah orang-orang yang kalian kenal. Maka wajah mereka diharamkan atas neraka. Mereka mengeluarkan banyak orang dari neraka. Ada yang sudah terbakar hingga separuh betisnya dan ada yang sudah sampai ke lututnya. Orang-orang mukmin itu berkata: Ya Tuhan kami, di dalam neraka tidak ada lagi seorang pun yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan. Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa yang kalian temukan di hatinya ada kebaikan meski hanya seberat dinar. Keluarkanlah. Kemudian mereka dapat mengeluarkan banyak orang. Lalu mereka berkata: Ya Tuhan kami! Kami tidak tahu apakah di neraka masih ada orang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan. Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa yang kalian temukan di hatinya ada kebaikan maski hanya seberat setengah dinar, keluarkanlah. Mereka dapat mengeluarkan lagi banyak orang. Setelah itu mereka berkata: Ya Tuhan kami! Kami tidak tahu, apakah di sana masih ada seseorang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan. Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa yang kalian temukan di dalam hatinya terdapat kebaikan meski hanya seberat atom, keluarkanlah. Lagi-lagi mereka dapat mengeluarkan banyak orang. Kemudian mereka berkata: Ya Tuhan kami. Kami tidak tahu apakah di sana masih ada pemilik kebaikan. Abu Said Al-Khudri berkata: Jika kalian tidak mempercayaiku mengenai hadis ini, maka bacalah firman Allah: Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar atom. Dan jika ada kebaikan sebesar atom, niscaya Allah akan melipat-gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. Allah Taala berfirman: Para malaikat telah memohon syafaat, para nabi telah memohon syafaat dan orang-orang mukmin juga telah memohon syafaat. Yang tinggal hanyalah Zat yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang. Lalu Allah mengambil dari neraka dan mengeluarkan dari sana sekelompok orang yang sama sekali tidak pernah beramal baik. (Saat itu) mereka telah menjadi arang hitam. Mereka dilempar ke sebuah sungai dekat mulut surga, yang disebut Sungai Kehidupan. Kemudian mereka keluar seperti tumbuhan kecil keluar dari lumpur banjir. Bukankah kalian sering melihat tumbuhan kecil di sela-sela batu atau pohon, di mana bagian yang terkena sinar matahari akan berwarna sedikit kuning dan hijau, sedangkan yang berada di keteduhan menjadi putih? Para sahabat menyela: Seolah-olah baginda dahulu pernah menggembala di dusun. Rasulullah saw. meneruskan: Lalu mereka keluar bagaikan mutiara. Di leher mereka ada kalung, sehingga para ahli surga dapat mengenali mereka. Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan Allah, yang dimasukkan oleh Allah ke dalam surga, tanpa amal yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka lakukan. Kemudian Allah berfirman: Masuklah kalian ke dalam surga. Apapun yang kalian lihat, itu adalah untuk kalian. Mereka berkata: Ya Tuhan kami, Engkau telah memberi kami pemberian yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun di antara orang-orang di seluruh alam. Allah berfirman: Di sisiku ada pemberian untuk kalian yang lebih baik daripada pemberian ini. Mereka berkata: Ya Tuhan kami, apa lagi yang lebih baik daripada pemberian ini? Allah berfirman: Rida-Ku, sehingga Aku tidak akan murka kepada kalian sesudah itu, selamanya. (Shahih Muslim No.269)<br />
<br />
66. Penghuni neraka yang terakhir keluar<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Sungguh, aku benar-benar tahu penghuni neraka yang keluar terakhir dari sana dan penghuni surga yang terakhir masuk ke dalamnya, yaitu seorang yang keluar dari neraka dengan merangkak. Lalu Allah berfirman: Pergilah, masuklah ke dalam surga. Dia pun mendatangi surga, tapi terkhayal padanya bahwa surga itu penuh. Maka ia kembali dan berkata: Ya Tuhanku, aku temukan surga telah penuh. Allah berfirman: Pergilah, masuklah ke dalam surga. Dia mendatangi surga, tapi terkhayal padanya bahwa surga itu penuh. Maka ia kembali dan berkata: Ya Tuhanku, aku temukan surga itu penuh. Allah berfirman: Pergilah, masuklah ke dalam surga, karena sesungguhnya menjadi milikmu semisal dunia dan sepuluh kali kelipatannya atau, sesungguhnya bagimu sepuluh kali lipat dunia. Orang itu berkata: Apakah Engkau mengejekku (atau menertawakanku), sedangkan Engkau adalah Raja? Abdullah bin Masud berkata: Aku benar-benar melihat Rasulullah saw. tertawa sampai kelihatan gigi geraham beliau. Dikatakan: Itu adalah penghuni surga yang paling rendah kedudukannya. (Shahih Muslim No.272)<br />
<br />
67. Penghuni surga yang paling rendah kedudukannya di dalam surga<br />
<br />
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra.: <br />
Dari Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah ra. bertanya tentang kedatangan di akhirat. Jabir berkata: Kita datang pada hari kiamat dari ini dan ini. Lihat (kedatangan itu di atas manusia). Lalu dipanggillah umat manusia dengan berhala dan apa yang dahulu disembahnya secara berurutan. Sesudah itu, Tuhan mendatangi kita seraya berfirman: Siapa yang kalian tunggu? Mereka menjawab: Kami menunggu Tuhan kami. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka berkata: Sampai kami melihat-Mu. Lalu tampak bagi mereka Tuhan tertawa. (Akhirnya) Dia membawa mereka dan mereka mengikuti-Nya. Setiap orang di antara mereka, munafik atau mukmin diberi nur. Mereka terus mengikuti-Nya. Di atas jembatan neraka Jahanam terdapat besi-besi berkait dan berduri, yang merenggut barang siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian nur orang-orang munafik padam, sedangkan orang-orang mukmin tetap bersinar. Selamatlah rombongan pertama, wajah mereka bagaikan bulan purnama. Mereka berkisar 70.000 (tujuh puluh ribu) orang. Kemudian orang-orang berikutnya, wajah mereka seperti terangnya bintang-bintang di langit. Demikian seterusnya. Kemudian syafaat diizinkan. Mereka pun memintakan syafaat, hingga keluar orang-orang yang mengucap: Laa ilaaha illallah dari neraka dan orang-orang yang di hatinya terdapat kebaikan seberat gandum. Mereka ditempatkan di halaman surga, sedangkan ahli surga memerciki mereka dengan air, sampai mereka tumbuh bagaikan tumbuhnya sesuatu (tumbuhan) di dalam banjir. Hilanglah hangus tubuh mereka. Kemudian ia (orang terakhir) meminta Allah memberikannya dunia dan sepuluh kali lipatnya. (Shahih Muslim No.278)<br />
<br />
68. Nabi saw. menyimpan doa syafaat untuk umatnya<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Setiap nabi memiliki doa yang selalu diucapkan. Aku ingin menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.293)<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. pernah bersabda: Setiap nabi mempunyai doa yang digunakan untuk kebaikan umatnya. Sesungguhnya aku menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.299)<br />
<br />
69. Mengenai firman Allah Dan berilah peringatan berbentuk ancaman kepada kaum kerabatmu yang terdekat<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Tatkala diturunkan ayat ini: Dan peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat, maka Rasulullah saw. memanggil orang-orang Quraisy. Setelah mereka berkumpul, Rasulullah saw. berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda: Wahai Bani Kaab bin Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Murrah bin Kaab, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikit pun siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-sungguh. (Shahih Muslim No.303)<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />
Ketika diturunkan ayat ini: Dan berilah peringatan berbentuk ancaman kepada kaum kerabatmu yang terdekat, yaitu kaum kerabatmu yang benar-benar ikhlas. Rasulullah saw. keluar dan naik ke bukit Shafa, lalu berteriak: Hati-hatilah! Orang-orang saling bertanya: Siapa yang berteriak? Di antara mereka berkata: Muhammad! Mereka pun berkumpul mengerumuni beliau. Beliau bersabda: Wahai Bani fulan! Wahai Bani fulan! Wahai Bani fulan! Wahai Bani Abdi Manaf! Wahai Bani Abdul Muthalib! Mereka mengerumuni beliau. Lalu beliau bersabda: Apa pendapat kalian seandainya aku beritahu kalian bahwa pasukan berkuda akan keluar di kaki gunung ini. Apakah kalian mempercayaiku? Orang-orang menjawab: Kami telah buktikan engkau tidak pernah berbohong. Rasulullah saw. bersabda: Aku peringatkan kalian akan siksa yang sangat pedih. Mendengar itu Abu Lahab berkata: Celaka engkau! Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Kemudian ia pergi. Lalu turunlah surat ini, Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan ia benar-benar binasa. (Shahih Muslim No.307)<br />
<br />
70. Menjelaskan syafaat Nabi saw. kepada Abu Thalib dan keringanan siksanya karena syafaat tersebut<br />
<br />
Hadis riwayat Abbas bin Abdul Muthalib ra.: <br />
Bahwa ia berkata: Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat memberikan suatu manfaat kepada Abu Thalib. Karena, dahulu ia merawat dan pernah membelamu. Rasulullah saw. bersabda: Ya, ia berada di neraka yang paling ringan. Seandainya tidak karena (berkah) aku, tentu ia berada neraka paling bawah. (Shahih Muslim No.308)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. mendengar pamannya Abu Thalib dibicarakan dekat beliau, lalu beliau bersabda: Mudah-mudahan syafaatku dapat memberinya manfaat pada hari kiamat, sehingga ia ditempatkan di neraka paling ringan yang apinya membakar kedua mata kakinya sampai mendidihkan otaknya. (Shahih Muslim No.310)<br />
<br />
71. Tentang siksa penghuni neraka yang paling rendah<br />
<br />
Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata: <br />
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Ahli neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat, adalah seseorang yang pada lekukan telapak kakinya diberi dua bara yang menyebabkan otaknya mendidih. (Shahih Muslim No.313)<br />
<br />
72. Persaudaraan sesama mukmin dan memutus hubungan dengan selain mereka<br />
<br />
Hadis riwayat Amru bin Ash ra., ia berkata: <br />
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda dalam forum terbuka, bukan rahasia: Ingatlah, bahwa keluarga ayahku (yakni si fulan) bukanlah termasuk waliku. Sesungguhnya waliku hanyalah Allah dan orang-orang mukmin yang saleh. (Shahih Muslim No.316)<br />
<br />
73. Dalil masuknya beberapa kelompok orang Islam yang masuk surga tanpa hisab dan siksa<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. bersabda: Tujuh puluh ribu orang dari umatku masuk surga tanpa hisab (tanpa perhitungan amal). Seseorang berkata: Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah semoga Dia berkenan menjadikanku bagian dari mereka. Rasulullah saw. berdoa: "Ya Allah, perkenankanlah, Engkau menjadikannya termasuk di antara mereka". Kemudian yang lain berdiri pula dan berkata: Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar Dia berkenan menjadikanku bagian dari mereka. Rasulullah saw. bersabda: Engkau telah didahului Ukasyah. (Shahih Muslim No.317)<br />
<br />
Hadis riwayat Sahal bin Saad ra.: <br />
Dari Abu Hazim dari Sahal bin Saad bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang (Abu Hazim ragu mana yang benar antara keduanya) akan masuk surga saling berpegangan, mereka masuk bersama-sama tidak ada yang lebih dahulu dan tidak ada yang paling akhir, wajah mereka cerah seperti bulan purnama. (Shahih Muslim No.322)<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Beberapa umat ditunjukkan kepadaku. Aku melihat seorang nabi bersama sekelompok kecil (tidak lebih dari sepuluh orang), ada lagi nabi yang disertai seorang atau dua orang dan ada pula nabi yang tidak disertai seorang pun. Tiba-tiba ditunjukkan padaku kelompok besar. Aku menyangka mereka adalah umatku. Tetapi lalu dijelaskan: Ini adalah Musa as. dan kaumnya. Lihatlah ke ufuk! Aku memandang ke sana, ternyata ada kelompok besar. Dijelaskan lagi kepadaku: Pandanglah ke ufuk yang lain. Ternyata ada juga kelompok besar. Dijelaskan padaku: Ini adalah umatmu. Di antara mereka ada tujuh puluh ribu masuk surga tanpa hisab dan siksa. Kemudian Rasulullah saw. bangkit dan masuk ke rumahnya. Para sahabat membicarakan siapa yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Sebagian berkata: Barangkali mereka adalah orang-orang yang selalu menyertai Rasulullah saw. Sebagian berkata: Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak menyekutukan Allah. Mereka saling mengemukakan pendapat masing-masing. Ketika Rasulullah saw. saw. keluar lagi, beliau bertanya: Apa yang kalian bicarakan? Mereka memberitahu, lalu Rasulullah saw. bersabda: Mereka adalah orang-orang yang tidak menggunakan jimat/mantera tidak minta dibuatkan jimat, tidak meramalkan hal-hal buruk dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata: Berdoalah kepada Allah semoga Dia berkenan menjadikanku termasuk di antara mereka. Rasulullah saw. bersabda: Engkau termasuk di antara mereka. Kemudian yang lain berdiri dan berkata: Berdoalah kepada Allah, semoga Dia berkenan menjadikanku bagian dari mereka. Rasulullah saw. bersabda: Engkau telah didahului Ukasyah. (Shahih Muslim No.323)<br />
<br />
74. Umat Islam merupakan setengah penghuni surga<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda kepada kami: Ridakah kalian menjadi seperempat penghuni surga? Kami (para sahabat) bertakbir. Beliau bersabda lagi: Ridakah kalian menjadi sepertiga penghuni surga? Kami pun bertakbir. Lalu beliau kembali bersabda: Sungguh, aku berharap kalian dapat menjadi setengah penghuni surga. Aku akan memberitahukan hal itu kepada kalian. Orang-orang Islam di tengah orang-orang kafir seperti sehelai rambut putih pada sapi hitam, atau seperti sehelai rambut hitam pada sapi putih. (Shahih Muslim No.324)<br />
<br />
75. Sabda Rasulullah saw. bahwa Allah berfirman kepada Adam: Keluarkanlah 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) penghuni neraka dari setiap kelipatan seribu<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Said ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Hai Adam. Beliau menjawab: Aku patuhi panggilan-Mu dan kebaikan ada di tangan-Mu. Allah berfirman: Keluarkanlah ba`tsan naar. Dia (Adam) bertanya: Apa itu ba`tsan naar? Allah berfirman: Setiap kelipatan seribu, keluarkanlah sembilan ratus sembilan puluh orang. Perintah Allah kepada (Adam as.) itu terjadi ketika anak-anak beruban. Dan kandungan setiap wanita yang hamil gugur dan engkau lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka tidak mabuk, tetapi sesungguhnya siksa Allah sangat pedih. Penuturan Rasulullah saw. tersebut membuat para sahabat merasa khawatir. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah lelaki itu (yang seorang di antara seribu) di antara kami? Rasulullah saw. bersabda: Bergembiralah kalian. Karena, dari Yakjuj dan Makjuj seribu, sedangkan dari kalian seorang. Kemudian beliau melanjutkan: Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, aku sangat mendambakan kalian menjadi seperempat penghuni surga. Kami (para sahabat) memuji Allah dan bertakbir. Lalu beliau bersabda lagi, Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, aku mendambakan kalian menjadi sepertiga penghuni surga. Kami memuji Allah dan bertakbir. Kemudian kembali beliau bersabda: Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, aku mendambakan kalian menjadi separoh penghuni surga. Perumpamaan kalian di tengah-tengah umat lain, adalah bagaikan sehelai rambut putih pada kulit sapi hitam, atau seperti belang pada betis khimar. (Shahih Muslim No.327)<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-21093371838748922262013-01-09T14:50:00.001-08:002013-01-09T14:50:51.284-08:00Kitab Permulaan Turunnya Wahyu<b>Kitab Permulaan Turunnya Wahyu</b><br />
<br />
Bab Bagaimana Permulaan Turunnya Wahyu kepada Rasulullah saw. dan Firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya."<br />
<br />
<br />
<br />
l. Dari Alqamah bin Waqash al-Laitsi, ia berkata, "Saya mendengar Umar ibnul Khaththab r.a. (berpidato 8/59) di atas mimbar, 'Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, '(Wahai manusia), sesungguhnya amal-amal itu hanyalah dengan niatnya (dalam satu riwayat: amal itu dengan niat 6/118) dan bagi setiap orang hanyalah sesuatu yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya (kepada Allah dan Rasul Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul Nya. Dan, barangsiapa yang hijrahnya 1/20) kepada dunia, maka ia akan mendapatkannya. Atau, kepada wanita yang akan dinikahinya (dalam riwayat lain: mengawininya 3/119), maka hijrahnya itu kepada sesuatu yang karenanya ia hijrah."<br />
<br />
<br />
<br />
2. Aisyah r.a. mengatakan bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, bagaimana datangnya wahyu kepada engkau?" Rasulullah saw. menjawab, "Kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku bagaikan gemerincingnya lonceng, dan itulah yang paling berat atasku. Lalu, terputus padaku dan saya telah hafal darinya tentang apa yang dikatakannya. Kadang-kadang malaikat berubah rupa sebagai seorang laki-laki datang kepadaku, lalu ia berbicara kepadaku, maka saya hafal apa yang dikatakannya." Aisyah r.a. berkata, "Sungguh saya melihat beliau ketika turun wahyu kepada beliau pada hari yang sangat dingin dan wahyu itu terputus dari beliau sedang dahi beliau mengalirkan keringat"<br />
<br />
<br />
<br />
3. Aisyah r.a. berkata, "[Adalah 6/871] yang pertama (dari wahyu) kepada Rasulullah saw. adalah mimpi yang baik di dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi melainkan akan menjadi kenyataan seperti merekahnya cahaya subuh. Kemudian beliau gemar bersunyi. Beliau sering bersunyi di Gua Hira. Beliau beribadah di sana, yakni beribadah beberapa malam sebelum rindu kepada keluarga beliau, dan mengambil bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah. Beliau mengambil bekal seperti biasanya sehingga datanglah kepadanya (dalam riwayat lain disebutkan: maka datanglah kepadanya) kebenaran. Ketika beliau ada di Gua Hira, datanglah malaikat (dalam nomor 8/67) seraya berkata, 'Bacalah!' Beliau berkata, 'Sungguh saya tidak dapat membaca. Ia mengambil dan mendekap saya sehingga saya lelah. Kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak dapat membaca:' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang kedua kalinya, kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak bisa membaca' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang ketiga kalinya, kemudian ia melepaskan saya. Lalu ia membacakan, "Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min'alaq. Iqra' warabbukal akram. Alladzii 'allama bil qalam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam. 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Lalu Rasulullah saw. pulang dengan membawa ayat itu dengan perasaan hati yang goncang (dalam satu riwayat: dengan tubuh gemetar). Lalu, beliau masuk menemui Khadijah binti Khuwailid, lantas beliau bersabda, 'Selimutilah saya, selimutilah saya!' Maka, mereka menyelimuti beliau sehingga keterkejutan beliau hilang. Beliau bersabda dan menceritakan kisah itu kepada Khadijah, 'Sungguh saya takut atas diriku.' Lalu Khadijah berkata kepada beliau, 'Jangan takut (bergembiralah, maka) demi Allah, Allah tidak akan menyusahkan engkau selamanya. (Maka demi Allah), sesungguhnya engkau suka menyambung persaudaraan (dan berkata benar), menanggung beban dan berusaha membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan menolong penegak kebenaran.' Kemudian Khadijah membawa beliau pergi kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza (bin Qushai, dan dia adalah) anak paman Khadijah. Ia (Waraqah) adalah seorang yang memeluk agama Nasrani pada zaman jahiliah. Ia dapat menulis tulisan Ibrani, dan ia menulis Injil dengan bahasa Ibrani (dalam satu riwayat: kitab berbahasa Arab. dan dia menulis Injil dengan bahasa Arab) akan apa yang dikehendaki Allah untuk ditulisnya. Ia seorang yang sudah sangat tua dan tunanetra. Khadijah berkata, Wahai putra pamanku, dengarkanlah putra saudaramu!' Lalu Waraqah berkata kepada beliau, Wahai putra saudaraku, apakah yang engkau lihat?' Lantas Rasulullah saw: menceritakan kepadanya tentang apa yang beliau lihat. Lalu Waraqah berkata kepada beliau, 'Ini adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada Musa! Wahai sekiranya saya masih muda, sekiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu....' Lalu Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah mereka akan mengusir saya?' Waraqah menjawab, 'Ya, belum pernah datang seorang laki-laki yang (membawa seperti apa yang engkau bawa kecuali ia ditolak (dalam satu riwayat: disakiti / diganggu). Jika saya masih menjumpai masamu, maka saya akan menolongmu dengan pertolongan yang tangguh.' Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dan wahyu pun bersela, [sehingga Nabi saw. bersedih hati karenanya - menurut riwayat yang sampai kepada kami[1] - dengan kesedihan yang amat dalam yang karenanya berkali-kali beliau pergi ke puncak-puncak gunung untuk menjatuhkan diri dari sana. Maka, setiap kali beliau sudah sampai di puncak dan hendak menjatuhkan dirinya, Malaikat Jibril menampakkan diri kepada beliau seraya berkata, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah yang sebenarnya.' Dengan demikian, tenanglah hatinya dan mantaplah jiwanya. Kemudian beliau kembali pulang. Apabila dalam masa yang lama tidak turun wahyu, maka beliau pergi ke gunung seperti itu lagi. Kemudian setelah sampai di puncak, maka Malaikat Jibril menampakkan diri kepada beliau seraya berkata seperti yang dikatakannya pada peristiwa yang lalu - 6/68]." [Namus (yang di sini diterjemahkan dengan Malaikat Jibril) ialah yang mengetahui rahasia sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain 124/4].<br />
<br />
4. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka berderma [dalam kebaikan 2/228], dan paling berdermanya beliau adalah pada bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpai beliau. Ia menjumpai beliau pada setiap malam dari [bulan 6/102] Ramadhan [sampai habis bulan itu], lalu Jibril bertadarus Al-Qur'an dengan beliau. Sungguh Rasulullah saw. adalah [ketika bertemu Jibril - 4/81] lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang dilepas."<br />
<br />
<br />
<br />
--------------------------------------------------------------------------------<br />
<br />
Catatan Kaki:<br />
<br />
<br />
[1] Saya (Al-Albani) berkata, "Yang berkata, 'Menurut riwayat yang sampai kepada kami" adalah Ibnu Syihab az-Zuhri, perawi asli hadits ini dari Urwah bin Zubair dari Aisyah. Maka, perkataannya ini memberi kesan bahwa tambahan ini tidak menurut syarat Shahih Bukhari, karena ini dari penyampaian az-Zuhri sendiri, sehingga tidak maushul, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh dalam Fathul Bari. Karena itu, harap diperhatikan!"<br />
<br />
<br />
<div id="_dyhb23rg4374">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6748742739063638857.post-24483924144986980582013-01-09T07:44:00.000-08:002013-01-09T07:44:05.861-08:00KITAB BERSUCI<b>Kitab Bersuci</b><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
1. Kewajiban bersuci ketika salat<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Salat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu. (Shahih Muslim No.330)<br />
<br />
2. Cara wudu dan kesempurnaannya<br />
<br />
Hadis riwayat Usman bin Affan ra.: <br />
Bahwa Ia (Usman ra.) minta air lalu berwudu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya tiga kali lalu berkumur dan mengeluarkan air dari hidung. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali, lantas membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, tangan kirinya juga begitu. Setelah itu mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, begitu juga kaki kirinya. Kemudian berkata: Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudu seperti wuduku ini, lalu beliau bersabda: Barang siapa yang berwudu seperti cara wuduku ini, lalu salat dua rakaat, di mana dalam dua rakaat itu ia tidak berbicara dengan hatinya sendiri, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (Shahih Muslim No.331)<br />
<br />
3. Keutamaan wudu dan salat sunat wudu<br />
<br />
Hadis riwayat Usman ra.: <br />
Dari Abu Anas bahwa Usman ra. berwudu di kedai dan berkata: Maukah aku tunjukkan cara wudu Rasulullah saw.? Kemudian ia berwudu tiga kali tiga kali. (Shahih Muslim No.337)<br />
<br />
4. Wudu Nabi saw.<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari ra.: <br />
Dia pernah diminta berwudu seperti wudu Rasulullah saw., Lalu ia minta air sebejana, kemudian menuangkannya pada kedua tangannya dan membasuhnya tiga kali. Setelah itu ia masukkan tangannya lalu mengeluarkannya, berkumur dan menghirup air ke hidung dari satu telapak tangan. Ia mengerjakannya tiga kali. Sesudah itu ia memasukkan tangannya lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Setelah itu memasukkan tangannya lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh kedua tangannya sampai siku masing-masing dua kali. Lalu memasukkan tangan lalu mengeluarkannya, kemudian mengusap kepala. Ia mengusapkan kedua tangannya ke depan lalu ke belakang. Setelah itu membasuh kedua kakinya sampai mata kaki, dan berkata: Demikianlah wudu Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.346)<br />
<br />
5. Hitungan ganjil dalam hal menghirup air ke hidung dan beristinja dengan batu<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau beristinja dengan batu, hendaklah beristinja dengan hitungan ganjil dan apabila berwudu lalu memasukkan air ke hidung, hendaklah mengeluarkannya. (Shahih Muslim No.348)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau bangun tidur, hendaklah mengeluarkan air dari hidungnya (istintsar) tiga kali, karena setan itu menginap di batang hidungnya. (Shahih Muslim No.351)<br />
<br />
6. Wajib membasuh kedua kaki dengan sempurna<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Umru ra., ia berkata: <br />
Bersama Rasulullah saw. kami kembali dari Mekah menuju Madinah. Ketika kami berada pada sebuah oase di tengah jalan, beberapa orang tergesa-gesa menunaikan salat Asar. Mereka berwudu dengan tergesa-gesa. Lalu kami dekati mereka, tampak tumit mereka tidak terkena air, maka Rasulullah saw. bersabda: Siksa neraka bagi (pemilik) tumit itu. Sempurnakanlah wudu kalian. (Shahih Muslim No.354)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. melihat seorang lelaki tidak membasuh kedua tumitnya, beliau bersabda: Siksa neraka, bagi para pemilik tumit. (Shahih Muslim No.356)<br />
<br />
7. Sunat memperluas basuhan dari yang wajib, seperti membasuh muka lebih luas, tangan, kaki<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Kalian adalah orang-orang yang memiliki cahaya muka, cahaya tangan dan cahaya kaki pada hari kiamat, karena penyempurnaan wudu. Maka barang siapa di antara kalian yang mampu, hendaklah ia memanjangkan cahaya putih tersebut. (Shahih Muslim No.362)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. menziarahi kuburan. Beliau berdoa: "Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepadamu, hai kaum yang mukmin dan kami, insya Allah akan menyusulmu". Aku senang apabila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku. Para sahabat bertanya: Bukankah kami saudara-saudaramu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Engkau adalah sahabat-sahabatku, sedang saudaraku adalah orang-orang yang belum datang setelahku. Mereka bertanya lagi: Bagaimana engkau dapat mengenal umatmu yang belum datang di masa ini? Beliau bersabda: Tahukah engkau, seandainya ada seorang lelaki memiliki kuda yang bersinar muka, kaki dan tangannya kemudian kuda itu berada di antara kuda-kuda hitam legam, dapatkah ia mengenali kudanya? Mereka menjawab: Tentu saja dapat, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya umatku akan datang dengan wajah, kaki dan tangan yang bersinar, bekas wudu. Aku mendahului mereka datang ke telaga. Ingat! Beberapa orang akan dihalang-halangi mendatangi telagaku, sebagaimana unta hilang yang dihalang-halangi. Aku berseru kepada mereka: Kemarilah! Lalu dikatakan: Sesungguhnya mereka telah mengganti (ajaranmu) sesudahmu. Aku berkata: Semoga Allah menjauhkan mereka. (Shahih Muslim No.367)<br />
<br />
8. Siwak<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan orang-orang beriman (dalam hadis riwayat Zuhair, umatku), niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali akan salat. (Shahih Muslim No.370)<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: <br />
Aku mendatangi Nabi saw. sementara ujung siwak berada di mulut beliau. (Shahih Muslim No.373)<br />
<br />
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />
Apabila Rasulullah saw. bangun untuk melakukan salat tahajjud, beliau menggosok giginya dengan siwak. (Shahih Muslim No.374)<br />
<br />
9. Karakter fitrah alami<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Fitrah itu ada lima, atau ada lima perkara yang termasuk fitrah; berkhitan; mencukur rambut kemaluan; memotong kuku; mencabut bulu ketiak dan menggunting kumis. (Shahih Muslim No.377)<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Potonglah kumis dan panjangkanlah jenggot. (Shahih Muslim No.380)<br />
<br />
10. Cebok dan adab buang air<br />
<br />
Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila engkau ke WC, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar, tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat. (Shahih Muslim No.388)<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra. bahwa ia berkata: <br />
Banyak orang berkata: Apabila engkau duduk buang hajatmu, janganlah menghadap kiblat atau Baitulmakdis. Abdullah berkata: Aku pernah naik ke loteng rumah, aku melihat Rasulullah saw. duduk berjongkok buang hajat di atas dua buah batu dengan menghadap ke Baitulmakdis. (Shahih Muslim No.390)<br />
<br />
11. Larangan beristinja dengan tangan kanan<br />
<br />
Hadis riwayat Abdullah bin Abu Qatadah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanan saat kencing. Jangan beristinja dengan tangan kanan. Dan janganlah bernafas dalam wadah (minuman). (Shahih Muslim No.392)<br />
<br />
12. Menggunakan tangan kanan dalam bersuci atau lainnya<br />
<br />
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. suka memulai dengan yang kanan saat bersuci, menyisir rambut dan memakai sandal. (Shahih Muslim No.395)<br />
<br />
13. Beristinja dengan air dari buang hajat<br />
<br />
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: <br />
Bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki kebun, diikuti seorang anak muda yang membawa kendi, ia paling muda di antara kami, lalu anak muda itu meletakkan kendinya dekat pohon bidara. Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan hajat beliau menemui kami lagi. Tadi beliau beristinja dengan air. (Shahih Muslim No.398)<br />
<br />
14. Mengusap sepasang khuf (sepatu kulit)<br />
<br />
Hadis riwayat Jarir bin Abdullah ra.: <br />
Dari Hammam, ia berkata: Jarir pernah buang air kecil, kemudian berwudu dan mengusap sepasang khufnya. Lalu ia ditanya: Engkau melakukan hal itu? Dia menjawab: Ya, aku pernah melihat Rasulullah saw. buang air kecil, kemudian berwudu dan mengusap sepasang khuf beliau. (Shahih Muslim No.401)<br />
<br />
Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata: <br />
Aku pernah bersama Nabi saw. tiba di suatu tempat pembuangan sampah milik suatu kaum. Beliau kencing dengan berdiri, lalu aku menjauh. Beliau bersabda: Mendekatlah, maka aku mendekat sampai berdiri di dekat tumit beliau. Kemudian beliau berwudu dan mengusap sepasang khuf beliau. (Shahih Muslim No.402)<br />
<br />
Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra.: <br />
Dari Rasulullah saw. bahwa beliau keluar untuk buang hajat dan Mughirah mengikutinya dengan membawa sekantung air. Setelah Nabi selesai ia menuangkan airnya. Beliau berwudu dan mengusap kedua khuf beliau. (Shahih Muslim No.404)<br />
<br />
15. Orang yang akan wudu makruh mencelupkan tangannya yang diragukan kenajisannya ke dalam wadah (air) sebelum dibasuh tiga kali<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. pernah bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau bangun tidur, janganlah mencelupkan tangannya ke dalam bejana air sebelum membasuhnya tiga kali, karena ia tidak tahu dimanakah tangannya menginap. (Shahih Muslim No.416)<br />
<br />
16. Hukum jilatan anjing<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. bersabda: Apabila anjing minum (dengan ujung lidahnya) dalam wadah milik salah seorang di antara kalian, hendaklah ia membuang airnya kemudian membasuh wadah itu tujuh kali. (Shahih Muslim No.418)<br />
<br />
17. Larangan kencing pada air tergenang<br />
<br />
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: <br />
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Janganlah salah seorang di antara kalian kencing dalam air yang diam tergenang lalu mandi dengan air tersebut. (Shahih Muslim No.424)<br />
<br />
18. Wajib membasuh air kencing dan najis-najis lain yang ada di mesjid dan bahwa tanah dapat disucikan dengan air tanpa harus menggalinya<br />
<br />
Hadis riwayat Anas ra.: <br />
Bahwa seorang badui kencing di mesjid, lalu sebagian sahabat menghampirinya. Rasulullah saw. bersabda: Biarkan, jangan engkau hentikan. Anas berkata: Ketika orang itu telah selesai, Nabi saw. meminta seember air, lalu menyiramkannya pada tempat kencing itu. (Shahih Muslim No.427)<br />
<br />
19. Hukum air kencing bayi yang masih menyusu dan cara membasuhnya<br />
<br />
Hadis riwayat Aisyah istri Nabi ra.: <br />
Bahwa Nabi saw. pernah didatangi orang-orang yang membawa beberapa bayi, kemudian beliau mendoakan dan menyuapi mereka. Lalu seorang anak kencing dan mengenai beliau. Lantas beliau meminta air dan menuangkannya pada air kencing tadi dan tidak mencucinya. (Shahih Muslim No.430)<br />
<br />
Hadis riwayat Ummu Qais binti Mihshan ra.: <br />
Bahwa ia datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa putranya yang belum pernah makan makanan, kemudian meletakkannya di pangkuan beliau, lalu bayi tersebut kencing. Beliau hanya menyiramnya dengan air. (Shahih Muslim No.432)<br />
<br />
20. Hukum mani (sperma)<br />
<br />
Hadis riwayat Aisyah ra.: <br />
Dari Alqamah bahwa seseorang datang kepada Aisyah, kemudian Aisyah berkata: Seandainya engkau melihat mani, maka engkau cukup mencuci tempatnya saja, kalau engkau tidak melihatnya, engkau siram air di sekitarnya. Aku pernah mengerik mani pada pakaian Rasulullah saw. dengan sekali kerik, kemudian beliau memakainya untuk salat. (Shahih Muslim No.434)<br />
<br />
21. Najisnya darah dan cara membasuhnya<br />
<br />
Hadis riwayat Asma ra., ia berkata: <br />
Seorang wanita datang kepada Nabi saw., ia berkata: Salah seorang di antara kami, pakaiannya terkena darah haid. Apa yang harus dilakukannya? Beliau bersabda: Mengerik darah itu, lalu menggosoknya dengan air, kemudian dibasuh. Setelah itu ia boleh salat dengan pakaian tersebut. (Shahih Muslim No.438)<br />
<br />
22. Dalil najisnya air kencing dan kewajiban membersihkannya<br />
<br />
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: <br />
Rasulullah saw. pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda: Ingat, sesungguhnya dua mayit ini sedang disiksa, namun bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dahulu suka mengadu domba, sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencingnya. Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan dipotongnya menjadi dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan dan yang satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: Semoga pelepah itu dapat meringankan siksanya, selama belum kering. (Shahih Muslim No.439)<br />
<br />
<br />
<div id="_dyhb23rg4374">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08365847159960552145noreply@blogger.com0